Latar Belakang
Era penggunaan tisu toilet sudah membudaya di Indonesia. Di setiap interior toilet di hotel-hotel, mall, warung siap saji, perkantoran, ruang publik bahkan di rumah sakit pasti tersedia tisu toilet di dalamnya. Ini akibat dari efek arus modernisasi interior toilet. Sehingga mau tidak mau masyarakat disuguhi dengan budaya “aneh”cara cebok baru yaitu dengan menggunakan tisu. Karena pada toiletnya sengaja tidak disediakan bak atau ember air. Tapi dibalik kepraktisan tisu toilet tersebut ada resiko-resiko yang mengkhawatirkan dalam penggu -naannya. Karena kita tidak tau apa yang dilakukan orang dengan tisu toilet ketika berada di kamar kecil tersebut. Kecerobohan pengguna tisu toilet yang dengan sengaja atau tidak telah melakukan droplet yang tentu bisa menyebar kamanapun di sekitar tolet termasuk di tisu toilet itu sendiri, sehingga rawan penularan. Jika hal itu terjadi di toilet rumah sakit tentu akan sangat beresiko sekali.karena banyak pasien penyakit menular dirawat disana.
Tisu Toilet
Tisu toilet atau kertas toilet adalah tisu/kertas yang digunakan untuk membersihkan anus dan alat kelamin setelah buang air besar dan kecil. Kertas tisu dirancang untuk terurai dalam air sehingga tidak menyumbat saluran limbah. (https://id.wikipedia.org/wiki/Tisu_toilet) Tisu toilet umumnya berbentuk gulungan berwarna putih, sering digunakan tidak hanya di toilet tapi juga untuk berbagai keperluan pengganti lap . Bahkan banyak dijumpai di warung makan di pinggir jalan seperti warung bakso, mie ayam, warung nasi goreng dan lainnya yang menggunakan tisu toilet untuk lap tangan dan mulut setelah makan atau minum,
Tisu toilet merupakan satu-satunya produk yang sebagian besar digunakan manusia sekali saja kemudian dibuang. Produk tersebut kurang berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WWF (World Wildlife Fund), untuk membuat 3,2 juta ton tisu toilet, produsen harus menebang 54 juta batang pohon. Bisa dibayangkan berapa banyak pohon yang harus ditebang untu memenuhi permintaan tisu 200 juta masyarakat Indonesia. Dan berapa hektar hutan yang harus dialih fungsikan untuk menjadi hutan industri hanya agar pohon bisa ditebang. Padahal lebih dari sekedar bahan baku tisu, hutan mempunyai fungsi sebagai penyerap karbon. Semakin banyak hutan yang beralih fungsi maka semakin sedikit penyerap karbon bumi. Itulah sebabnya terjadi pemanasan global dan perubahan iklim.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan, saat ini mulai dibuat tisu yang dihasilkan dari kertas daur ulang, di antaranya dari kertas bekas kemasan susu sekali pakai.Tisu yang dibuat dengan cara itu disebut tisu daur ulang. Bisa dilihat dari ciri--cirinya yang agak kasar tidak selembut tisu yang bukan daur ulang.
Era ‘cebok aneh’ di Indonesia
Dengan ketersediaan air yang mencukupi, penggunaan tisu toilet untuk membasuh setelah buang air besar atau buang air kecil mungkin belum lumrah di negara ini. Tetapi di banyak negara barat seperti Amerika dan Inggris orang-orang lebih gemar menggunakan tisu dibandingkan bercebok dengan air. Suatu kebiasaan yang menjadi sumber kebingungan di seluruh dunia. Boleh jadi mereka salah satu negara paling maju di dunia tetapi terkait urusan 'ke belakang', benar- benar ada di belakang. Kenapa begitu? Karena jelas-jelas tisu itu tidak dapat benar-benar menghilangkan kotoran dan bau pada anus, Sayangnya era penggunaan tisu toilet ini terlanjur membudaya di Indonesia. Saat ini di setiap interior toilet hotel-hotel, mall, warung siap saji, perkantoran, ruang publik bahkan di rumah sakit pasti ditemukan tisu toilet, Iniefek dari arus modernisasi interior toilet. Sehingga mau tidak mau masyarakat disuguhi dengan budaya “aneh”cara cebok baru yaitu dengan menggunakan tisu. Karena pada toiletnya sengaja tidak disediakan bak atau ember air untuk cebok.
