(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Siaran Awam Bicara Sehat : Percaya Diri Mulai dari Kulit dan Gigi yang Sehat

Permasalahan kulit serta gigi dan mulut berpengaruh terhadap kepercayaan diri dan kualitas hidup seseorang (C.Y. Yang: 2018; Kaur, Puneet et all: 2017). Salah satu permasalahan kulit yang kerap dialami oleh remaja maupun dewasa adalah jerawat. Jerawat dapat menimbulkan bekas luka yang seringkali menumbulkan rasa rendah diri pada penderitanya. Banyak faktor yang memengaruhi timbulnya jerawat pada seseorang. Pencegahan dan perawatan kulit berjerawat juga berbeda berdasarkan jenis kulit. Selain permasalahan kulit, permasalahan gigi dan mulut juga sering menyebabkan seseorang tidak percaya diri. Suatu penelitian yang dilaksanakan di India pada tahun 2017 menyebutkan bahwa ketidakpuasan terhadap penampilan gigi sangat memengaruhi harga diri seseorang. Ditemukan berbagai gangguan gigi seperti maloklusi, trauma gigi anterior, kehilangan gigi, dan kerusakan yang gigi yang tidak dapat diobati menyebabkan dampak besar perilaku psikososial seseorang.

Diharapkan melalui penyelenggaraan Bicara Sehat yang diadakan sebagai salah satu rangkaian acara ulang tahun RSUI yang ke-3 ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan kulit dan gigi. Seminar ini dimoderatori oleh Meilisa Rahmadini, SKM, M.KKK yang berprofesi sebagai kepala Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 RSUI).

Narasumber pertama dalam Bicara Sehat tersebut yaitu Dr. dr. Irma Bernadette S. Sitohang, Sp.KK(K) yang merupakan seorang Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi di RSUI. Dokter Irma membawakan materi dengan tema “Jerawat Membandel? Yuk Kenali Sebab dan Perawatannya”. Dokter Irma mengawali seminar awam kali ini dengan menjelaskan mengenai akne atau jerawat. Akne atau akne vulgaris (AV) adalah penyakit inflamasi kronik, pada unit folikel pilosebasea dengan variasi lesi berupa komedo papul, pustul, nodus dan kista, yang dapat sembuh sendiri. Jumlah kasus akne sendiri banyak terjadi pada remaja dan umumnya pertama kali muncul akne pada usia 12 – 15 tahun. Apabila dilihat dari jenis kelamin sendiri jumlah kasus akne pertama muncul pada usia 14 – 17 tahun untuk perempuan dan 16-17 tahun untuk laki-laki. Puncak keparahan akne biasanya terjadi pada usia 17 – 21 tahun dan 85% kasus akne ini akan sembuh pada usia 25 tahun, sisanya 15% dapat menetap sampai dengan usia 49 tahun bahkan lebih. Faktor genetik juga berperan penting, karena apabila seseorang memiliki keluarga yang memiliki riwayat akne, maka biasanya dapat diturunkan ke generasi berikutnya.

Akne disebabkan oleh hormon androgen, ketika hormon androgen terbentuk akan memengaruhi sel sebocyte (ada di kelenjar minyak) sehingga menyebabkan sel-sel di dalamnya besar atau bertambah banyak dan menyebabkan produksi minyak. Selain sel sebocyte, ada juga sel keratinoscyte (sel-sel yang ada pada lapisan kulit lapisan atas/kulit ari). Hormon androgen memengaruhi sel ini sehingga menyebabkan sel keratinoscyte menjadi lengket dan susah lepas, ketika sel keratinoscyte lengket dan bertambah banyak ditambah produksi minyak, maka akan terjadi sumbatan. Sumbatan inilah yang kita sebut sebagai komedo dan ketika komedo terpapar oleh kuman maka akan terjadi inflamasi atau peradangan. Peradangan tersebut yang disebut dengan akne.

Dokter Irma mengatakan “Dalam mendiagnosis seorang pasien memiliki akne, harus dilakukan dengan jelas dan akne sendiri memiliki komedo di dalamnya”. Untuk mendiagnosis akne cukup dilakukan dengan dua hal, yaitu anamnesis (bertanya langsung kepada pasien) dan pemeriksaan fisis (mengecek secara langsung kondisi kulit pasien). Menurut doktor Irma, “Apabila seorang dokter melakukan pemeriksaan selain dua hal tersebut, ada kemungkinan yang terjadi bukan akne”. Treatment pertama yang diberikan kepada pasien akne yaitu dengan topical therapy (terapi oles). Hal ini menjadi terapi utama yang dilakukan oleh dokter. Ada efek samping yang biasa timbul dari terapi ini, yaitu rasa tidak nyaman, kulita kering dan mengelupas, kulit kemerahan, dan lain sebagainya.  Namun, hal tersebut merupakan efek normal yang akan dialami sesorang yang sedang mendapat terapi akne. Dokter Irma juga menjelaskan “Kondisi-kondisi atau efek tersebut biasanya bertahan 1-2 minggu atau sampai 3 minggu. Hal ini disebut masa intoleransi”. Selain terapi oles, ada juga terapi tambahan, seperti perawatan kulit, pengeluaran komedo, peeling, minum antioksidan, laser wajah, dan bahkan menggunakan pembersih dan pelembab.

