World Health Organization (WHO) merekomendasikan semua bayi mendapatkan ASI (Air Susu Ibu) sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberikan makanan atau pendamping lainnya. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama memiliki sejuta manfaat yang tidak dapat digantikan oleh makanan pendamping lainnya. ASI memiliki komponen makronutrient dan mikronutrient yang berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain itu komponen immunoglobulin yang terkandung pada ASI sangat dibutuhkan oleh bayi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit.
Selain bayi, pemberian ASI juga membawa manfaat terhadap ibu. Penelitian mengatakan ibu yang menyusui selama setidaknya enam bulan pertama dapat menurunkan berat badan ibu serta mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular khususnya pada ibu yang pernah mengalami komplikasi kehamilan. Manfaat menyusui lainnya adalah bounding (kedekatan) antara ibu dan bayi, mengaktifkan hormon bahagia (oksitosin), mengurangi terjadinya postpartum depresi, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan rasa pencapaian dan pemberdayaan ibu.
Meskipun ASI memiliki banyak manfaat, namun nyatanya pencapaian pemberian ASI masih jauh dari target yang direkomendasikan oleh WHO. Data menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebanyak 48% dari target 70% pada tahun 2030. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian pemberian ASI antara lain pendidikan ibu, sosial ekonomi, motivasi, dan permasalahan terkait ASI seperti nyeri, lecet puting, mastitis, dan infeksi. Apabila tidak ditanggulangi sejak awal, maka angka keberhasilan ASI tidak dapat dicapai. Akibatnya banyak bayi yang tidak diberikan ASI. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya dukungan dari tenaga profesional selama periode hamil dan menyusui terkait menyusui.
Dukungan dan pengetahuan mengenai ASI dan menyusui bisa didapatkan oleh ibu sejak masa kehamilan. Direkomendasikan setiap ibu hamil mengunjungi klinik laktasi sebanyak 2 kali pertemuan untuk penguatan pemberian ASI. Kemudian kunjungan laktasi dapat dilanjutkan saat masa melahirkan hingga hifas dan menyusui. Melalui konsultasi oleh konselor laktasi dapat meningkatkan motivasi pengetahuan, dan dukungan bagi ibu hamil dan menyusui. Selama konsultasi laktasi, seorang konselor perlu melibatkan keluarga sebagai bentuk dukungan terhadap ibu. Melalui proses konseling ibu dan keluarga diharapkan terjadi peningkatan pemberian ASI.
Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) adalah rumah sakit universitas tipe B dengan predikat akreditas paripurna yang terletak diarea Universitas Indonesia. RSUI merupakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) yang memiliki layanan unggul ibu dan anak. Untuk mendorong capaian RSSIB, RSUI memiliki klinik laktasi yang menyediakan fasilitas konseling dan tatalaksana permasalahan menyusui. Bersama para konselor laktasi profesional dan didukung dengan fasilitas alat konseling laktasi yang moderen, RSUI siap memberikan layanan prima laktasi.
Proses pemberian ASI memang tidak selalu berjalan baik, namun dengan dukungan dan pengetahuan yang baik, Ibu tidak perlu khawatir sehingga diharapkan dapat menanganinya.
Sukseskan pemberian ASI bersama RSUI.