Tisu toilet tidak efektif menghilangkan kotoran dan bau
Penggunaan tisu toilet tidak efektif untuk membersihkan sisa kotoran yang menempel di anus atau organ genital dan tak mampu menghilangkan bau kotoran -nya, Mengelap dengan tisu toilet justru bisa membuat sisa kotoran melebar ke sekitar anus. Penggunaan tisu setelah buang air besar secara terus menerus memiliki risiko kesehatan. Salah satunya adalah melukai anus, wasir, dan menyebabkan infeksi saluran kemih. Jutaan orang berjalan dengan kondisi anusnya yang masih kotor, hanya saja mereka tidak menyadarinya dan menganggap semuanya dalam kondisi bersih. Sisa kotoran dan bau tetap menempel di anus atau organ genital. Sulit dihilangkan jika hanya dilap dengan tisu toilet. Tisu toilet hanya memindahkan sisa kotoran dan tidak benar-benar menghilangkannya. Tisu toilet memiliki tekstur kasar yang didesain untuk menyerap air. Hal tersebut berpeluang menjadi tempat yang sempurna bagi virus dan bakteri untuk berkumpul dan bersarang di sana. Selain itu, kebanyakan tisu toilet diletakkan di dekat toilet sehingga mudah untuk diambil dan ini justru membuatnya lebih rentan terhadap virus atau bakteri karena banyak yang menggunakannya.
Cara-cara penularan virus penyakit
Penularan dapat terjadi melalui tiga cara sebagai berikut :
1. Penularan Langsung
Mekanisme penularan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter).
2. Penularan Tidak Langsung
a. Penularan Melalui Alat
Segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang / binatang yang rentan. Seperti alat yang sudah terkontaminasi misal: mainan anak-anak, saputangan, kain kotor, tempat tidur, alat makan, dan sebagainya.
b. Penularan Melalui Vektor
- Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap baik terbawa pada kakinya atau pada belalainya,begitu juga bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga..
- Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan, maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-duanya sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang / binatang lain.
3. Penularan Melalui Udara
Penyebaran bibit penyakit melalui saluran pernafasan (aerosol) Partikel ini sebagian atau keseluruhannya mengandung mikro organisme. Partikel yang ber -ukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.
a Droplet Nuclei
Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi. “Droplet Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara.
b. Debu
Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme, dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu yang tercemar.
Penyebaran Virus dan Bakteri ke Manusia lain Lewat Droplet Nuclei
Penyebaran virus dan bakteri lewat tisu toilet ini bisa saja terjadi karena apa yang dilakukan orang saat masuk ke toilet dan bagaimana cara dia menggunakan tisu toilet tiada yang tau. Apalagi yang masuk ke toilet umum itu adalah orang yang sudah terpapar virus penyakit. Kecerobohan tanpa disadari ketika dia mengalami droplet dan percikannya menempel di tisu toilet lalu tisu itu digunakan orang lain.
Seperti diketahui penyebaran virus cenderung terjadi lewat droplet yaitu partikel kecil dari mulut yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Melalui batuk ataupun bersin, partikel-partikel kecil cairan dari saluran pernapasan penderita yang mengandung virus akan menyebar. Bila terhirup oleh orang lain yang memiliki daya tahan tubuh (imunitas) rendah maka virus penyakit tersebut dapat masuk dan menimbulkan gejala yang persis sama maupun gejala yang lebih berat.
Terdapat berbagai penelitian yang meneliti seputar kecepatan dan luas penyebaran droplet saat batuk atau bersin. Disebutkan bahwa dalam sebuah batuk tunggal, sekitar 3.000 droplet dapat dikeluarkan, dan kecepatannya bisa mencapai 80 km per jam. Dan dalam satu kali bersin, ternyata jumlah droplet yang dikeluarkan lebih banyak, yakni dapat mencapai 40.000 droplet. Selain itu, kecepatan droplet yang dikeluarkan saat bersin juga lebih besar. Salah satu sumber menyebutkan bahwa kecepatan droplet bersin bisa mencapai 321 km per jam.Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Massachusetts Institute of Technology menyebutkan bahwa batuk ataupun bersin memiliki fase gas yang tidak dapat dirasakan maupun dilihat, dan fase gas ini adalah fase yang menyebar paling luas. Hal ini menunjukkan betapa luas dan besarnya penyebaran penyakit yang terjadi dari satu kali bersin maupun batuk. (https://www.klikdokter.com).
Walaupun droplet hanya mampu berjarak kurang dari satu meter, tapi dia bisa menempel dimanapun ke seluruh ruangan toilet, terutama ke tisu toilet, karena letaknya mudah dijangkau. Tisu toilet berpeluang digunakan untuk melap hidung dan mulut setelah bersin atau mengeluarkan dahak. Selain itu juga untuk melap tangan yang digunakan menutup hidung saat bersin. Adapun jenis penyakit yang dapat menular lewat droplet adalah :Pilek, Infkuenza, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), TBC, dan .cacar air.
Sebuah contoh Kronologi yang mungkin terjadi di umah sakit
Tisu toilet berpotensi sebagai tempat singgah droplet virus atau bakteri sehingga berpeluang untuk menularkan dari manusia ke manusia. Salah satu contoh kasus kronologinya seperti berikut:
Ketika seorang pasien yang terpapar virus X di salah satu rumah sakit masuk ke toilet. Mungkin saja pasien itu melakukan droplet (bersin, mengeluarkan dahak, atau mengeluarkan ingus). Tangannya secara spontan menarik gulungan tisu toilet, tapi tanpa disadari ada cairan droplet yang bermuatan virus X menempel digulungan tisu toilet. Kemudian datang orang lain lagi masuk ke toilet dan meggunakan tisu toilet tersebut, Di ambilnya tisu itu dengan tangannya, lalu tanpa sengaja dia menyentuh hidungnya atau bahkan makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, Maka besar kemungkinan orang itu akan tertular virus dari penyakit yang sama jika imunitas tubuhnya sedang lemah.
Jika penularan ini terjadi di rumah sakit tentu beresiko sekali, sebab banyak pasien penyakit menular yang dirawat disana. Mereka dengan mudah keluar masuk toilet dan menggunakan tisu toilet secara bergantian dengan kerabat-kerabat atau pengunjung yang membesuk. Satu pasien penyakit menular akan dengan mudah menularkan ke puluhan bahkan ratusan pasien-pasien baru dari aktifitas penggunaan tisu toilet yang ceroboh. Karena itulah lebih baik di ruangan atau kamar pasien penyakit menular tidak perlu disediakan tisu toilet, Sediakan saja handuk kering (personal/ per pasien), ember atau bak berisi air. Waspada terhadap kekhawatiran jika terjadi droplet dari pasien pemyakit menular menempel di tisu toilet, lalu digunakan orang lain. Walau droplet bisa saja jatuh di pegangan pintu, gayung, handuk atau benda lain tapi kewaspadaan diperlukan agar penularan tidak terjadi di rumah sakit tersebut. Sebab gejala orang yang terkena virus ini nyaris menyerupai penderita flu yang tak mencolok dan dianggap biasa. Karena itulah tingkat penyebarannya rentan meluas dan dibutuhkan kehati-hatian untuk menyikapinya.
Menggunakan Air untuk Cebok Lebih Sehat
Di negara dengan mayoritas agama Islam seperti Indonesia, penggunaan air untuk cebok terkait dengan adanya syariat untuk menggunakan air saat membersihkan semua kotoran, termasuk setelah buang air. Banyak orang di Asia Selatan dan Timur Tengah yang memilih menggunakan air karena kurang yakin akan keefektifan tissue toilet dalam membersihkan kotoran Penggunaan air untuk cebok biasanya juga dilengkapi dengan penggunaan sabun. (https://id.wikipedia./Cebok) Paling benar itu habis buang air wanita cebok dengan air bersih. Sebisa mungkin dari depan ke belakang karena yang kotor itu anus, Dan sebaiknya untuk mengeringkan kelamin itu dengan handuk kering, bukan dengan tisu. Alasannya, jika tisu toilet yang digunakan rapuh bisa hancur dan pecah saat digunakan bisa bercampur dengan keputihan reaksinya tidak baik,.Pemakaian handuk kering lebih bagus karena menyerap lebih baik serta tak meninggalkan partikel-partikel yang membahayakan. (dr.Ardiansjah D.S,SpOG,MKes.,Liputan6.com)
Tabel kelebihan dan kekurangaan cebok dengan air dan tisu toilet
Cebok dengan air (gayung)
- Tangan bersentuhan langsung dengan kotoran (bisa diatasi dengan mencuci tangan hingga bersih dengan sabun
- Anus dan organ genital benar- benar bersih
- Terjaga dari masuknya virus/bakteri penyebab penyakit menular
