(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Awam BicaraSehat RSUI : Keren Tanpa Rokok, Jaga Bumi Kita dengan Berhenti Merokok

Tahun 2020, Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai produsen tembakau. Tembakau merupakan racun yang bekerja lambat, tersembunyi, dan berbahaya. Tembakau dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti jantung, stroke, kanker mulut, kanker serviks, kanker tenggorokan, hingga kematian janin. Perokok rata-rata menghancurkan 6 (enam) pohon per tahun atau 352 pohon selama masa hidup mereka dan berkontribusi melepaskan 0,03066 ton CO2 per batang rokok. Sebagian besar perokok adalah usia remaja, hal ini mungkin terkait dengan banyaknya industri rokok yang melakukan promosi di lingkungan sekolah, taman bermain, dan tempat umum lainnya. Menurut data Badan Pusat Statistik, Tahun 2020 presentase perokok pada penduduk usia lebih dari 15 tahun adalah 28,69%, naik menjadi 28,96% pada tahun 2021. Padahal, Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yaitu ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memperoduksi, menjual, mengiklankan, dan mempromosikan produk tembakau sudah digalakkan di berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan sosialisasi, edukasi, dan informasi secara berkala dan terus menerus tentang dampak negatif dari rokok dan produk tembakau lainnya.

Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Acara dibuka dengan sambutan dari dr. Hermawan, Sp.JP(K)-FIHA, selaku Direktur Umum dan Operasional Rumah Sakit Universitas Indonesia dan dr. Mary Liziawati selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok. Dalam sambutannya, dokter Hermawan menyampaikan bahwa merokok memiliki kaitan yang erat dengan berbagai penyakit tertentu, salah satunya penyakit kardiovaskular. Merokok menjadi faktor risiko utama terjadinya angka kesakitan dan kematian jantung koroner. Selain itu, risiko lain yang dapat muncul yakni penyakit keganasan, seperti penyakit keganasan yang berkaitan dengan saluran pernapasan. Hal yang tak kalah pentingnya, risiko dari merokok juga dapat menghambat pertumbuhan janin. Dokter Hermawan mengatakan, “Dengan kondisi tanpa kontaminasi rokok angka stunting di Indonesia sudah sangat tinggi, apalagi ditambah dengan ibu-ibu yang terkontaminasi oleh rokok dan asap rokok, dikhawatirkan bisa meningkatkan angka stunting”. Pada kesempatan ini, dokter Hermawan juga menghimbau kepada seluruh perokok aktif, bahwa dapat rokok bukan hanya terhadap dirinya sendiri ataupun kesehatannya, namun juga berdampak kepada orang lain (perokok pasif) dan juga lingkungan. Di akhir sambutannya, dokter Hermwan mengajak kepada seluruh masyarakat untuk dapat berupaya menggunakan tembakau sebagai alternatif untuk penggunaan disinfektan dan obat-obatan.

Sambutan kedua oleh Dokter Mary Liziawati selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok. Pada sambutan ini, Ibu Mary sangat berterima kasih kepada RSUI yang telah menyelenggarakan acara webinar ini, yang merupakan kepedulian dan upaya nyata untuk terlibat dalam pembangunan masyarakat khususnya di wilayah Depok. Rokok dan industri tembakau yang dapat merusak lingkungan hidup dan ekosistem menjadi salah satu hal yang banyak diperbincangkan. Sampah puntung rokok juga banyak sekali ditemukan dimana-mana. Sampah ini dapat mencemari lingkungan karena mengandung zat racun yang berbahaya. Ibu Mary mengatakan, “Apabila tidak ada tembakau, berarti lebih sedikit mikroplastik dan racun yang dapat meracuni lautan kita dan lebih sedikit yang merusak Kesehatan”. Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada hari ini 31 Mei 2022, merupakan kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan dari masyarakat. Sehingga masyarakat dapat memahami secara benar efek dan bahaya dari konsumsi rokok dan paparan asap rokok yang bukan hanya terhadap kesehatan, namun juga terhadap lingkungan. Ibu Mary mengatakan, “kegiatan yang digagas oleh RSUI ini sangat sejalan dengan harapan Kota Depok, agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam penarapan kawasan tanpa rokok (KTR)”.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber. Pada sesi ini, acara yang dimoderatori oleh Eka Hardi Yudharsa, S.T.P, yang merupakan Kepala Seksi Marketing dan Humas RSUI.

