Generasi Emas 2045 dan Trend Merokok
Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi ekonomi terbesar di dunia akibat akan menghadapi bonus demografi dengan potensi peningkatan penduduk menjadi 319 juta pada 2045. Namun demikian, kemungkinan tersebut masih menghadapi berbagai rintangan, salah satunya konsumsi rokok. Badan Pusat Statistik pada 2020 mencatat terdapat 23,21% penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas adalah perokok. Dengan kata lain, satu dari lima orang Indonesia merupakan perokok aktif.
Perokok Pasif dan Third-hand Smoker
Terdapat lebih dari 4.000 senyawa kimia berbahaya yang terkandung dalam asap rokok dan dihirup oleh perokok aktif dan pasif. Senyawa kimia tersebut bahkan lebih membahayakan perokok pasif, karena dihirup tanpa disaring. Selain perokok pasif, korban perokok aktif lainnya adalah third-hand smoker (THS), yaitu mereka yang menghirup residu asap pembakaran rokok yang menempel di setiap permukaan seperti pakaian, dinding, rambut, bahkan kulit.
Dampak negatif dari merokok sebenarnya telah dicantumkan di bungkus rokok. Namun, masih sedikit orang yang menyadari bagaimana pengaruh rokok khususnya pada balita. Balita yang merupakan penerus bangsa yang diharapkan mampu memajukan kesejahteraan bangsa, seharusnya memiliki lingkungan yang sehat dan terhindar dari bahaya asap rokok pasif maupun THS. Lalu, bagaimana rokok memengaruhi balita?
Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan Anak
Pajanan asap rokok bertahun-tahun mengakibatkan radang berkepanjangan sehingga merusak lapisan pelindung saluran napas dan mengganggu fungsi imunitas. Kondisi ini mengakibatkan zat beracun dan agen infeksius (bakteri, virus, dan lainnya) menembus masuk ke dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran napas seperti pneumonia, tuberkulosis, atau bronkitis. Radang berkepanjangan juga mengakibatkan penebalan dinding saluran napas sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pajanan asap rokok selama masa kandungan dan di luar kandungan mengakibatkan hambatan tumbuh kembang anak dan penurunan penyerapan mikronutrien. Pajanan zat seperti senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik dan 4-(methylnitrosamino-) 1-(3, pyridyl)-1-butone akibat asap rokok saat kehamilan juga dapat mengakibatkan lingkar kepala anak menjadi lebih kecil, sehingga mengganggu pertumbuhan otak anak.
Peran Individu dan Konseling Berhenti Merokok
Berbagai macam dampak asap rokok sesuai uraian di atas dapat kita cegah dengan menciptakan lingkungan yang bebas rokok bagi anak. Berhenti merokok dan tidak merokok di tempat yang sama dengan anak harus dilakukan saat ini juga bagi seorang perokok. Orang tua juga dapat meminta kerja sama perokok untuk tidak merokok di depan anak.
Berhenti merokok merupakan hal yang tidak mudah tetapi dapat dilakukan. Pemerintah telah menyediakan layanan berhenti merokok yang dapat diakses pada 0-800-1777-6565. Demikian pula, jangan ragu berkonsultasi untuk penyakit anak Anda terkait rokok, maupun untuk membantu Anda berhenti merokok, ke dokter spesialis di Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Salam sehat.
(Naskah ditinjau oleh dr. Irandi Putra Pratomo, Ph.D., Sp.P(K), FAPSR)
Referensi:
- Permitasari NPAL, Satibi S, Kristina SA. National Burden of Cancers Attributable to Secondhand Smoking in Indonesia. Asian Pac J Cancer Prev. 2018;19(7):1951-5. doi:10.22034/APJCP.2018.19.7.1951
- Marcianus O. Third hand tobacco smoke. Cermin Dunia Kedokteran. 2018;45(1):52-5. URL: http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/155/102
- Bella A, Dartanto T, Swasthika D, Kusnadi G, Moeis F, Nurhasana R, Thabrany H. Through thickand thin: Do parental smokingbehaviors affect the children's stunting, thinness, and overweight status? (Online). Published: 2021 Jul 21. Jakarta: CISDI. URL: https://cisdi.org/id/open-knowledge-repository/working-paper/workingpapervol2/
- Nadhiroh S R, Djokosujono K, Utari D M. The association between secondhand smoke exposure and growth outcomes of children: A systematic literature review. Tobacco Induced Diseases. 2020;18:12. doi:10.18332/tid/117958.