Kesehatan mental atlet eSports tidak bisa disamakan dengan individu pada umumnya. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum para atlet eSports bertanding seperti strategi permainan, evaluasi, target, juga pola pikir. Ketika menjelang pertandingan atlet eSports sering mengalami stres, sehingga tak jarang berpengaruh ke kesehatan dan performa dalam bermain.
Para atlet eSports seringkali kurang memperhatikan kesehatan mereka dan terlalu berfokus pada game. Padahal karier para pemain muda eSports bisa dimulai sejak dini, saat mereka sedang dalam masa produktif. Seharusnya sebagai olahraga yang melibatkan fisik, para atlet eSports diharapkan juga selalu menjaga kesehatan dan kebugarannya, baik secara fisik maupun mental.
Masalah Kesehatan Mental pada Atlet eSports
Gangguan tidur, gangguan cemas, burnout, fobia sosial, masalah kepercayaan diri, kesulitan dalam memisahkan permainan dan kehidupan, dan gangguan kesehatan mental lainnya dapat dialami oleh atlet manapun, termasuk atlet eSports. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Smith dkk. Stresor secara signifikan memprediksi fobia sosial, cemas, burnout, kualitas tidur, rasa takut, dan perilaku menghindar. Tidur sendiri memprediksi 33,7% gejala cemas dan depresi, 49,2% depresi berat ,dan 41,4% distress psikologi. Studi ini menyimpulkan kualitas tidur yang buruk dapat menjelaskan gangguan kesehatan mental berat pada atlet eSports.
Burnout ternyata juga secara signifikan memprediksi gejala cemas dan depresi (23,4%), depresi berat (29,2%), dan distres psikologi (17,2%). Kelelahan bahkan menjadi prediktor terkuat terjadinya cemas, depresi berat dan distress psikologi. Lebih lanjut, atlet eSports lebih cenderung mengalami kelelahan oleh karena rerata waktu bermain esports sangat lama, sekitar 60 jam per minggu. Burnout erat kaitannya dengan pensiun dini bahkan gangguan mental setelah fase karir eSports berakhir. Dari studi ini, disimpulkan bahwa diperlukan strategi untuk mengurangi burnout, kelelahan dan gangguan tidur pada atlet eSports untuk dapat mengurangi masalah kesehatan mental pada atlet eSports secara bermakna.
Perilaku adiktif bermain game berkorelasi dengan perilaku agresif, khususnya di populasi remaja. Paparan game yang mengandung kekerasan ternyata juga meningkatkan perilaku agresif remaja dalam durasi pendek maupun panjang. Remaja dengan perilaku adiktif dapat berkembang menjadi individu dengan kepribadian agresif, apatis, tidak kooperatif, dan tegang. Sebuah studi menunjukkan, makin tinggi waktu individu bermain eSports berkorelasi positif dengan kesejahteraan psikologi yang buruk, dan berhubungan dengan gangguan seperti depresi, fobia sosial, paranoid, perilaku obsesif-kompulsif, dan kecanduan internet.
Dukungan untuk Performa Atlet eSports
Dalam upaya memberikan dukungan untuk performa atlet eSports dari lingkungan terdekat adalah dengan memberikan saran serta mengarahkan pola pikir terhadap hal-hal berikut ini:
- Goal setting, dengan menentukan target/tujuan yang realistis, konkrit, dan sesuai waktu. Karir eSports bukanlah proses satu-hari-jadi, tetapi perlu dibangun secara progresif seiring berjalannya waktu. Atlet dapat menentukan target jangka pendek, menengah, dan panjang di awal musim.
- Imagery, berarti menggunakan semua indra yang dimiliki untuk berlatih olahraga (dalam hal ini eSports) dalam pikiran, yang tidak hanya membantu atlet mengendalikan rasa cemas, tetapi juga dapat membuat atlet tetap percaya diri, fokus, dan tangguh secara mental.
- Self-talk, yang merupakan dialog internal berupa instruksi dan motivasi, dengan pendengar utama adalah si pembicara.
Sebuah studi menyimpulkan bahwa mental toughness juga dapat memengaruhi stres dan cara mengatasi stres pada atlet eSports. Dalam studi tersebut juga disebutkan bahwa atlet eSports memperoleh manfaat yang signifikan dengan diberikannya intervensi psikologi dalam hal menangani stres. Dengan demikian, dukungan untuk performa atlet eSports merupakan aspek yang penting dan perlu menjadi perhatian bersama, yang harus dikelola secara komprehensif dan multi disiplin.
Segera berkonsultasi dengan dokter olahraga untuk meningkatkan performa dalam bermain dengan mencegah risiko-risiko cedera yang mungkin terjadi, baik secara fisik maupun mental.
Berolahraga dengan benar mengoptimalkan kesehatan fisik dan menguatkan mental.
Hidup sehat dengan selalu bergerak adalah sebuah pilihan
MDK Farmakologi Olahraga 2022/2023 – Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
Referensi:
- Poulus D, Coulter TJ, Trotter MG, Polman R. Stress and Coping in Esports and the Influence of Mental Toughness. Frontiers in Psychology [Internet]. 2020;11. Tersedia di: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2020.00628
- It’s Virtually the Same: Psychological Challenges of eSports Athletes [Internet]. Tersedia di: https://appliedsportpsych.org/blog/2020/10/its-virtually-the-same-psychological-challenges-of-esports-athletes/
- Smith M, Sharpe B, Arumuham A, Birch P. Examining the Predictors of Mental Ill Health in Esport Competitors. Healthcare (Basel). 2022 Mar 26;10(4):626.
- Palanichamy T, Sharma MK, Sahu M, Kanchana DM. Influence of Esports on stress: A systematic review. Ind Psychiatry J. 2020;29(2):191–9.
- Goh C, Jones C, Copello A. A Further Test of the Impact of Online Gaming on Psychological Wellbeing and the Role of Play Motivations and Problematic Use. Psychiatr Q. 2019 Dec;90(4):747–60.
- The association between online gaming, social phobia, and depression: an internet survey | BMC Psychiatry | Full Text [Internet]. Tersedia di: https://bmcpsychiatry.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-244X-12-92
- Collins TJ. Psychological Skills Training Manual for eSports Athletes. In 2017. Tersedia di: https://www.semanticscholar.org/paper/Psychological-Skills-Training-Manual-for-eSports-Collins/36aefe86401be730c31eb05c676683e1c9e1e626