(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Tren Mahasiswa Rentan Stres, Bagaimana Cara Mencegah Dan Mengatasinya?

Setiap manusia pasti memiliki keluhan dalam hidupnya. Tidak terkecuali pada kelompok mahasiswa. Terkadang, mahasiswa mengaku bahwa mereka pernah atau bahkan sering mengalami stres. Tidak jarang mahasiswa melontarkan kalimat “stres kuliah, lebih baik saya menikah saja”. Guyonan ini cenderung mendefinisikan bahwa mahasiswa sudah dalam kondisi menyerah karena beban kuliah. Kira - kira apa yang membuat mereka stres dan bagaimana cara mengatasinya?

Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai seseorang yang sedang dalam keadaan menuntut ilmu pada tingkat perguruan tinggi. Sedangkan menurut Budiman (2006), mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi demi mempersiapkan diri untuk suatu keahlian pada tingkat sarjana. Perguruan tinggi tersebut dapat berupa perguruan tinggi negeri maupun swasta atau dari lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Maka berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang menimba ilmu di perguruan tinggi negeri maupun swasta dan lembaga lain yang setingkat.

Menurut Abdullah (2007) stres merupakan kondisi jiwa raga, fisik dan psikis seseorang yang fungsinya tidak berjalan dengan semestinya atau tidak normal. Stres juga dapat terjadi pada setiap orang. Sedangkan menurut Febriana & Wahyuningsih (2011) stres merupakan istilah yang awalnya berasal dari bahasa latin stingere, yang memiliki makna keras. Maksudnya adalah stres dianggap sebagai keadaan tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, dan menimbulkan kecemasan. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah kondisi jiwa raga, fisik dan psikis yang dapat terjadi pada setiap orang karena berbagai macam sebab dan bersifat menimbulkan kecemasan.

Menurut Gunarya (2011), secara fisiologi, yang terjadi di dalam tubuh kita saat mengalami stres. Perubahan tersebut dimulai dengan munculnya permasalahan yang membuat cerebral cortex mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus sebagai master of gland. Lalu, dari hipotalamus disampaikan lagi menuju Sympathetic Nervous System (SNS). Selanjutnya, hal ini menyebabkan serangkaian perubahan pada tubuh manusia.

Terdapat tiga tahap penyesuaian yang dilakukan tubuh yang sering disebut General Adaption Syndrome (GAS). Tahapan pertama yakni tahap siaga, terjadi saat mulai adanya ancaman dan biasanya muncul reaksi fight or flight. Tahap kedua yakni tahap perlawanan, pada tahap ini reaksi hormonal tubuh masih tinggi dan orang ini melakukan upaya penanganan. Tubuh akan kembali normal jika sumber stres dapat ditiadakan. Tahap ketiga yakni tahap kepayahan (exhausted stage), kondisi ini cukup membahayakan karena individu tidak lagi merespon karena kelelahan dan mengakibatkan tubuh menjadi terbiasa dengan kondisi tersebut dan menyebabkan gangguan lambung, hipertensi, dan sebagainya (Gunardya dkk 2011).

Selye (dalam Rice, 1992) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

a. Distres (Stres Negatif)

Distres merupakan jenis stres yang bersifat tidak menyenangkan. Stres yang dimaksud disini, membuat seseorang merasakan  suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang cenderung negatif, menyakitkan, atau timbul keinginan untuk menghindari stres negatif.

b. Eustres (Stres Positif)

Eustres bersifat membahagiakan dan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Eustres atau stres positif biasanya meningkatkan kewaspadaan, kognisi, dan performansi seseorang. Motivasi seseorang untuk menciptakan sesuatu juga dapat meningkat karena adanya stres positif.

Maka dapat disimpulkan bahwa jenis stres terbagi menjadi dua, yaitu distres (stres negatif) dan eustres (stres positif).

