RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam dengan tajuk utama: “Stop Pneumonia pada Anak, Cegah dari Sekarang!”.
Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang paru-paru manusia. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian terbesar pada orang dewasa dan anak-anak. WHO menyebutkan bahwa pneumonia membunuh 740.180 anak di bawah usia 5 tahun pada 2019, terhitung 14% dari semua kematian anak di bawah lima tahun, tetapi 22% dari semua kematian pada anak berusia 1 hingga 5 tahun. Pneumonia virus, bakteri, atau jamur. Bakteri Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), virus pernapasan syncytial adalah beberapa penyebab pneumonia yang paling banyak ditemukan pada anak.
Pneumonia bukanlah penyakit yang tidak bisa dicegah atau diobati. Meningkatkan upaya pencegahan pneumonia dapat mencegah hampir sembilan juta kematian anak akibat pneumonia dan penyakit utama lainnya pada tahun 2030. Vaksin pneumonia dapat diberikan kepada bayi, anak-anak, orang dewasa, dan lansia. Menurut CDC, vaksin pneumonia memiliki tingkat efektivitas hingga 96% dalam hal melindungi anak-anak dari penyakit pneumonia.
Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Ema Fiki Munaya, MKM yang merupakan Staf Promosi Kesehatan di RSUI.
Narasumber pertama yaitu dr. Cynthia Centauri, Sp.A yakni seorang Dokter Spesialis Anak RSUI. Dokter Cynthia membawakan materi dengan tema “Mengenal Penyakit Radang Paru pada Anak”. Dokter Cynthia mengawali materi dengan menjelaskan update perkembangan kondisi penyakit pneumonia di Indonesia, dimana pada tahun 2017, Indonesia sendiri menempati peringkat ke-7 di dunia untuk negara dengan kasus pneumonia tertinggi. Pneumonia merupakan infeksi saluran napas akut yang mengenai parenkim paru. Sel paru-paru (alveoli) terisi dengan nanah dan cairan yang menyebabkan kesulitan bernapas dan mengganggu asupan oksigen. Dokter Cynthia menjelaskan patogen / kuman masuk ke paru-paru dapat secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, patogen akan masuk melalui pernapasan atau secara aspirasi (terhirup) secara tidak sengaja, sedangkan secara tidak langsung penyebaran patogen dapat masuk melalui aliran darah. Patogen akan memicu respon imun tubuh dan menyebabkan reaksi peradangan.
Dokter Cynthia juga memaparkan berbagai faktor risiko pneumonia pada anak yaitu: imunitas rendah (gizi kurang/gizi buruk dan tidak ASI), hunian padat, status ekonomi rendah, penyakit yang menyertai sebelumnya, seperti HIV dan campak, polusi udara, asap rokok, dan imunisasi belum lengkap. Gejala dan tanda pneumonia pada anak yaitu: batuk, sesak yang ditandai dengan napas cepat, adanya tarikan dada, napas cuping hidung, tampak biru, penurunan saturasi oksigen. Napas cepat pada anak bisa dilakukan pengecekan dengan mengukur frekuensi pernapasan dalam satu menit. Gejala lainnya yang biasanya timbul seperti sulit makan/minum, kesadaran anak menurun yang ditandai dengan anak lebih banyak tidur atau tampak lemah, demam atau hipotermia, kejang, suara nafas tambahan, dan gejala penyerta lain seperti diare, muntah, dan sebagainya. Dokter Cynthia mengatakan, “Anak dapat dirawat di rumah sakit apabila anak sudah sulit bernapas atau merintih, ada penurunan saturasi oksigen, sulit makan, atau memiliki penyakit penyerta”.
Lebih lanjut, dr. Cynthia menjelaskan bahwa mencegah pneumonia pada anak dapat dilakukan melalui pemberian nutrisi yang cukup. Nutrisi yang cukup dapat meningkatkan pertahanan alami anak dan dapat dimulai dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, melakukan imunisasi yang lengkap, memberikan nutrisi yang baik. Mengatasi faktor lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan (dengan menyediakan kompor dalam ruangan bersih yang terjangkau, misalnya) dan mendorong kebersihan yang baik di rumah yang ramai juga mengurangi jumlah anak yang jatuh sakit dengan pneumonia. Sebagai penutup paparan sesi pertama, dokter Cynthia terus mengingatkan untuk melengkapi imunisasi pada anak sesuai dengan anjuran IDAI.
Narasumber kedua yaitu dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), MSc.(TropPaed) yakni seorang Dokter Spesialis Anak RSUI. Dokter Nina membawakan materi dengan tema “Pentingnya Vaksinasi Pneumonia di Era Pandemi COVID-19”. Mengawali sesi kedua, dokter Nina kembali menjelaskan penyebab dari pneumonia, dimana S. pneumonia masih menjadi penyebab terbesar penyebab pneumonia. Dokter Nina menjelaskan pentingnya imunisasi pada anak dimana pada prinsipnya imunisasi dapat melindungi anak dari risiko terkena infeksi yang berat. Imunisasi dilakukan dengan cara diberikan/diinfeksikan dengan kuman yang telah dimatikan atau dilemahkan. Imunisasi jauh lebih aman dibandingkan terkena penyakit infeksi yang sesungguhnya. Dengan diberikan imunisasi, seakan-akan tubuh kita mengalami infeksi dan belajar menghadapi infeksi, sehingga lebih siap bila terpapar dengan kuman yang sesungguhnya. Selain itu, Dokter Nina juga menekankan bahwa imunisasi merupakan hak setiap anak yang dibutuhkan dalam hidupnya.