Narasumber pertama yaitu Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH yakni merupakan ketua bidang edukasi publik dan pemberdayaan masyarakat di Komnas Pengendalian Tembakau. Ibu Rita membawakan materi dengan tema “Merokok dan Kerusakan Lingkungan, Bagaimana Hubungannya?”. Ibu Rita mengawali materi dengan menjelaskan terkait rokok. Ibu Rita mengatakan, “Perilakunya merokok, tetapi penyakitnya banyak yaitu kardiovaskuler, jantung, paru, diabetes, penyakit PPOK. Jadi judulnya satu perilaku menyebabkan banyak penyakit”.  Sementara itu, prevalensi perokok di Indonesia masih sangat tinggi, terutama pria yang masih mendominasi perokok di Indonesia. Jumlah perokok Indonesia terbesar ketiga di dunia, dan 2 (dua) dari 3 (tiga) pria dewasa di Indonesia merupakan perokok. Hal yang lebih mengkhawatirkan, jumlah perokok anak terus meningkat. 1 (satu) dari 10 (sepuluh) anak di Indonesia merokok. Oleh karena itu Komnas Pengendalian Tembakau berjuang untuk melindungi anak-anak agar tidak menjadi perokok. Pemerintah juga berjuang keras untuk menurunkan angka prevalensi perokok anak, namun memang masih belum berhasil. Alasannya karena masyarakat dapat membeli rokok dengan jumlah satuan (ketengan) dan aksesnya mudah didapat, iklan rokok yang gencar, baik melalui iklan di media, promosi bahkan sponsorship untuk suatu acara, dan yang terakhir, dalam psikologi perkembangan remaja adanya tekanan pertemanan yang mendorong mereka untuk merokok.

Prinsip pengendalian tembakau ada 6 (enam), atau disebut juga 6 Pilar pengendalian tembakau. Pilar yang pertama yaitu peringatan kesehatan bergambar dengan memberikan edukasi mengenasi bahaya merokok melalui visual dan tulisan yang ada dibungkus rokok. Pilar kedua yaitu penetapan kawasan tanpa rokok (KTR), tujuannya untuk memberikan perlindungan terutama perokok pasif agar dapat terhindar dari risiko penyakit akibat asap rokok orang lain.  Pilar ketiga yaitu cukai rokok dengan menaikkan harga rokok setinggi-tingginya melalui mekanisme cukai agar tidak terjangkau, terutama oleh keluarga miskin dan anak-anak. Pilar keempat yaitu layanan iklan, promosi dan sponsor rokok tujuannya untuk denormalisasi rokok dan industrinya, serta mencegah lahirnya perokok-perokok pemula akibat adanya iklan, promosi, dan sponsor rokok yang terbukti mempengaruhi anak-anak mulai merokok. Pilar kelima yaitu edukasi, tujuannya untuk memberikan informasi seluas-luasnya mengenai risiko/bahaya konsumsi produk tembakau, terutama rokok, terhadap kesehatan maupun aspek lain. Pilar yang keenam yaitu bantuan berhenti merokok, tujuannya untuk mengakomodasi perokok yang telah teredukasi bahaya dan ingin berhenti merokok.

Ada tiga hal besar dampak konsumsi produk tembakau. Dampak pertama yaitu terhadap kesehatan. Ada peningkatan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker, stroke, dan diabetes mellitus. Selain itu, merokok juga dapat memicu stunting, anak pada keluarga perokok cenderung lebih ringan 1,5 kg dan lebih pendek dan konsekuensi jangka panjang konsumsi nikotin merusak fungsi prefrontal cortex (otak depan) pada remaja. Ibu Rita mengatakan, “proporsi balita stunting pada keluarga perokok aktif termiskin 39,5%”. Dampak kedua yaitu terhadap ekonomi. Konsumsi rokok dapat memicu kemiskinan. Rokok kretek filter menjadi komoditas kedua yang paling berkontribusi pada kemiskinan. Konsumsi rokok sebagai kerugian ekonomi seperti tingginya beban biaya kesehatan akibat konsumsi rokok, termasuk di dalamnya tanggungan BPJS kesehatan. Dampak ketiga yaitu terhadap lingkungan, dimana dalam pembuatan 1 batang rokok membutuhkan 3,7 liter air dan emisi yang dihasilkan dari produksi tembakau yakni 84 juta ton CO2.

