Hampir setiap orang yang beranjak dewasa memiliki gigi bungsu atau gigi geraham ketiga. Bila kita berada dalam suatu pertemuan yang dihadiri banyak orang kemudian kita tanyakan apakah ada yang pernah memiliki masalah dengan gigi bungsu, sebagian besar akan mengangkat tangannya dan menjawab pernah. Gigi bungsu yang tidak dapat tumbuh sempurna disebut sebagai gigi impaksi yang merupakan gigi yang terakhir tumbuh di rahang bawah dan rahang atas kita. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) menyatakan bahwa setidaknya 9 dari 10 orang memiliki satu gigi impaksi. Gigi bungsu memiliki prevalensi impaksi yang terbanyak, dan 65% populasi di dunia mempunyai sedikitnya satu gigi geraham impaksi.
Gigi bungsu tumbuh di usia 17-25 tahun, disaat pertumbuhan rahang sudah berhenti atau sudah akan berhenti sehingga sering tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk gigi tumbuh normal. Beberapa masalah dapat timbul apabila gigi bungsu mulai tumbuh diantaranya nyeri yang menjalar sampai ke kepala, pembengkakan gusi di sekitar gigi bungsu, kesulitan makan karena nyeri, dan demam. Pasien dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi apabila timbul keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gigi bungsi. Biasanya akan dilakuan operasi pengangkatan gigi bungsu atau disebut odontektomi yang dilakukan di poliklinik dengan bius lokal atau di ruang operasi dengan bius total.
Operasi odontektomi tidak dilakukan pada semua kasus gigi bungsu. Alasan medis yang menyebabkan seseorang harus dilakukan odontektomi adalah sebagai berikut:
1. Neuralgia
Neuralgia adalah rasa nyeri yang disebabkan oleh masalah sinyal saraf di sistem saraf. Gigi bungsu dapat berhubungan dengan berbagai keluhan seperti sakit kepala dan berbagai jenis neuralgia. Rasa nyeri dapat timbul karena tekanan yang ditimbulkan oleh gigi bungsu yang berkontak dengan ujung-ujung saraf (nerve endings).
2. Infeksi
Pembedahan gigi bungsu perlu dipertimbangkan pada kasus infeksi diantaranya perikoronitis, yaitu infeksi akut di jaringan lunak yang menutupi gigi geraham ketiga yang impaksi.
3. Terbentuknya karies atau lubang gigi
Terperangkapnya partikel makanan dan kebersihan mulut yang buruk karena adanya gigi bungsu, dapat menyebabkan karies di permukaan gigi geraham kedua serta di mahkota gigi bungsu itu sendiri.
4. Dukungan tulang penyangga gigi pada gigi gerahan kedua bawah berkurang
Gigi geraham ketiga yang impaksi dapat menyebabkan menyusutnya tulang di daerah gigi geraham kedua, yang akan mengakibatkan penurunan dukungan tulang penyangga gigi.
5. Timbulnya berbagai kondisi patologis atau penyakit lain
Timbulnya berbagai kondisi patologis yang menyertai gigi bungsu bukan merupakan fenomena biasa. Sering kali dapat terbentuk kista di sekitar mahkota gigi bungsu dan tampak pada foto rontgen sebagai lesi yang ukurannya bervariasi. Kista ini dapat menjadi besar dan dapat menggeser posisi gigi-geligi dalam rahang.
6. Hambatan pada pemasangan gigi tiruan
Gigi bungsu yang ditemukan pada pasien edentulous atau pasien yang sudah tidak memiliki gigi-geligi lagi, dapat menimbulkan hambatan dalam pemasangan gigi palsu.
7. Terhambatnya pertumbuhan normal dari gigi permanen
Gigi bungsu dapat menghambat pertumbuhan normal gigi permanen dan menimbulkan masalah fungsional dan estetika.
8. Memperberat masalah ortodonti
Kurangnya ruang di lengkung rahang dapat merupakan indikasi yang paling umum untuk dilakukan odontektomi, terutama molar tiga impaksi baik di rahang atas maupun rahang bawah.
9. Rusaknya gigi tetangga karena menyusutnya akar gigi
Resorpsi atau menyusutnya akar gigi tetangga adalah situasi yang tidak diinginkan yang dapat disebabkan oleh gigi bungsu, dan efek ini timbul karena adanya tekanan dari gigi bungsu.
Waktu Terbaik untuk Odontektomi
Waktu yang paling baik untuk odontektomi adalah ketika pasien masih berusia muda (17-25 tahun), karena umumnya dapat menjalani prosedur pembedahan dengan baik, komplikasi lebih sedikit, serta penyembuhan luka pasca-operasi yang lebih cepat. Pengambilan tulang yang menutupi gigi bungsu pada pasien muda lebih mudah dibandingkan dengan pasien yang lebih tua yang memiliki tulang lebih padat dan keras. Seringkali rasa nyeri, demam, peradangan dan infeksi yang timbul dapat hilang setelah pasien mengkonsumsi antibiotik dan obat anti nyeri yang diberikan dokter. Rencana odontektomi harus dilakukan walaupun keluhan sudah hilang. Hal ini karena selama gigi bungsu tersebut belum diangkat, sumber infeksi akan tetap ada, dan keluhan-keluhan sebelumnya dapat timbul kembali di masa yang akan datang.
RSUI merupakan rumah sakit rujukan utama kasus odontektomi di kota Depok. Apabila anda mengalami permasalahan dengan gigi bungsu anda, segera konsultasikan ke dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial di RSUI. Salam sehat!
Artikel dipublikasikan juga pada Buletin Bicara Sehat Edisi 9, yang dapat diakses melalui (KLIK)
Referensi:
- Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2022. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Impaksi Gigi. Available from: https://kemkes.go.id/eng/pnpk-2022---tata-laksana-impaksi-gigi
- Ariawan D, Latif A. Pembedahan Gigi Impaksi. In: Ruslin M, Poedjiastoeti W. Buku Ajar Bedah Mulut dan Maksilofasial: Teori dan Praktik Dasar. Jakarta: EGC, 2019: 331-360.
- Fragiskos DF. Surgical Extraction of Impacted Teeth. In: Fragiskos DF. Oral Surgery. Berlin: Springer, 2007: 121–179.
- Hupp JR. Principles of Management of Impacted Teeth. In: Hupp JR, Ellis III E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia: Elsevier Publishers, 2019: 160-184.