“Vaksinasi memiliki manfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada anak-anak yang rentan tertular penyakit, mencegah anak tertular penyakit tertentu, dan meningkatkan kualitas hidup anak”. tutur dr. Nina.
Lebih lanjut dr. Nina mengatakan bahwa efek samping yang biasanya timbul setelah anak-anak melakukan vaksinasi yaitu: anak menjadi rewel, kelelahan, nafsu makan menjadi menurun, ada kemerahan, bengkak, atau nyeri di daerah tempat penyuntikan, demam dan/atau menggigil, dan nyeri kepala. Namun, hal tersebut lebih baik dibandingkan anak tidak melakukan vaksin, karena apabila anak tidak vaksinasi dapat berakibat, anak menjadi mudah terpapar penyakit menular, penurunan kualitas dan harapan hidup, berisiko menularkan penyakit ke orang terdekat, penyakit yang timbul beserta komplikasinya dapat meningkatkan beban finansial.
Pada kesempatan ini, dokter Nina juga menekankan pentingnya vaksinasi rutin di masa pandemi ini. Dokter Nina mengatakan, “Vaksinasi rutin pada anak bisa tetap dilakukan sesuai dengan jadwal meski dalam kondisi pandemi ini”. Namun apabila terlambat maka dapat mengikuti program Kegiatan Imunisasi Kejar, yaitu kegiatan memberikan imunisasi kepada bayi dan balita yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia yang ditentukan pada jadwal imunisasi nasional. Pentingnya vaksinasi terutama di masa pandemi ini, karena vaksinasi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak yang rentan terpapar agen-agen infeksius selama pandemi COVID-19. Menurut dokter Nina, vaksinasi juga mengurangi risiko kasus ko-infeksi atau infeksi bersamaan antara infeksi SARS-CoV-2 dengan infeksi patogen lain seperti bakteri, virus, jamur, dan lain-lain. Dokter Nina mengatakan, “saat ini sudah bermunculan kasus-kasus infeksi bersamaan, dan ternyata koinfeksi pneumokokus ini sering muncul bersamaan dengan virus COVID-19 selain dengan virus influenza dan Mycoplasma”.
Di akhir sesinya, dokter Nina mengingatkan orang tua untuk selalu mempersiapkan beberapa hal sebelum melakukan vaksinasi pada anak. Pertama dengan membaca tentang vaksin yang akan diterima oleh anak, Kedua apabila memiliki pertanyaan, dapat langsung ditanyakan ke dokternya. Ketiga wajib membawa catatan imunisasi anak saat kunjungan vaksin. Keempat mendukung anak selama kunjungan vaksin. Dokter Nina juga membagikan tips agar anak tidak takut atau merasa tidak nyaman pada saat melakukan vaksin, diantaranya: memberikan cairan manis, memberikan ASI untuk anak yang masih menyusui, atau juga dapat menenangkan anak dengan membawa mainan atau mengalihkan perhatian anak dengan hal lainnya.
Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang, dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini, diantaranya pengaruh suhu dingin seperti penggunaan AC atau kipas angin dapat menyebabkan penyakit pneumonia. Menurut dokter Cynthia, “efek secara langsung terhadap hal tersebut tidak ada”. Efek yang terjadi merupakan efek tidak langsung, terutama untuk newborn. Penyebab pneumonia itu banyak, ada bakteri, virus maupun jamur. Pada dasarnya pola hidup sehat itu penting, contohnya ventilasi itu sedapat mungkin terbuka, sehingga sirkulasi udara menjadi bagus. Dengan penggunaan AC di ruangan tertutup, dimana ventilasi tertutup dan juga pertukaran udara kurang baik ini bisa menjadi faktor risiko, karena bisa menjadi penyebab kuman dapat berkembang biak.
Untuk vaksin pneumonia sendiri ada berbagai macam, karena kembali lagi ke penyebab dari pneumonia itu sendiri, apakah disebabkan oleh bakteri pneumokokus atau yang lainnya. Namun dokter Nina mengatakan, “Saat ini dari penyebab-penyebab pneumonia tersebut sudah ada vaksinya masing-masing, contoh pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus bisa dengan vaksin PCV, yang perlu diperhatikan vaksin-vaksin tersebut harus dilengkapi. Vaksin sendiri tidak menjamin anak akan tidak terkena pneumonia. Namun pneumonia yang muncul nantinya tidak akan separah apabila tidak divaksin.”
Pada dasarnya pneumonia ini memiliki derajat, ada yang derajatnya ringan ditandai dengan kondisi anak yang masih aktif, masih bisa makan dan minum, namun napas agak cepat dan demam ringan. Pada kondisi tersebut anak masih dapat dibawa rawat jalan ke dokter. Derajat yang berat, ditandai dengan napas berat, anak sudah tidak dapat makan dan minum, lemas, apabila kondisi tersebut muncul, segera bawa ke IGD terdekat. Menurut dokter Cynthia, “hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua, apabila anak sudah mengalami kondisi nafas sudah tersengal-sengal, jangan diberikan makan atau minum, karena khawatir anak akan tersedak dan akan memperberat kondisi anak tersebut”.
Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai keluhan terkait pneumonia pada anak, serta bagaimana untuk vaksinasi pneumonia untuk anak dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan dan poli vaksinasi RSUI.
RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.
Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://youtu.be/7Rt4-dP5iH8. Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!