Di akhir sesi, Ibu Rita menyimpulkan dengan memberitahukan piramida tembakau Indonesia. Ibu Rita mengatakan, “industri rokok tentu menguntungkan, untuk siapa? Untuk pemilik dan karyawan yang bekerja di industri tersebut”. Sedangkan untuk rakyat miskin hanya mendapat penyakitnya saja. Rokok juga meracuni bumi, banyak masalah yang dapat ditimbulkan dari rokok terhadapt keberlangsungan kehidupan bumi kita.

Narasumber kedua yaitu dr. Sri Wahdini, M.Biomed, Sp.Ak yakni seorang dokter spesialis akupunktur medik di RSUI. Dokter Sri Wahdini atau yang akrab disapa dengan dokter Cici membawakan materi dengan tema “Tips Berhenti Merokok dengan Terapi Akupunktur?”. Dokter Cici menjelaskan tentang kandungan rokok dan zat kimia yang terkandung dalam sebatang rokok. Kandungan dalam sebatang rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia, 400 zat berbahaya, 43 zat penyebab kanker (karsinogenik). Dampak buruk juga dapat terjadi tidak hanya untuk perokok aktif, namun juga untuk perokok aktif yaitu menyebabkan stroke dan serangan jantung, menyebabkan kanker leher rahim, kanker paru, kanker kulit, gangguan pada mata, pendengaran, tulang lebih mudah patah dan lain-lain. Rokok dapat menyebabkan kecanduan karena memiliki nikotin yang secara alami dihasilkan dari tembakau. Nikotin bersifat adiktif yang memiliki pengaruh pada kerja otak dan efeknya dapat menimbulkan ketergantungan.

Dokter Cici mengatakan “banyak sekali manfaat yang dapat dihasilkan apabila berhenti merokok, secara ekonomi misalnya, apabila behenti merokok dalam 3 hari dapat membeli paket data 500Mb”. Efek yang juga dapat dirasakan oleh tubuh pada saat berhenti merokok yaitu dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan dalam jangka panjang (lebih dari 15 tahun) dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner bahkan dapat sama dengan orang tidak merokok.

Terapi akupunktur medik juga dapat digunakan untuk terapi berhenti merokok. Akupunktur merupakan modalitas pengobatan dengan menusukan jarum di titik-titik tertentu dengan tujuan mengobati kondisi kesehatan tertentu dan berdasarkan pengetahuan dasar kedokteran serta menerapkan prinsip-prinsip evidence based medicine (EBM) atau hasil penelitian ilmiah. Terapi akupunktur dalam rangka mengatasi adiksi rokok dapat dilakukan baik sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan modalitas lain. Manfaat terapi akupunktur untuk adiksi rokok dan berhenti merokok yaitu membantu pasien lepas dari kecanduan atau keinginan untuk mengkonsumsi rokok, mengurangi gejala putus nikotin, dan menangani keluhan-keluhan akibat merokok. Dokter Cici mengatakan, “Dengan lepas dari kecanduan rokok tujuannya pasien dapat mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi”. Cara kerja dari terapi akupuntur untuk menghilangkan adiksi rokok dan berhenti merokok dapat dilakukan dengan melakukan perangsangan titik akupunktur agar dapat meningkatkan kadar molekul kimia tubuh (endorphin, encephalin, epinefrin, noreepinefrin, serotonin, dan dopamine) disistem saraf pusat dan plasma. Dokter Cici mengatakan, “titik akupunktur tunggal yang dilakukan ada di area telinga, atau dapat juga kombinasi menggunakan titik akupunktur tubuh”.

Narasumber ketiga yaitu Meilisa Rahmadani, SKM, M.KKK yakni ketua tim KTR di RSUI. Ibu Meilisa membawakan materi dengan tema “Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di RSUI”. Beliau mengenalkan definisi dari KTR yaitu ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau. Terdapat beberapa regulasi terkait KTR diantaranya UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113-116, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.11 tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok, dan Peratiran Daerah Kota Depok No.2 tahun 2020 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Universitas Indonesia termasuk didalamnya Rumah Sakit Universitas Indonesia termasuk kawasan tanpa rokok.

Ibu Meilisa mengenalkan regulasi kawasan tanpa rokok (KTR) di RSUI, dimana orang yang ketahuan merokok di lingkungan RSUI akan didenda sebesar Rp 500.000. Program KTR di RSUI tersusun secara terintegrasi bersama dengan unit lain tidak hanya dari unit K3RS, tapi juga melibatkan unit promosi kesehatan, diklat, security, dan pelayanan. Tim KTR juga melakukan internalisasi ke dalam budaya keselamatan, serta melakukan evaluasi dan inovasi.

