(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Awam Bicara Sehat : Disfungsi Ereksi: Tanda Pria Tidak Sehat?

Disfungsi ereksi (DE) merupakan gangguan seksual berupa kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. DE merupakan gangguan seksual yang paling umum pada pria. Namun, DE sering dianggap remeh dan dianggap tabu untuk dibicarakan. Berdasarkan survei yang dilakukan di Eropa, 52% pria berusia 40-70 tahun sudah mengalami gejala DE. Di Indonesia, prevalensi DE pada populasi berusia 20-80 tahun cukup tinggi, yaitu 35.6%, dengan angka kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia.  Sayangnya, hanya 50% pria yang mengetahui tanda dan gejala disfungsi ereksi. (Nur Rasyid, 2020 dalam fk.ui.ac.id). Penelitian menyebutkan bahwa DE mungkin berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan menunjukkan pria dengan DE berisiko terkena serangan jantung, stroke, atau masalah peredaran darah di kaki. DE juga menyebabkan rendah diri, depresi dan hubungan yang sulit baginya dan pasangannya.

DE yang dianggap sebagai penyakit yang tabu seringkali membuat masyarakat berusaha untuk mencari pengobatan sendiri. Hal ini sangat berbahaya karena banyak obat disfungsi ereksi ilegal yang beredar di masyarakat. BPOM RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia) menyebutkan bahwa obat disfungsi ereksi termasuk kelompok obat ilegal terbesar yang menjadi temuan BPOM RI dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Obat disfungsi ereksi sering disalahgunakan sebagai obat kuat. BPOM RI tidak pernah memberikan persetujuan izin edar dengan indikasi sebagai obat kuat. Penggunaan obat disfungsi ereksi tanpa pengawasan tenaga kesehatan memiliki risiko terhadap kesehatan, antara lain gangguan jantung, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan gangguan perdarahan.

Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Ns. Nur Akbar, M.Kep. Sp.Kep.Kom yang merupakan Kepala Seksi Rawat Jalan RSUI.

Narasumber pertama yaitu dr.Widi Atmoko, Sp.U(K) yakni seorang dokter spesialis urologi di RSUI. Dokter Widi membawakan materi dengan tema “Disfungsi Ereksi, Apa yang Perlu Anda Ketahui?”. Mengawali materi dengan menjelaskan struktur organ seksual dan reproduksi pria serta bagaimanan respon seksual normal pria. Respon ini diawali dengan adanya rangsangan yang menstimulasi, setelah itu terjadilah ereksi yang diharapkan bisa mencapai ereksi penuh, kemudian terjadi penetrasi ke vagina, dan mencapai fase klimaks ejakulasi dan orgasme, hingga akhirnya ke fase pasca ejakulasi.

Penyebab disfungsi ereksi dapat dibagi menjadi tiga golongan: 1) organik, yaitu disebabkan oleh masalah pada organ seperti saraf dan pembuluh darah. Pada jenis ini disfungsi ereksi terjadi perlahan dan memberat; 2) psikogenik, yaitu disebabkan oleh masalah psikososial, biasanya hal ini terjadi tiba-tiba dan situasional, sekitar sepertiga kasus DE merupakan DE psikogenik; 3) gabungan antara psikogenik dan organik, biasanya ini diawali adanya masalah pada organ sehingga menyebabkan stres.

Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi, diantaranya adanya penyakit komorbid (penyakit jantung, diabetes melitus, gagal ginjal, kanker, masalah prostat), gaya hidup tidak sehat (merokok, mengonsumsi alkohol, mengonsumsi narkoba, obesitas), faktor psikologis (adanya depresi, trauma, cemas atau konflik keluarga), mengonsumsi obat-obatan (seperti obat antidepresan, antibiotik, obat hipertensi), dan faktor lingkungan (terpapar logam berat dan pestisida).

“Difusi ereksi bisa menjadi alarm bagi tubuh bahwa terjadi gangguan pada dinding pembuluh darah. Pembuluh darah penis lebih kecil maka lebih rentan mengalami gangguan aliran darah akibat plak. Penyakit jantung harus dievaluasi pada pasien DE meski tidak ada keluhan. DE meningkatkan risiko penyakit jantung dan laju kematiannya sebesar 1.25-1.6 kali dan merupakan prediktor serangan jantung dalam 3-5 tahun” jelasnya.

Dokter Widi menyarankan kepada kaum pria yang mengalami keluhan ereksi berulang, persisten, menyebabkan gangguan, atau memiliki penyakit komorbid untuk segera berkonsultasi dengan dokter, karena semakin cepat semakin baik. Pasien akan dilakukan pemeriksaan secara komperhensif. Mulai dari anamnesis, mengisi kuesioner, pemeriksaan fisik dan laboratorium serta pemeriksaan spesifik lainnya. Terdapat berbagai modalitas terapi untuk mengatasi DE. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis urologi untuk memilih terapi yang tepat serta harus diingat pengobatan DE membutuhkan waktu dan tidak bisa instan.

“Lakukan gaya hidup yang sehat dengan diet seimbang, mempertahankan BB ideal, berolahraga teratur, tidur teratur, hindari rokok dan alkohol, serta belajar untuk dapat mengelola stres dan emosi dengan baik. Gaya hidup sehat sangatlah bermakna dalam mencegah DE” tambahnya.

Narasumber kedua yaitu apt. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si, Ph.D yakni seorang apoteker klinis di RSUI. Bu Nadia membawakan materi dengan tema “Hati-hati Obat Palsu untuk Disfungsi Ereksi”. Bu Nadia mengawali materi dengan menjelaskan definisi obat palsu yaitu obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki nomor izin edar.

Data menyampaikan bahwa jumlah obat palsu DE di Indonesia dan dunia termasuk tinggi. Dari sebuah penelitian dari 518 tablet sildenafil 100 mg yang didapatkan dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, dan Medan di Indonesia, sebanyak 45% nya palsu.

“Obat palsu DE bisa jadi tidak ada zat berkhasiat di dalamnya, mungkin ada zat berkhasiat namun dosisnya kecil/tidak cukup, situasi lain bisa jadi obat palsu karena mengandung zat berkhasiat yang berbeda, atau dalam obat tertentu ada penambahan zat kimia, hal-hal ini dapat menyebabkan kerugian atau bahkan bisa jadi membahayakan” tuturnya.

Obat asli DE memiliki kandungan obat aktif dengan kadar sesuai izin edar, misalnya sildenafil 50 mg, tadalafil 5 mg atau vardenafil. Sementara untuk obat palsu ada temuan obat DE yang terdeteksi mengandung tinta printer warna biru, amfetamin, antibiotik, obat diabetes, obat herbal, atau bahan berbahaya serta zat lain yang belum teruji khasiatnya.

Untuk itu masyarakat awam, sebaiknya berhati-hati. Obat asli tidak dijual bebas di pasaran, tidak bisa didapat kecuali dengan resep dokter, didapat dari apotek resmi, serta terdaftar dalam penyelenggara sistem elektronik farmasi (obat yang dibeli secara online). Sementara untuk obat palsu biasanya dijual secara luas, bisa didapatkan di pedagang jalanan, toko obat, toko online, dan biasanya harganya sangat murah.

“Perbedaan obat asli dan palsu dari segi kemasannya. Untuk kemasan, obat asli kualitas bahan kemasan baik, tidak penyok, warna tidak pudar atau luntur, kemasan sesuai dengan izin edar, nama produsen dan alamat jelas, terdapat nomor batch, tersedia 2D barcode. Sementara obat palsu, kualitas kemasan tidak baik, warna, huruf, bentuk berbeda dari izin edar, nama produsennya berbeda atau tidak dikenal, tidak ada nomor izin edar atau nomor batch, serta 2D barcodenya tidak terbaca” jelasnya

Masyarakat juga bisa mengecek keaslian obat di website cekbpom.pom.go.id atau aplikasi BPOM mobile, dalam laman tersebut kita dapat mengecek nomor registrasi, nama produk, merk, jumlah dan kemasan, bentuk sediaan, komposisi, dan nama pendaftar dari produk obat yang dibeli.

“Cermat dalam membeli obat, jika menemukan obat palsu, jangan ragu untuk melaporkannya ke website ulpk.pom.go.id” tegasnya.

Antusiasme peserta sangat tinggi juga berbagai pertanyaan seminar ini, diantaranya pertanyaan mengenai apakah ereksi yang tidak fit/tidak adanya ereksi pada pagi hari dapat menjadi tanda DE, dokter Widi mengatakan ada/tidaknya ereksi di pagi hari memang dapat menjadi hal-hal yang bisa dipertimbangkan, namun harus diperiksa lebih lanjut lagi karena bisa jadi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi misalnya kurang tidur atau badan yang terlalu lelah setelah beraktivitas di malam hari, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kemudian ada pertanyaan apakah wanita juga bisa mengalami DE.

“Wanita juga bisa mengalami DE, atau biasa dikenal sebagai female sexual dysfunction, beberapa gejalanya nyeri saat penetrasi (vaginismus) atau tidak adanya gairah seksual, untuk selengkapnya bisa berkonsultasi dengan dokter urologi-genekologi” jawab dr. Widi

Pertanyaan lainnya yaitu apakah DE bisa dideteksi sejak usia anak-anak.

“Hal tersebut tidak bisa karena fungsi seksual anak-anak belum matang, namun ada beberapa hal yang bisa dicurigai misalnya ada gangguan hormonal yang menyebabkan penurunan testosteron, memiliki penyakit sindrom tertentu, atau adanya gangguan kromosom” jawab dr. Widi.

 

Apakah orang yang minum obat DE terus menerus bisa berefek mengalami DE.

“Apabila digunakan dalam dosis yang rasional dan waktu yang tepat serta ada monitoring dari dokter secara rutin seharusnya tidak ada efek yang membahayakan” jawab Bu Nadia.

Selain itu ada pertanyaan terkait apakah aman mengonsumsi ramuan herbal yang diklaim dapat mengobati DE.

“Bahwa secara empris mungkin ada beberapa testimoni positif yang dirasakan oleh beberapa orang, namun saat ini obat herbal belum ada yang lolos uji klinis sehingga datanya belum kuat apakah benar obat herbal tersebut lebih unggul daripada obat-obat medis DE yang sudah memiliki izin edar. Banyak masyarakat menganggap obat herbal tidak memiliki efek samping, efek samping dari zat-zat herbal ada, namun ujinya belum lengkap sehingga masyarakat harus lebih cermat dan berhati-hati” jawab Bu Nadia.

Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai keluhan atau pertanyaan terkait disfungsi ereksi, dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.

RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://youtu.be/YlfMXDbyeRQ . Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: