RSUI kembali menggelar rangkaian seminar awam dengan tajuk utama: “Kenali Kelainan Irama Jantung, Gunakan Teknologi untuk Selalu Terhubung”. Seminar ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Jantung Sedunia tanggal 29 September mendatang.
Penyakit kardiovaskular saat ini masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia, mengakibatkan 18,6 juta kematian per tahun. Orang dengan penyakit kardiovaskular lebih berisiko terkena COVID-19. Tahun ini Hari Jantung Sedunia mengusung tema “Use Heart to Connect” atau “Gunakan Hati untuk Terhubung”. Dengan memanfaatkan kekuatan digital, kita dapat lebih menyuarakan pentingnya kesadaran orang-orang sekitar untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Selain itu, adanya telemedisin berperan besar untuk membantu masyarakat yang kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan.
Diharapkan melalui penyelenggaraan Bicara Sehat ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan jantung dan pembuluh darah. Seminar ini dimoderatori oleh dr. Assifa Swasti Anindita, MARS.
Narasumber pertama yaitu dr. Sony Hilal Wicaksono, Sp.JP(K)-FIHA, FAsCC membawakan materi dengan tema “Mengenal Gangguan Irama Jantung” menjelaskan bahwa ganguan irama jantung ada beberapa jenis, dan yang paling sering adalah atrial fibrillation. Atrial fibrillation juga menjadi penyebab utama dari banyak kejadian stroke. Atrial fibrillation terjadi saat ruang jantung bagian atas dan bawah tidak berkoordinasi dengan baik, sehingga menyebabkan jantung berdetak terlalu lambat, terlalu cepat, atau tidak beraturan.
“Irama jantung (aritmia) bisa tidak teratur dan juga bisa teratur (terlalu cepat atau terlalu lambat). Irama jantung dikatakan normal jika denyutnya teratur dengan laju 40-110 kali per menit” ujarnya.
Menghindari terjadinya atrial fibrillation salah satu tipsnya dengan memeriksa nadi mandiri dengan jari, namun tidak semua orang terlatih untuk mengukurnya, sehingga disarankan yang paling baik adalah datang ke rumah sakit untuk melakukan check-up EKG 12 lead. Selain itu, di era kemajuan teknologi saat ini, smartwatch yang dikoneksikan ke smartphone juga dapat menjadi salah satu alternatif mudah untuk mendeteksi gangguan irama jantung.
Lebih lanjut Dokter Sony juga menjelaskan beberapa gejala aritmia diantaranya muncul rasa berdebar, sesak, lemas, pusing, bahkan hingga pingsan. Kemampuan bantuan hidup dasar (basic life support) sangat dibutuhkan jika ada orang-orang di sekitar kita yang mengalami gejala ini.
“Beberapa langkah bantuan hidup dasar biasanya disingkat dengan DRSABCD, diantaranya D (Danger, cek terlebih dahulu bahaya di sekitar kita), R (Response, cek respon orang yang pingsan tersebut), S (Send for help, hubungi ambulan), A (Airway, bebaskan jalan napas), B (Breathing, cek pernapasan), C (CPR, jika tidak ada pergerakan napas lakukan mekanisme CPR), D (Defibrillation, pasang defibrillator sesegera mungkin jika tersedia), sambil menunggu ambulan dating” tambah Dokter Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah RSUI, dr. Sony.
Narasumber kedua yaitu dr. Rakhmad Hidayat, Sp.S(K), MARS membawakan materi dengan tema “Gangguan Irama Jantung dan Stroke” menyampaikan bahwa penyebab gangguan irama jantung diantaranya akibat faktor genetik, sinyal elektrik jantung tidak normal, dan perubahan jaringan jantung normal. Angka kejadian stroke iskemik pada pasien aritmia lebih tinggi 5 kali lipat.
Dokter Rakhmad yang sering disapa dr. Dayat juga menjelaskan bagaimana hubungan antara aritmia dan stroke. Hal ini diawali dari adanya gangguan kontraksi jantung, sehingga membuat aliran darah tertahan. Aliran darah yang tertahan akan membentuk gumpalan (tromboemboli), yang dapat terbawa ke otak. Hal ini dapat menyumbat pembuluh darah di otak, yang akhirnya menyebabkan stroke.
“Stroke juga dapat memicu terjadinya aritmia, sebanyak 52% pasien stroke yang tidak memiliki penyakit jantung sebelumnya mengalami aritmia. Kerusakan pada jaringan otak mempengaruhi sistem saraf autonom pada tubuh yang mengatur irama dan laju jantung. Kematian sel otak juga dapat merangsang respon peradangan umum tubuh yang memicu aritmia. Aritmia ditemukan lebih banyak pada stroke yang melibatkan otak sisi kanan dan area insula pada otak” paparnya.
Beberapa tips pencegahan stroke pada pasien aritmia, diantaranya dengan melakukan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, hindari makanan yang berlemak dan mengandung natrium tinggi, lakukan olahraga rutin, kontrol tekanan darah dan gula darah, menjaga berat badan agar ideal, serta rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter.
“Pasien juga sebaiknya minum obat rutin yang telah diresepkan dokter, perbaiki irama dan laju jantung dengan mengonsumsi obat laju jantung (beta bloker) atau irama jantung (digoksin), atau obat yang mencegah penggumpalan darah yaitu obat pengencer darah (aspirin/warfarin). Pemakaian obat-obatan ini harus sesuai dengan indikasi dokter” ungkap Dokter Spesialis Saraf RSUI, dr. Dayat.
Narasumber ketiga yaitu dr. Hermawan, Sp.JP(K)-FIHA membawakan materi dengan tema “Pemantauan Kesehatan dan Irama Jantung Mandiri dengan Telehealth Monitoring Berbasis Internet” beliau menyampaikan bahwa saat ini di era pandemi COVID-19 ditambah semakin berkembangnya teknologi, telemedisin menjadi suatu keniscayaan. Telemedisin secara singkat disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 90 tahun 2015 terkait pengelolaan fasilitas layanan kesehatan pada area terpencil dan sangat terpencil.
“Telemedisin bertujuan untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan proses diagnosis dan konsultasi medis dan fasilitas kesehatan lainnya pada area dimana terdapat kekurangan tenaga kesehatan dengan kualifikasi khusus. Selain itu, di masa pandemi ini telemedisin juga sangat berguna bagi orang yang sedang menjalani isolasi mandiri atau penderita penyakit kardiovaskular yang rentan terhadap COVID-19” ujarnya.
Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular, khususnya stroke iskemik (thrombo-embolic stroke), membutuhkan pemantauan irama jantung secara berkesinambungan karena seringkali tidak terdeteksi dengan pemeriksaan sesaat atau bahkan dengan modalitas yang ada saat ini karena memiliki keterbatasan waktu rekam, harga yang mahal, serta tindakan yang invasif.
“Pemantauan kesehatan jarak jauh (tele-health monitoring) dengan alat yang terpasang (handheld device) berbasis Internet of Things (IoT) mungkin dapat menjadi alternatif jangka panjang yang tidak terbatas (indefinite) dalam mendeteksi adanya gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium yang telah diketahui meningkatkan risiko stroke iskemik hingga empat kali lipat. Pada dasarnya, teknologi IoT dapat menghubungkan perangkat apapun yang melekat di badan ke internet” tambahnya.
Tidak hanya pada pasien dengan risiko stroke atau gangguan irama jantung, kondisi lain juga mungkin membutuhkan tele-health monitoring berbasis IoT, misalnya pada atlet dengan latihan fisik berat. Kondisi tersebut berhubungan dengan risiko terjadinya serangan jantung serta gangguan irama jantung mendadak dan berbahaya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Lebih lanjut dokter Hermawan mengingatkan bahwa “tele-health monitoring tidak bertujuan untuk menggantikan praktik klinis yang sudah ada, melainkan untuk membantu pasien melakukan deteksi dini, meningkatkan kewaspadaan, memantau kesehatan dan pengobatan secara mandiri serta membantu dokter dalam memberikan keputusan klinis terbaik untuk tindak lanjut. Telemedisin dan tele-health monitoring tidak boleh menjadi modalitas tunggal yang diandalkan dalam pengambilan keputusan klinis penting” tegas Dokter Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah RSUI, dr. Hemawan.
RSUI saat ini memiliki layanan poli telemedisin, masyarakat dapat dengan mudah melakukan konsultasi dari rumah saja tanpa perlu repot antri atau khawatir keluar rumah di era pandemi COVID-19 saat ini.
Antusiasme masyarakat cukup tinggi terhadap kegiatan ini, dengan jumlah peserta sebanyak 250 orang. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan seputar tema yang tengah dibahas. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.
Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=-aDKRmdeHA0
Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!