Program KTR terintegrasi ini diantaranya diawali dengan pembuatan regulasi, pemberian edukasi melalui poster dan video reels instagram, serta melakukan aksi kampanye. Salah satu kampanye yang telah dilaksanakan yaitu di Depok Town Square pada tanggal 31 Mei 2022 lalu. Aksi kampanye ini dilakukan secara langsung, salah satu kegiatan yang banyak menarik perhatian peserta yaitu aksi menukar rokok dengan minuman sehat.

Dalam pelaksanaan KTR ini tentunya memiliki banyak tantangan, diantaranya area KTR RSUI yang sangat luas (semua kawasan RSUI) dan tidak ada area untuk merokok sehingga butuh pengawasan yang lebih luas lagi, selain itu jumlah pengunjung baru RSUI atau pendamping pasien juga bertambah yang kadang belum mengetahui regulasi KTR di RSUI, sehingga untuk mengatasi hal ini, tim KTR memberikan informasi melalui spanduk dan stiker terkait larangan merokok di beberapa sudut di lingkungan RSUI. 

Untuk kedepannya, Ibu Meilisa bersama tim KTR berencana untuk melakukan pemilihan duta anti rokok dari perwakilan karyawan RSUI yang telah berhasil berhenti merokok. Duta anti rokok ini diharapkan dapat memotivasi teman-teman lainnya yang masih merokok untuk berhenti merokok juga. Di akhir, Ibu Meilisa juga berharap agar RSUI kedepannya memiliki klinik henti rokok untuk membantu masyarakat yang ingin berhenti merokok. Masyarakat yang ingin mulai berhenti merokok untuk sementara bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis akupunktur medik atau dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUI jika ingin melakukan terapi untuk mengatasi adiksi.

Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan, diantaranya ada pertanyaan terkait bagaimana dengan tanggapan di masyarakat bahwa rokok dapat membantu perekonomian masyarakat. Ibu Rita mengatakan rokok memang membawa dampak positif bagi perekonomian, namun lebih tepatnya positif bagi perekonomian orang-orang yang punya perusahaan rokok tersebut. Ibu Rita menampilkan sebuah piramida tembakau dimana ternyata keuntungan itu hanya berlaku bagi pemilik perusahaan rokok, dan sedikit keuntungan bagi kelompok masyarakat yang menjual rokok-rokok tersebut, sementara sisanya masyarakat yang mengalami kerugian bagi kesehatan maupun kerugian uang untuk berobat. Dikatakan dulu bahwa sebanyak 6 juta masyarakat bergantung dengan perusahaan rokok, namun sekarang ternyata produksi rokok sudah tidak menggunakan metode linting, tapi memakai mesin. Selain itu tembakau yang digunakan sebagai bahan baku ternyata sebagian besar diimpor. Ibu Rita mengajak masyarakat untuk melihat secara lebih objektif.

Selain itu ada pertanyaan terkait bagaiamana mencegah atau mengatasi perilaku merokok pada anak. Ibu Rita mengatakan bahwa biasanya tingkat adiksi pada remaja tidak berat, namun adanya peer presure membuat remaja sulit untuk meninggalkan rokok. Kebijakan menjadi sangat penting dalam mencegah hal ini, saat ini akses rokok sangat mudah. Ibu Rita dan tim Komnas Pengendalian Tembakau terus berusaha mendorong agar cukai naik, karena saat ini harga rokok di Indonesia sangat murah dan bisa diketeng sehingga mudah untuk dibeli oleh para remaja. Penanganan perilaku merokok pada remaja penting untuk dilakukan segera karena jika sudah memasuki fase dewasa tingkat adiksinya makin tinggi dan lebih sulit untuk dihentikan. Terdapat pula pertanyaan yang diberikan kepada dokter Cici, terkait bagaimana jika seseorang sudah melakukan terapi akupunktur untuk henti rokok selama 8 minggu namun belum ada perubahan. Dokter Cici mengatakan penangananya harus multidisiplin, dibutuhkan evaluasi apakah perlu ada dosis yang ditambah. Jika memang adiksinya tergolong berat, bisa dibantu obat anti nikotin.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sekitar 200 orang, terdiri dari remaja, orangtua, dan lain-lain. Forum ini membuat beberapa penyimak dari berbagai provinsi di Indonesia turut menghadirinya. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://youtu.be/E-QClQTMTiY . Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: