RSUI kembali menggelar seminar awam bekerja sama dengan Alzheimer’s Indonesia (ALZI) Chapter Depok. Seminar awam Bicara Sehat kali ini diselenggarakan spesial memperingati Bulan Alzheimer Sedunia (World Alzheimer’s Month 2022). Acara yang diselenggarakan secara daring dan luring yang bertempat di Auditorium RSU, tidak hanya berisi seminar, dalam kegiatan ini peserta yang hadir secara langsung juga mendapatkan pemeriksaan deteksi dini demensia oleh Dokter Spesialis RSUI dan dokter PPDS FKUI. Acara ini diikuti langsung oleh relawan ALZI Chapter Depok.
Seminar ini dimoderatori oleh dr. Wahyu Ika Wardhani, M.Biomed, M.Gizi, Sp.GK(K) yang merupakan Dokter Spesialis Klinik RSUI. Acara diawali dengan dilakukannya senam otak, PHBS dan cerdik yang dipimpin oleh Ibu Ida, salah satu relawan ALZI Chapter Depok dan tim.
Narasumber pertama dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K), Ph.D, menjelaskan istilah yang dapat digunakan untuk analogikan persyaratan otak tetap sehat yaitu dengan formasi permainan sepak bola Formula 4-4-2.
- Kiper (Modal awal yaitu berupa otak),
- Bek (4 Bebas Pengganggu yaitu 4 hal yang yang dapat mengganggu kesehatan otak dia ntaranya: zat neurotoksik dan adiktif, penyakit karidovaskular dan neurotoksik, pengalaman yang merusak otak, serta penyakit otak),
- Gelandang (4 Bahan Baku Optimal yaitu 4 hal yang dapat menjaga kesehatan otak di antaranya: nutrisi, istirahat yang cukup, olahraga dan aktivitas seni, serta koleksi memori yang bernilai, misalnya dengan memilih memori/pembelajaran yang relevan ssesuai prioritas untuk penembangan diri),
- Penyerang (2 Karakter Mulia yaitu berupa kecerdasan dan kreativitas).
Faktor risiko demensia adalah kurangnya aktivitas dan olahraga, makanan tidak bernutrisi, mengonsumsi alkohol dan rokok, mengonsumsi obat tidur yang berkepanjangan, memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya misalnya pernah mengalami kecelakaan, penyakit gula darah, kolesterol dan tekanan darah tinggi. Umumnya gejala yang timbul bisa dikenali dengan LALILULELO yang memiliki arti Labil (sering labil emosi/pendiriannya), Linglung, Lupa, Lemot, dan Logika menurun.
“Tidak hanya pada lansia, pikun bisa menyerang orang yang masih berusia muda. Biasanya terjadi akibat trauma otak setelah kecelakaan, penggunaan NAPZA, atau akibat HIV. Kita bisa menanggulangi pikun dengan menerapkan formula 4-4-2, melakukan deteksi dini demensia, jangan termakan isu hoax, kenali tanda dan gejala LALILULELO ini digunakan untuk mempermudah kita mengenal gejala dini pikun atau demensia, dan segera konsultasikan kepada dokter yang ahli jika terdapat gejala yang disebutkan” tambah dr. Pukovisa
Bagi masyarakat yang ingin melakukan skrining deteksi dini demensia, bisa menggunakan aplikasi EMS (e-Memory Screening) yang dapat diunduh melalui Google Play Store atau App Store. Aplikasi ini dibuat oleh Persatuan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia. Tiga fitur utama pada aplikasi ini, di antaranya artikel demensia, AD8-INA skrining demensia, dan daftar rumah sakit serta dokter spesialis neurologi terdekat.
Sekitar 20%-30% demensia memiliki hubungan dengan genetik, maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan dini terutama bagi yang memiliki keterunan demensia. Di akhir, dr. Pukovisa memberi pesan agar masyarakat tidak menyepelekan lupa serta aktif melakukan deteksi dini keluhan lupa, karena lupa dapat ditangani oleh ahlinya, semakin cepat terdeteksi maka akan semakin baik
Narasumber kedua Ns. Hesti Rahayu, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.M.B menyampaikan proyeksi jumlah penderita demensia di Indonesia pada lansia wanita memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia pria, hal ini diperkirakan akan terus meningkatkan sampai dengan tahun 2030.
Kualitas hidup ODD dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu demensia, caregiver, dan pelayanan medis profesional. Caregiver dapat mempengaruhi perubahan penting dalam kehidupan ODD, mempengaruhi frekuensi dan tipe terapi yang akan diterima oleh ODD.
“Tentunya caregiver perlu mengetahui informasi penyakit dan kebutuhan yang berubah yang perlu dipenuhi pada ODD, memahami arti delirium (kondisi tidak sadar) apa penyebabnya dan memahami tindakan yang perlu dilakukan, dukungan emosional untuk caregiver, bantu akan jasa sosial misalnya mengetahui lebih banyak institiusi yang menyediakan bantuan, serta memberikan program pelatihan perawatan ODD” jelasnya.
“Tentunya caregiver perlu mengetahui informasi penyakit dan kebutuhan yang berubah yang perlu dipenuhi pada ODD, memahami arti delirium (kondisi tidak sadar) apa penyebabnya dan memahami tindakan yang perlu dilakukan, dukungan emosional untuk caregiver, bantu akan jasa sosial misalnya mengetahui lebih banyak institiusi yang menyediakan bantuan, serta memberikan program pelatihan perawatan ODD” jelasnya.
“Jika ODD mengalami penurunan fungsional dan kesulitan melakukan aktivitasnya, bantu mereka dengan tetap menyertakan ODD semaksimal mungkin tidak semua kita bantu, hal ini bertujuan untuk membantu melatih kembali fungsionalnya. Selain itu, bersikaplah lembut, menghargai dan menyajikan makanan secara konsisten” tambahnya
“Jika ODD mengalami penurunan fungsional dan kesulitan melakukan aktivitasnya, bantu mereka dengan tetap menyertakan ODD semaksimal mungkin tidak semua kita bantu, hal ini bertujuan untuk membantu melatih kembali fungsionalnya. Selain itu, bersikaplah lembut, menghargai dan menyajikan makanan secara konsisten” tambahnya.
Terdapat hal yang bisa kita lakukan untuk perawatan pada perubahan komunikasi dan perilaku ODD yaitu dengan memahami suasana hati ODD, mempertahankan benda atau foto yang disayangi, megingatkan kembali siapa kita dengan memberikan informasi bukan bertanya, fasilitasi aktivitas agar tetap aktif (seperti melakukan pekerjaan rumah, memasak, membuat kue, olahraga, dll), bantu untuk memulai aktivitas atau bergabung dalam aktivitasnya dan berikan pilihan kepada ODD untuk memilih makanannya sendiri.
“Alzheimer tidak hanya terjadi pada lansia di atas 65 tahun, dapat juga terjadi pada pra lansia. Untuk menangani Alzheimer pada pra lansia tersebut, pada prinsipnya sama dan dilihat juga dari kebutuhan orang dengan demensia tersebut, sedang berada di fase mana” ujarnya.
Antusiasme masyarakat cukup tinggi terhadap kegiatan ini, dengan jumlah peserta sekitar 100 peserta mengikuti kegiatan seminar secara offline, 65 peserta melalui live streaming (zoom) dan 268 orang melalui YouTube RSUI. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan seputar tema yang tengah dibahas. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas.
Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.