(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Awam Bicara Sehat : Telinga Sehat untuk Hidup Bermakna

RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam dengan tajuk utama: Telinga Sehat untuk Hidup Bermakna”.

Pendengaran mempunyai peran penting dalam kehidupan seseorang. Pendengaran berkaitan dengan kemampuan komunikasi, perkembangan bicara dan bahasa, dan kemampuan belajar seseorang. Bahkan, gangguan pendengaran kecil dan dianggap sepele dapat menyebabkan efek negatif yang mendalam pada kemampuan bicara, pemahaman bahasa, komunikasi, kemampuan belajar anak, dan perkembangan sosial seseorang (Centers for Disease Control and Prevention, 2021). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan 12,5% anak-anak dan remaja berusia 6-19 tahun (sekitar 5,2 juta) dan 17% orang dewasa berusia 20-69 tahun (sekitar 26 juta) telah mengalami kerusakan permanen pada pendengaran mereka akibat paparan kebisingan yang berlebihan. World Health Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa lebih dari 5% populasi dunia atau sekitar 430 juta orang memerlukan rehabilitasi untuk mengatasi gangguan pendengaran mereka yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Diperkirakan pada tahun 2050 lebih dari 700 juta orang atau satu dari setiap sepuluh orang akan mengalami gangguan pendengaran yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

World Hearing Day (WHD) atau Hari Pendengaran Sedunia diperingati setiap 3 Maret setiap tahun. Tahun 2022, WHD mempunyai slogan “To hear for life, listen with care” akan berfokus pada pentingnya pendengaran dan sarana pencegahan gangguan pendengaran. Beberapa hal yang menjadi pesan pokok dalam WHD 2022 adalah pentingnya perawatan telinga dan pendengaran untuk pendengaran yang baik selama hidup, gangguan pendengaran atau bahkan kehilangan pendengaran dapat dicegah terutama untuk yang terkait dengan kebisingan, “mendengarkan yang aman”, serta seruan WHO kepada pemerintah, mitra industri, dan masyarakat umum untuk meningkatkan kesadaran dan menerapkan standar untuk mempromosikan pendengaran yang aman.

Seminar Awam Bicara Sehat dalam rangka memperingati World Hearing Day ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Dr. dr. Mirta Hediyati Reksodiputro, Sp.THT-KL(K) yang merupakan Dokter Spesialis THT di RSUI.

Narasumber pertama yaitu dr. Dumasari Siregar, Sp.THT-KLyakni seorang dokter spesialis THT di RSUI. Dokter Duma membawakan materi dengan tema “Gangguan Dengar akibat Infeksi”. Membuka seminar awam kali ini, dokter Duma mengawali materi dengan menjelaskan anatomi telinga dan sistem pendengaran. Dokter Duma menjelaskan bahwa gangguan pendengaran dibagi menjadi konduktif dan sensorineural/saraf.

“Untuk pasien dengan gangguan pendengaran, pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan telinga tujuannya untuk melihat apakah ada penyumbatan di liang telinga atau kondisi di gendang telinganya dan dilanjutkan ke pemeriksaan selanjutnya sesuai dengan keluhan yang ada” jelasnya.

Infeksi yang bisa diterjadi di telinga yaitu, otitis eksterna dan otitis media akut.

“Otitis eksterna disebabkan oleh mengorek telinga atau dapat juga disebabkan oleh udara yang terlalu panas dengan kelembaban yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan infeksi jamur di dalam liang telinga. Pada kondisi ini liang telinga menjadi bengkak dan sempit sehingga menyebabkan gangguan hantaran dari luar ke dalam. Infeksi lain yang dapat terjadi di telinga yaitu otitis media akut yang disebabkan adanya penyumbatan pada tuba eustachius yang mengakibatkan infeksi sel napas” tambahnya.

Narasumber kedua yaitu Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL(K) yakni seorang dokter spesialis THT di RSUI. Dokter Fikri membawakan materi dengan tema “Gangguan Dengar akibat Gaya Hidup”. Kebiasaan sehari-hari dan gaya hidup dapat berperan sabagai penyebab dari gangguan pendengaran.

“Umumnya gangguan pendengaran yang terjadi belum dirasakan sebelum kondisi menjadi berat. Permasalahan yang terjadi, gangguan pendengaran akibat gaya hidup ini sebagian bisa menjadi cacat yang akan mempengaruhi kualitas hidup di masa mendatang” ungkapnya.

