(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Kenali dan Cegah Pneumonia Pada Anak

Pneumonia atau radang paru adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyebabkan kantung udara paru (sel alveoli) yang seharusnya terisi udara justru terisi oleh “nanah” atau cairan. Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan napas dan pertukaran oksigen. Nanah atau cairan ini terbentuk akibat proses peradangan yang umumnya dicetuskan oleh infeksi baik virus, bakteri, maupun jamur. 

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak. World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 14% kematian anak usia balita disebabkan oleh pneumonia; pada 2019 tercatat sebanyak 740.180 anak meninggal karena pneumonia. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia adalah 2,1% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok anak usia 12 hingga 23 bulan.

Pneumonia terjadi akibat kuman masuk ke paru-paru, secara langsung (akibat inhalasi atau aspirasi/terhirup secara tidak sadar) maupun tidak langsung (misalnya akibat penyebaran kuman melalui aliran darah). Kuman akan memicu respon imun tubuh dan menyebabkan proses peradangan. Hal tersebut akan menyebabkan saluran napas bawah terisi sel darah putih, cairan dan sisa sel yang mengganggu proses pertukaran udara dan oksigen dengan karbondioksida.

Kuman penyebab pneumonia bervariasi sesuai usia anak, namun secara umum kuman yang paling sering ditemukan pada berbagai usia antara lain adalah Streptococcus pneumoniae, Adenovirus, Influenza A dan B, Respiratory syncytial virus, dan Haemophilus influenzae (baik tipe B dan non-tipe). 1,4 Sejak terjadinya pandemi COVID19 di dunia pada tahun 2020, virus SARS-CoV-2 juga menjadi salah satu penyebab pneumonia pada anak. Pneumonia bakteri pada anak paling sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Streptococcus pneumoniae dapat menyebabkan penyakit pneumokokus berupa infeksi berat (sepsis dan meningitis), infeksi telinga tengah/otitis media dan pneumonia. 

Faktor risiko terjadinya pneumonia antara lain adalah imunitas rendah (misalnya akibat gizi kurang, gizi buruk, tidak mendapatkan ASI eksklusif), hunian padat, status ekonomi rendah, penyakit penyerta (misalnya HIV dan campak), polusi udara, asap rokok serta imunisasi tidak lengkap. 

Gejala dan tanda pneumonia pada anak antara lain adalah batuk, sesak (ditandai napas yang cepat, tarikan dada, napas cuping hidung, tampak biru, penurunan saturasi oksigen), sulit makan dan minum, penurunan kesadaran (anak tampak lemah dan lebih banyak tidur), demam atau hipotermia, kejang, terdapat suara napas tambahan (misalnya mengi atau grok-grok), serta terdapat gejala penyerta lain seperti diare dan muntah. Batas napas cepat pada anak sesuai panduan WHO yaitu bila frekuensi pernapasan dalam 1 menit lebih dari sama dengan 60 kali untuk anak usia kurang dari dua bulan, lebih dari sama dengan 50 kali per menit untuk anak usia dua higga sebelas bulan, dan lebih dari sama dengan 40 kali per menit untuk anak usia satu hingga lima tahun. 

Pneumonia perlu segera ditangani secara serius. Bila terjadi tanda dan gejala pneumonia, segera bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan. Pneumonia yang ringan dapat dipertimbangkan dilakukan pengobatan rawat jalan namun dengan pengobatan dan edukasi yang sesuai. Kriteria rawat inap pada pneumonia antara lain bila anak mengalami sesak yang memberat, suara napas merintih, kesulitan makan atau minum, penurunan saturasi oksigen, keluarga tidak mampu melakukan pemantauan dan memberikan pengobatan di rumah, serta terdapat penyakit penyerta seperti penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, penyakit paru kronik, dan sebagainya.

Pencegahan pneumonia merupakan upaya utama dan mendasar untuk menangani penyakit yang mengancam jiwa ini. Pencegahan pneumonia pada anak antara lain sebagai berikut:

  1. Berikan ASI eksklusif pada anak, sedapat mungkin hingga usia 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.

  2. Cegah anak terpajan rokok dan polusi udara

  3. Imunisasi sesuai jadwal, terutama imunisasi DTP-Hib, PCV, dan influenza 

  4. Jaga kebersihan antara lain dengan cuci tangan, membersihkan mainan (terutama mainan yang digunakan bersama), tidak berbagi peralatan makan seperti gelas/sedotan/dan sebagainya

  5. Memberikan asupan nutrisi yang baik, cukup, serta sesuai dengan usia anak

  6. Menghindari orang yang sedang sakit

  7. Selama pandemi COVID-19 selalu meningkatkan kewaspadaan dan sedapat mungkin melakukan 6M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi, serta melakukan vaksinasi sesuai anjuran dokter dan kebijakan pemerintah.

Apabila anak kita mengalami salah satu atau lebih dari tanda dan gejala diatas, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk dievaluasi dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Referensi:

  1. WHO. Pneumonia. 11 November 2021 [disitasi 2020 Feb 28]. Diunduh dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia

  2. CDC. Pneumonia. Maret 2020 [disitasi 2020 Feb 28]. Diunduh dari https://www.cdc.gov/pneumonia/causes.html

  3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Laporan nasional RISKESDAS 2018. Maret 2019 [disitasi 2020 Feb 28]. Diunduh dari https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

  4. Chiemelie E, ahmad T. Pediatric pneumonia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2022.

  5. UNICEF. Pneumonia. April 2021 [disitasi 2020 Feb 28]. Diunduh dari: https://data.unicef.org/topic/child-health/pneumonia/ 

Artikel dipublikasikan juga pada Buletin Bicara Sehat Edisi 2, yang dapat di akses melalui (KLIK)