- Aman bagi anus dan organ genital
Cebok dengan Tisu Toilet
- Tangan tidak bersentuhan langsung dengan kotoran,mudah hancur jika terkena air
- Meninggalkan residu tinja dan bau, karena tidak benar-benar bersih
- Mudah terpapar virus/ bakteri penyebab penyakit menular lewat droplet yang menempel di tisu toilet
- Melukai anus, wasir, dan menye -babkan infeksi saluran kemih
Ada fakta lain yang membuktikan nilai pentingnya cebok dengan air bagi kesehatan datang dari Inggris tahun 1963, tepatnya Kota Dundee. Dimana waktu itu wabah penyakit tipus menyebar dengan sangat cepat dan ganas. Banyak korban berjatuhan, dan seluruh komponen masyarakat mengerahkan seluruh tenaga untuk menghentikan penyebaran penyakit itu. Para medis kemudian memperingatkan masyarakat untuk penggunaan tisu saat membersihkan anus diganti dengan menggunakan air. Penyebaran wabah tipus seketika berhenti dan masyarakat mulai menyadari nilai pentingnya cebok dengan air. Sejak saat itu mereka memilih mempergunakan air daripada kertas tisu untuk cebok. Oleh karena itu sebagian besar orang berpendapat bahwa, cebok dengan tisu seusai buang air besar dianggap tidak tepat. Cara ini dinilai tidak benar-benar membersihkan sisa kotoran.
Solusi
Membasuh organ genital dengan air setelah buang air kecil atau besar dapat meminimalisir risiko tertularnya virus dan bakteri serta lebih sehat.karena kebersihan anus dan organ vital bisa optimal. Cebok dengan tisu tidak bisa menghilangkan kotoran dan bau karena itu lebih baik ditinggalkan karena fungsi membersihkannya diragukan.
Seyogyanya untuk ruangan atau kamar rawat bagi pasien penyakit menular jangan disediakan tisu di toilet. Gunakan saja ember atau bak berisi air untuk keperluan toiletnya agar lebih sehat. Untuk mengeringkan bisa digunakan handuk khusus untuk pasien. Jika memungkinkan bisa disediakan toilet khusus yang hanya para pasien penyakit menular tersebut. Hal ini dilakukan untuk kehati-hatian jika ada droplet yang menempel di tisu atau di sekeliling toilet yang bisa saja menular karena tersentuh atau terhirup orang lain. Gunakan desinfektan setelah keluar dari toilet rumah sakit sebagai langkah prefentif penularan virus
Kesimpulan
Di rumah sakit yang harusnya bersih dan steril dalam penanganan medisnya hendaknya berhati-hati menempatkan tisu toilet di toilet pasien penyakit menular. Karena tisu toilet ini jelas digunakan untuk mengelap droplet (dari batuk atau bersin pasien). Letaknya mudah dijangkau menjadikan tisu toilet ini berpeluang sebagai tempat singgah droplet untuk menular ke manusia yang lain. Toilet untuk pasien penyakit menular seyogyanya disediakan ember atau bak air tanpa tisu toilet. Atau disediakan toilet khusus.
Perlu adanya pemberian informasi kepada masyarakat khususnya kepada pasien penyakit menular bahwa pemakaian tisu toilet ini rawan terhadap penularan penyakit. Selain itu diupayakan edukasi tentang penggunaan tisu toilet dengan benar dan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan ketika si pasien mengalami droplet. Para pasien penyakit menularpun juga harus menyadari faktor keselamatan orang lain ketika menggunakan tisu toilet saat droplet (bersin atau batuk). Usahakan langsung disiram atau dicuci hidung dan tangannya dan keringkan dengan handuknya sendiri hingga bersih, Selanjutnya gunakan desinfektam sebagai tindakan preventif.
Referensi:
- Alwi, Idrus. (2017). Penetalaksanaan di bidang ilmu penyakit dalam panduan praktik klinis.Internapublishing pusat. penerbitan ilmu penyakit dalam.
- https://www.cnnindonesia.com/ /menilik-bagaimana-virus-corona-bisa-menular
- https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2860215/penyakit-yang-ditularkan-melalui-batuk-dan-bersin
- https://id.wikipedia.org/wiki/Cebok
- Kemenkes, R. I. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta
- Liputan6.com com,14/1/2015
Source foto: https://www.freepik.com/