Kebiasaan yang sering dilakukan yang dapat mengganggu pendengaran yaitu mengorek telinga atau membersihkan kotoran telinga. Kotoran telinga merupakan hal normal yang terbentuk sebagai bagian dari proses pertahanan tubuh mencegah kuman dan benda asing masuk ke liang telinga. Kegiatan membersihkan telinga dapat mendorong serumen masuk ke liang telinga yang lebih dalam akhirnya menumpuk. Kesalahan pada waktu mengorek telinga dapat menyebabkan infeksi pada kulit liang telinga. Faktor yang menyebabkan telinga mudah gatal, yaitu: serumen kering yang terjadi pada pasien dengan alergi, kelainan kulit, usia lebih tua.

Radang telinga juga bisa terjadi akibat kebiasaan menyelam, hal ini terjadi karena adanya perubahan tekanan. Untuk mencegah hal ini disarankan untuk para penyelam kembali ke permukaan secara perlahan untuk menghindari perubahan tekanan secara drastis. Gangguan pendengaran akbiat gaya hidup yang terkahir yang dibahas oleh dokter adalah gangguan dengar akibat bising rekreasional.

“Masa pandemi yang membuat meningkatnya penggunaan personal listening device atau dapat juga disebut gawai menjadi pemicu penurunan pendengaran. Faktor yang mempercepat kerusakan pendengaran akibat gawai itu diantaranya mendengarkan musik menggunakan earphone dan meningkatkan volume, durasi menggunakan yang sangat lama, dan gaya hidup seperti merokok, mengkonsumsi alkoholm juga dapat menjadi faktor yang mempercepat kerusakan pendengaran akibat gawai” jelasnya, pada sesi akhir.

Narasumber ketiga yaitu dr. Rakhmi Savitri, MKK, Sp.Ok yakni seorang dokter spesialis okupasi di RSUI. Dokter Fikri membawakan materi dengan tema “Kebisingan di Tempat Kerja dan Konservasi Pendengaran”. Mengawali sesi ketiga, dokter Rakhmi memberikan beberapa contoh pekerjaan yang biasa dilakukan beserta kebisingan yang dihasilkan, misalnya pekerjaan dengan alat berat, pekerjaan dengan kondisi yang mengeluarkan music terlalu keras, dapat mengeluarkan kebisingan di atas 80 desibel.

Menurut dokter Rakhmi “kegiatan yang melebihi 85 desibel akan berpotensi mengakibatkan gangguan pendengaran akibat bising. Ambang batas kebisingan di tempat kerja rata-rata 85 desibel untuk 8 jam dan tidak boleh melebihi 140 desibel walaupun hanya sesaat. Cara untuk melindungi pendengran yaitu dengan program konservasi pendengaran” jelasnya.

Program konservasi pendengaran merupakan program yang diterapkan di lingkungan kerja untuk mencegah gangguan pendengaran akibat terpapar kebisingan pada pekerja. Tujuan dari program tersebut untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui pencegahan gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja. Program kenservasi pendengaran terdiri dari tujuh komponen, yaitu: penilaian paparan kebisingan, pengendalian kebisingan, tes audiometri berkala, alat pelindung pendengaran, motivasi dan edukasi, pencatatan dan pelaporan, serta evaluasi program.

Dokter Rakhmi mengatakan “kita harus mengetahui kebisingan di tempat kerja berapa decibel kekuatannya. Biasanya akan dilakukan pengecekan dan dilakukan penilaian sehingga dapat diberikan tanda wilayah yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi dalam lingkup kerja” tambahnya.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang, banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh peserta. Diantaranya pertanyan terkait keluarnya cairan dari telinga. Keluar cairan dari telinga bisa disebabkan adanya gangguan ditelinga luar atau ditelinga dalam. Apabila terjadi hal tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan pada telinga tersebut, pakah terjadi infeksi ditelinga luar atau bahkan adanya lubang pada telinga bagian dalam yang menyebabkan cairan tersebut keluar dari telinga.

Menurut dokter Duma “terkadang gendang telinga tidak dapat mengevaluasi langsung, apabila kondisinya di liang telinga sudah terjadi pembengkakan. Hal yang akan dilakukan pertama yaitu mengobati terlebih dahulu pembengkakan yang ada di liang telinga tersebut”.jawabnya.

Pertanyaan lain yang diajukan oleh peserta terkait cara pencegahan khusus untuk pekerja industri yang berada dikondisi yang bising.

Menurut dokter Rakhmi “cara yang bisa dilakukan yaitu dengan mengurangi bising tersebut dan gunakan alat pelindung telinga yang sesuai. Terkait penggunaan alat pelindung telinga penggunaan harus disesuaikan dengan tingkat kebisingan yang terjadi juga cara penggunaan yang benar, Karakteristik atau tanda yang harus diwaspadai akibat bising di lingkungan kerja ini yaitu: bicara sudah harus keras, terganggu dengan suara yang biasa” jelasnya, menjawab pertanyaan peserta.

Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai keluhan terkait telinga hidung dan tenggorokan dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.

RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://youtu.be/EzWpD2OGhqw. Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: