(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Bagaimana Penderita Covid-19 Melakukan Manajemen Stres dan Cemas?

Sudah satu tahun lebih, SARS-CoV-2 atau Covid-19 mendominasi berita yang beredar di berbagai penjuru dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Cina dan saat ini sudah 213 negara terkena Covid-19 termasuk Indonesia. Terhitung sejak 2 Maret 2020, penyebaran Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan drastis. Mengacu pada data perkembangan Covid-19 di Indonesia per 14 Februari 2021 jumlah terkonfirmasi positif mencapai 1.217.468 orang, 1.025.273 orang dinyatakan sembuh dan 32.656 meninggal dunia. Ayo tetap patuhi protokol kesehatan ya!

Situasi pandemi Covid-19 ini selain membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan sehari-hari seperti, kewajiban melakukan physical distancing, menggunakan masker, hingga PSBB juga membawa dampak dalam berbagai lini kehidupan masyarakat. Pandemi Covid-19 menyebabkan masalah gangguan psikologi terutama pada penderita Covid-19. Nguyen, et al. (2020) mengatakan bahwa penderita dengan gejala Covid-19 dan berusia ±60 tahun memiliki tingkat kemungkinan depresi dan kecemasan yang tinggi. Keharusan untuk melakukan isolasi dan stigma masyarakat tentang penderita Covid-19 akan semakin berdampak pada psikologi penderita. Menurut Mazza et.al (2020) depresi dan kecemasan yang ditimbulkan terhadap infeksi SARS-CoV-2 dapat disebabkan baik oleh respons kekebalan terhadap virus itu sendiri, atau oleh stres psikologis seperti isolasi sosial, dampak psikologis dari penyakit baru yang parah dan berpotensi fatal, kekhawatiran tentang menulari orang lain, dan stigma masyarakat.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak psikologi seperti stres dan cemas pada penderita Covid-19 yakni dengan teknik regulasi emosi, cognitive behavioral thecniques, dan relaksasi. Regulasi emosi bisa berupa penguatan emosi positif ataupun pengurangan emosi negatif. Emosi negatif yang kita miliki kita kelola dengan bijaksana menjadi pemikiran-pemikiran positif seperti “saya pasti akan segera sembuh”. Selanjutnya cognitive behavioral techniques yakni seseorang akan berusaha mencari sisi positif dari pandemi Covid-19 sehingga tidak sekedar terpaku pada sisi negatif yang muncul. Misalnya dengan terkena Covid-19 seseorang yang biasanya tidak mempunyai waktu untuk istirahat menjadi memiliki waktu lebih banyak untuk beristirahat. Adanya waktu istirahat yang banyak seseorang menjadi bisa melakukan kegiatan atau hobi yang bisa dilakukan di dalam ruangan. Usaha semacam ini, segala pemikiran yang mengarah untuk merasa cemas akan lebih terkendali, lebih positif, serta adaptif sehingga menjadikan individu lebih tangguh dalam berbagai situasi dan kondisi.

Menurut Murni dan Suherni (2014) melakukan teknik relaksasi yaitu usaha untuk mengistirahatkan dan membuat tubuh merasa nyaman tanpa beban sehingga menghasilkan pikiran yang lebih positif dan tubuh yang lebih segar. Relaksasi ialah kegiatan pelemasan otot untuk mengurangi ketegangan pada tubuh. Kegiatan melakukan relaksasi otot progresif, dapat menenangkan ketegangan otot tubuh akibat gejala kecemasan sehingga kondisi emosi akan lebih tenang (Jumrotin, Suroso, & Meiyuntariningsih, 2018). Menurut Aufar dan Raharjo (2020) aktivitas relaksasi terpusat pada pengaturan nafas dan pemberian sugesti bahwa keadaan segera membaik, sembuh dari Covid-19 dan pandemi akan segera berakhir. Relaksasi berarti melakukan peregangan otot dan mengambil posisi senyaman mungkin diiringi pengaturan pernapasan. Dengan begitu, seseorang akan merasa nyaman, santai atau relaks. Kegiatan relaksasi otot dapat dikombinasikan dengan musik klasik yang menenangkan. Kondisi semacam ini akan membuat seseorang lebih tenang baik secara emosional maupun psikis.

Referensi: 

  1. Aufar, A. F., & Raharjo, S. T. (2020). Kegiatan Relaksasi Sebagai Coping Stress Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), 157–163. https://doi.org/10.24198/jkrk.v2i2.29126
  2. Jumrotin, Suroso, & Meiyuntariningsih, T. (2018). Terapi Relaksasi Progresif Untuk Menurunkan Kecemasan Siswi Dalam Menghadapi Menarche. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 7(1), 79–92. https://doi.org/10.30996/ persona.v7i1.1525
  3. Mazza, M. G., Lorenzo, R. D., Conte S., Poletti, D., Vai, B., Bollettini I, & Benedetti, F. (2020). Anxiety And Depression In COVID-19 Survivors: Role Of Inflammatory And Clinical Predictors, Brain, Behavior, And Immunity. https://doi.org/10.1016/j.bbi.2020. 07.037
  4. Murni, N. T. A. S., & Suherni, T. (2014). Pengaruh Latihan Relaksasi Guided Imagery and Music (Gim) Pada Kelas Ibu Terhadap Derajat Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Persalinan Pertama: Studi Di Puskesmas Meninting Kabupaten Lombok. Jurnal Kesehatan Prima, 8(1), 1197–1206.
  5. Nguyen, T., Nguyen, Q.N., Tran, B.X., et al. Sex Dierences in Quality of Life and Health Services Utilization among Elderly People in Rural Vietnam. Int. J. Environ. Res. Public Health 2018, 16 (69). https://10.3390/ijerph16010069

sumber foto: https://www.freepik.com/