Menurut Sunaryo (2004), apabila ditinjau dari penyebab stres, dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Stres Fisik, disebabkan karena terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendahnya suhu atau temperature, suara yang sangat bising sehingga mengganggu pendengaran, pancaran sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik dari alat elektronik.
  2. Stres Kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan yang tidak sesuai anjuran, zat beracun, hormon atau gas berbahaya.
  3. Stres Mikrobiologik, disebabkan karena virus, bakteri, atau parasit berbahaya yang menimbulkan berbagai jenis penyakit.
  4. Stres Fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik tubuh sehingga menimbulkan keadaan fungsi tubuh yang tidak normal.
  5. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan, disebabkan karena adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
  6. Stres Psikis, disebabkan oleh adanya gangguan yang berhubungan dengan interpersonal, tuntutan, sosial, budaya, atau keamanan.

Menurut Sarafino (2008), stres biasanya disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan. Interaksi tersebut yang akan menimbulkan pemikiran akan adanya sebuah jarak antara tanggungjawab atau tuntutan yang asalnya dari keadaan yang bersumber pada sistem psikologis, sosial dan tentunya biologis manusia. Al-dubai dkk (2011) mengemukakan bahwa salah satu faktor utama yang bertanggung jawab sebagai penyebab stres pada mahasiswa yaitu permasalahan akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Henriques (2014) menyimpulkan bahwa tuntutan yang harus dijalankan oleh mahasiswa membuat mereka mengalami krisis kesehatan mental yang cukup serius.

Stres akademik adalah sebutan untuk stres yang timbul karena adanya tekanan   untuk menunjukkan keberhasilan yang diraih dalam hal prestasi akademik dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin ketat sehingga mereka semakin lama semakin terbebani oleh berbagai macam tekanan, tanggung jawab dan tuntutan (Alvin, 2007). Menurut Gusniarti (2002), stres akademik yang biasa dirasakan oleh mahasiswa merupakan hasil pemikiran yang subjektif terhadap ketidaksesuaian antara tuntutan akademik dengan kemampuan yang dimiliki mahasiswa. Dapat disimpulkan bahwa stres akademik adalah stres yang timbul karena tekanan untuk menunjukan keberhasilan akademik dan juga disebabkan oleh ketidaksesuaian antara tuntutan dengan sumberdaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya stres pada mahasiswa. Beberapa faktor tersebut yaitu, jenis kelamin, tempat tinggal, alat transportasi, beasiswa atau non beasiswa, uang saku, prestasi, kegiatan organisasi di dalam kampus, kegiatan organisasi di luar kampus, waktu belajar di luar jam kuliah, dan kelompok Uang Kuliah Tunggal (UKT). Dari beberapa faktor tersebut, yang paling mempengaruhi dalam kejadian stres pada mahasiswa ternyata adalah tempat tinggal dan organisasi luar kampus (Amiruddin, 2017).

Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, stres dibagi menjadi tiga tingkat. Tingkatan tersebut terbagi atas stres ringan, stres sedang dan stres tinggi. Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur seperti terlalu banyak tidur, terjebak pada kemacetan, kritikan, dan sebagainya. Sedangkan stres sedang berlangsung lebih lama, seperti merawat anak yang sedang sakit, perselisihan yang tidak kunjung usai, dan sebagainya. Selanjutnya, stres tinggi merupakan situasi kronis yang berlangsung sangat lama, bahkan sampai beberapa minggu atau beberapa bulan seperti kesulitan finansial yang berkepanjangan, terpaksa harus berpindah tempat tinggal, dan sebagainya (Gunarya dkk, 2011).

Penelitian menunjukan bahwa presentase mahasiswa yang tinggal di indekos pada stres ringan sebesar 44,7%, stres sedang sebesar 39,3%, dan stres tinggi sebesar 15,8%. Sedangkan mahasiswa yang tinggal bersama keluarga di rumah menunjukan angka pada stres ringan sebesar 29,7%, stres sedang sebesar 37,8% dan stres tinggi sebesar 32,4% (Amirrudin, 2017). Hal ini mendefinisikan bahwa mahasiswa yang tinggal di indekos lebih rentan mengalami stres ringan sedangkan mahasiswa yang tinggal di rumah bersama dengan keluarga lebih rentan terkena stres sedang.