Saat ini maraknya bermunculan skincare baik yang berlisensi sampai yang “abal-abal”. Terkait hal tersebut, dokter Irma memberikan saran bagaimana cara kita memilih/menyikapi bermunculannya skincare tersebut. Untuk orang yang memiliki kondisi kulit normal, kosmetik yang ada di pasaran sudah melewati penelitian dan uji tes dan pada umumnya setiap individu bisa menggunakan produk tersebut. Menurut dokter Irma, “Tidak ada permasalahan untuk memilih skincare untuk orang yang memiliki kondisi kulit normal, bisa dari review pemakaian keluarga, teman dekat apabila ingin mencoba produk tersebut”. Namun hal itu tidak berlaku untuk orang yang memiliki kondisi kulit mudah berjerawat, harus lebih berhati-hati dan lebih spesifik dalam memilih produk skincare. Salah satu tips dari dokter Irma, “Untuk orang yang memiliki kulit berjerawat jangan menggunakan bedak compact. Bedak compact bisa menyebabkan kulit lebih berminyak dan merangsang pertumbuhan jerawat dan lebih baik yang menggunakan jenis bedak tabur”. Dokter Irma juga menekankan, untuk pasien yang sedang melakukan proses terapi akne sebaiknya menggunakan produk yang sudah disarankan oleh dokter dan apabila ingin menggunakan jenis kosmetik tertentu harus dikonsultasikan ke dokter.

Narasumber kedua adalah drg. Iffi Aprillia Soedjono, Sp.KG yang berprofesi sebagai seorang Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi RSUI. Dokter Iffi membawakan materi dengan tema “Jangan Buru-Buru Cabut Gigimu”. Dokter iffi memulai sesi kedua ini dengan menujukkan berbagai kondisi gigi yang sering dialami oleh masyarakat, seperti gigi terpotong, gigi berlubang, tidak rata, dan lain sebagainya. Dokter iffi menjelaskan “tidak semua kasus kerusakan gigi harus diatasi dengan pencabutan gigi”. Apabila kondisi gigi masih dapat dilakukan perawatan, maka dokter akan merekomendasikan untuk dilakukan perawatan terlebih dahulu.  Ada beberapa hal yang bisa dijadikan indikasi pencabutan gigi, seperti: mahkota gigi sudah tidak bisa diperbaiki, akar gigi patah dan apabila dilakukan perawatan maka hasilnya tidak maksimal, untuk alasan ortodonti, gigi bungsu yang tumbuh miring, dan ada terapi pra radiasi.

Dokter iffi dalam seminarnya juga mengatakan, “dalam mencabut gigi, tidak boleh terlalu cepat juga tidak boleh terlalu lama menunggu gigi awal goyah”. Apabila gigi terlalu cepat dicabut, gigi memiliki tendensi bergeser yang cepat, saat gigi dicabut sebelum waktunya, maka bagian gigi yang berlubang akan menyebabkan gigi lain bergeseruntuik mengisi bagian tersebut. Sehingga pada saatnya gigi akan tumbuh, gigi tersebut tidak ada tempat untuk keluar. Lain halnya apabila kita menunggu gigi goyang, maka akan menimbulkan gigi yang harusnya tumbuh jadi tumbuh ke belakang atau ke depan. Untuk mengetahui kapan waktunya yang tepat untuk dilakukan pencabutan, harus dikonsultasikan ke dokter gigi.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 166 orang, dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini, baik seputar kulit maupun gigi. Ada salah satu peserta seminar yang bertanya untuk kondisi lansia, apakah lansia yang memiliki sakit gigi menahun bisa dilakukan pencabutan gigi. Menurut dokter iffi, “pada prinsipnya dokter akan menyarankan untuk dilakukan perawatan terlebih dahulu dan juga harus dipertimbangkan dari berbagai faktor sistemik”. Lansia yang akan dilakukan pencabutan gigi dan memiliki faktor sistemik, dokter gigi akan mengkonsultasikan ke dokter terkait. Apabila tidak disarankan untuk dilakukan pencabutan, maka akan dilakukan perawatan dan diupayakan gigi tersebut bisa digunakan secara normal.

Pertanyaan lain yang muncul terkait maskne atau mask akne, yang belakangan ini muncul akibat terlalu lama menggunakan masker. Menurut dokter Irma, “Maskne biasanya muncul pada pasien yang memiliki riwayat akne sebelumnya”. Akne muncul karena berbagai faktor seperti keadaan kulit wajah, kosmetik yang digunakan, kebersihan wajah, dan perubahan gaya hidup, seperti halnya menggunakan masker ini. Kondisi wajah yang tertutup masker bisa menyebabkan produksi minyak yang muncul tertutup. Oleh karena itu, dokter Irma menyarankan sebaiknya mencuci wajah 3 jam sekali untuk yang memiliki akne, rutin mengganti masker atau melapisi masker dengan kain berbahan katun, tujuannya agar daerah yang tertutup masker tersebut tidak lembab.

Kulit dan gigi juga sangat berhubungan dengan kecantikan, saat ini banyak masyarakat yang sangat konsen untuk menjaga kesehatan kulit dan gigi. Banyak produk dan treatment yang bermunculan untuk memperbaiki kondisi kulit dan gigi. Melalui seminar ini, dokter Irma dan dokter iffi juga menyarakan, agar lebih baik berkonsultasi ke dokter spesialis untuk apabila ingin melakukan suatu treatment, karena setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda sehingga treatment yang dilakukan juga berbeda.

RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut: https://youtu.be/1hyc5a94VN0 Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: