(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Manajemen Laktasi untuk Keberhasilan Menyusui

Air susu ibu (ASI) merupakan satu-satunya nutrisi yang tepat untuk bayi karena mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menyusui dimulai segera setelah lahir kemudian diberikan secara eksklusif selama enam bulan, dan dilanjutkan hingga dua tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu indikator program pemerintah dalam melaksanakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka seribu hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HPK), gerakan ini dimulai dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun.

Menyusui dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak dan melindungi anak dari penyakit, serta menyusui mendorong pertumbuhan yang sehat dan meningkatkan sejak dini perkembangan anak dan mendukung perkembangan otak yang sehat. Menyusui tidak hanya baik untuk bayi, tetapi juga baik untuk ibu. Menyusui dapat melindungi terhadap kejadian perdarahan pasca-melahirkan, depresi pasca melahirkan, penurunan berat badan, kanker ovarium dan payudara, penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia dan diabetes tipe 2. Diperkirakan dengan meningkatnya tingkat menyusui dapat mencegah tambahan 20.000 kematian ibu akibat kanker payudara.

Penelitian pada 123 negara menunjukkan bahwa di seluruh dunia 95 % dari bayi pernah mendapat ASI. Namun, tingkat ini sangat bervariasi antara negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan negara-negara berpenghasilan tinggi. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya 4 %, atau 1 dari 25 bayi, tidak pernah disusui, sedangkan negara-negara berpenghasilan tinggi, ditemukan 21 % bayi, atau 1 dari 5 bayi, tidak pernah menerima ASI.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif baik faktor internal dari ibu maupun eksternal. Faktor internal antara lain usia ibu, status gizi ibu, dan tingkat pendidikan, sedangkan faktor eksternal adalah pengetahuan tentang ASI eksklusif, tenaga kesehatan dan media massa. Selain itu beberapa alasan ketidakmampuan ibu memberikan ASI eksklusif adalah ibu harus bekerja, produksi ASI yang kurang, gencarnya promosi susu formula dan adanya ketidak pahaman dari ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, padahal telah diketahui bahwa dari manfaat pemberian ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat besar. Sehingga untuk keberhasilan menyusi ibu membutuhkan dukungan dan dorongan untuk menyusui termasuk diruang publik, komunitas, konselor terlatih, teman sebaya, anggota keluarga, serta terpenting dukungan dari suami.

Keberhasilan menyusui dimulai dari persiapan prenatal, inisiasi menyusu dini,  pola menyusu efektif, kenyamanan ibu, posisi dan perlekatan menyusu yang baik, menilai kecukupan ASI serta memantau pertumbuhan dengan baik. Persiapan prenatal bertujuan agar ibu dan keluarga dapat mempersiapkan diri dan belajar berbagai hal seputar menyusui sebelum bayi lahir. Persiapan yang baik dapat membantu ibu dan bayi dalam keberhasilan menyusui. Evaluasi dan edukasi mengenai laktasi biasanya dimulai pada kehamilan trimester kedua dengan memberikan informasi lengkap mengenai ASI dan mengikuti kelas laktasi. Kemudian dilanjutkan pada trimester ketiga dengan menilai dan mendiskusikan berbagai hal yang mungkin menghambat proses menyusui pasca persalinan serta memberikan informasi dan dukungan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD), rawat gabung bila bayi sehat, ASI eksklusif dan menyusu hingga 2 tahun atau lebih.

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah Tindakan meletakkan bayi baru lahir yang telah dikeringkan tanpa busana ke dada ibu, dengan slimut hangat dan tipis atau handuk diatas punggung bayi segera setalh lahir minimal selama 1 jam dan sampai terjadi isapan pertama. Proses IMD ini sebaiknya dilakukan pada ibu dan bayi yang bugar, tanpa diganggu oleh prosedur atau pemeriksaan baik yang lahir spontan maupun seksio sesarea. Aktivitas IMD memberikan dampak positif pada ibu dan bayi, antara lain parameter tanda vital dan gula darah bayi batu lahir lebih baik, keberhasilan menyusu eksklusif yang lebih tingi, interaksi ibu dan bayi lebih terjalin, ibu lebih sensitive terhadap tanda lapar bayi, serta merangsang pembentukan microbiome atau bakteri baik di usus bayi.

Perhatikan posisi dan perlekatan saat menyusui karena berdampak pada pengeluaran ASI dan kenyamanan bagi ibu dan bayi.

Empat kunci posisi menyusu yang benar adalah:

  • Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus
  • Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan putting susu
  • Badan bayi dekat ke tubuh ibu
  • Ibu menggendong/mendekp badan bayi secara utuh

Empat kunci perlekatan menyusu yang benar adalah

  • Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar
  • Dagu bayi menyentuh payudara
  • Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bagian bawah mulut bayi
  • Bibir bawah bayi memutar keluar (dower)

Bila posisi dan perlekatan benar, ujung putting ibu terlindungi karena diposisikan jauh ke belakang mulut bayi ke arah langit-langit yang lunak. Terdapat tanda segera dan tanda lanjut dari perlekatan yang kurang baik. Tanda segera meliputi pipi bayi kempot selama menyusui, terdengar suara “klik”, bibir bawah melengkung kedalam. Gerakan kepala bayi sering dan kurnag terdengar suara menelan, ibu merasa nyeri dan tidak nyaman. Tanda lanjut adalah trauma ke putting ibu dan rasa sakit, kenaikan berat badan yang buruk serta pasokan ASI yang rendah.

Pola menyusu efektif sejak awal menyusui harus diperhatikan agar kecukupan ASI selama proses menyusu dapat terjaga. Berikut adalah pola menyusu efektif:7

  • Menyusui sesering mungkin/semau bayi (8-12 kali sehari atau lebih)
  • Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui. Untuk membangunkan bayi, dapat dilakukan dengan membuka pakaian bayi atau melepas selimut, mengganti popok, dan meletakkan bayi dari kulit-ke kulit atau memijat.
  • Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain
  • Ibu memahami isyrat bayi (tanda lapar) berupa rooting,  Gerakan atau suara menghisap, meletakkan tangan ke mulut, gerakan mata yang cepat, desahan dan kegelisahan.
  • Apabila bayi sudah kenyang, tetapi payudara masih terasa penuh/kencang, maka payudara perlu diperah, ASI disimpan. Hal ini bertujuan mencegah masitits (peradangan pada payudara) dan menjaga pasokan ASI

Selain melakukan pola dan teknik menyusui yang benar, kita juga haru smengevaluasi kecukupan ASI bagi bayi. Evaluasi  kecukupan menyusui meliputi tanda menyusu efektif dan  pola pertumbuhan. Tanda menyusu efektif mencakup:7

  • Bayi melakukan isapan lambat dan dalam
  • Bayi berhenti sesaat dan menunggu sampai saluran ASI terisi lagi
  • Bayi mengambil beberapa kali hisapan cepat untuk memulai aliran ASI
  • Setelah ASi mengalir, bayi menghisap lebih lambat dan dalam kembali
  • Terdengar suara menelan
  • Pipi bayi membulat
  • Frekuensi dan warna BAK dan BAB yang sesuai
  • Payudara ibu terasa membesar dan berat, disertai ASI yang menetes diantara atau selama menyusui

Kriteria kecukupan nutrisi dinilai dari pola pertumbuhan bayi sejak lahir yang mendapatkan ASi eksklusif dan perlu dilakukan evaluasi berkala. Pola pertumbuhan yang ditemukan adalah:

  • Kehilangan berat badan rerata 7% pada 72 jam pertama (tidak melebihi 10% pada bayi cukup bulan)
  • Berat badan bayi minimal mencapai berat badan lahir pada usia 2 minggu
  • Kenaikan berat badan 25-30 gram /hari dari hari ke-5 hingga 2 bulan
  • Kenaikan berat badan selama mendapatkan ASi sesuai dengan kurva pertumbuhan

Manajemen laktasi yang tepat dimulai dari persiapan prenatal hingga menyusu eksklusif dan dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih meningkatkan keberhasilan menyusui serta pertumbuhan dan perkembangan anak yang adekuat sejak dini. Konsultasikan segera apabila anda mengalami kesulitan atau masalah dalam menyusui agar segera mendapatkan tata laksana yang tepat. Jangan ragu untuk bertanya dan berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. Anda dapat membuat janji untuk telekonsultasi melalui website dan nomor telepon RSUI.

Referensi: 

  1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. Pedoman perencanaan program gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka seribu hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, 2013
  2. Victora C. G. et al., Breastfeeding in the 21st century: epidemiology, mechanisms, and lifelong effect. Lancet 2016; 387: 475–90.
  3.  Global Breastfeeding Advocacy Initiative, ADVOCACY BRIEF: Breastfeeding and Early Childhood Development.
  4. Victora C. G. et al., Breastfeeding in the 21st century: epidemiology, mechanisms, and lifelong effect. Lancet 2016; 387: 475–90
  5.  UNICEF Global Databases: Infant and Young Child Feeding, 2018
  6. Safitri A, dan Puspitasari D.A.  Upaya Peningkatan Pemberian ASI Ekslusif dan Kebijakannya di Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2018 Vol. 41 (1): 13-20
  7. Kementrian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian Kesehatan RI. 2021