Menurut Rachmawati (2017) indekos adalah tempat tinggal dengan kamar yang disewakan dan dibayar dalam periode tertentu atau biasanya perbulan. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No. 4 Tahun 1992). Lingkungan dan bagaimana seseorang dapat beradaptasi di dalamnya termasuk faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stres.  Keadaan yang berbeda antara di rumah dan di indekos akan membuat mahasiswa mengalami berbagai masalah baru (Amiruddin, 2017).     

Selanjutnya pada mahasiswa  yang menjalankan organisasi yang berada di luar kampus,  presentase mahasiswa yang mengalami stres ringan sebesar 25,8%, stres sedang 48,4% dan stres tinggi sebesar 25,8%. Sedangkan mahasiswa yang tidak sedang menjalankan atau terikat dengan organisasi di luar kampus mengalami stres tinggi sebesar 22,7% (Amirrudin, 2017). Hal ini menunjukan bahwa organisasi di luar kampus memiliki peran yang cukup signifikan yang mempengaruhi terjadinya stres tinggi yang dialami mahasiswa.

Nyatanya, di dalam organisasi luar kampus mahasiswa akan menemukan kesibukan dan masalah baru yang tentunya akan mempengaruhi tingkat stres mahasiswa. Namun, organisasi luar kampus juga perlu dijalankan oleh mahasiswa khususnya untuk meningkatkan softskills. Penyebab stres pada menjalankan organisasi meliputi beban tanggung jawab yang terlalu berat atau sedikit, tertekan oleh batasan waktu, kondisi lingkungan fisik yang kurang nyaman, hubungan yang kurang baik antara anggota dan pimpinan organisasi, peran dalam organisasi seperti saat partisipasi bekerja dalam organisasi ataupun mengambilan keputusan bersama, dan adanya politik dalam organisasi (Neale & Northcraft, 1990).

Menurut Gunarya dkk (2011), dalam mencegah stres pada kehidupan kampus dapat menggunakan strategi yang disingkat dengan ‘STRESS’, namun dengan akronim yang berbeda. Kepanjangan dari STRESS yaitu Study Skills, Tempo – Time Management, Rest, Eating and Exercise, Self Talk dan Social Support. Study Skills berarti, dalam menjalani kehidupan perkuliahan ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, yang ingin diikuti, namun dalam waktu yang terbatas pula. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa perlu memiliki skill belajar yang sesuai dengan diri mereka masing – masing sehingga mampu belajar dengan efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Selanjutnya, Time Management yang dimaksud adalah mahasiswa mampu memanajemen waktu sehingga apa yang dilaksanakan dapat tepat waktu dan tepat sasaran. Pencegahan stres yang ketiga yaitu, Rest yang berarti istirahat. Tubuh kita bekerja sesuai dengan pengaturan yang sudah ditentukan, hal ini berarti tiap orang memerlukan istirahat atau jeda terlebih dahulu sebelum memulai kembali aktivitas. Selain itu, Eating and Exercise juga diperlukan karena tubuh kita memerlukan asupan yang seimbang dan latihan atau olahraga yang memadai agar dapat bugar kembali (Gunarya dkk, 2011).

Lalu yang selanjutnya adalah Self Talk, yang berarti percakapan kalbu yang berisi percakapan positif yang mampu membuat kita menjadi bersemangat lagi atau bahkan sering kali muncul juga percakapan negatif. Maka, kita perlu mampu secara sadar mengatur isi percakapan kita agar mendukung hal positif dari dalam diri kita khususnya dengan metode ‘stop ganti’ untuk percakapan kalbu yang negatif. Cara yang terakhir yaitu Social Support atau jaringan pendukung. Pada dasarnya manusia memang makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Maka teman, keluarga dan kerabat diharapkan mampu menjadi Social Support (Gunarya dkk, 2011).

Sedangkan menurut Sukadiyanto (2010), cara mengatasi stres adalah mengetahui penyebab timbulnya stres terlebih dahulu untuk mempermudah menentukan bagaimana cara mengurangi stres. Beberapa cara untuk mengurangi stres yang muncul antara lain dengan mengatur pola makan yang sehat dan bergizi, memelihara kebugaran jasmani, melatih pernapasan dan relaksasi, melakukan aktivitas berlibur.

Pola makan sehat dan bergizi sesuai dengan pedoman isi piringku. Porsi isi piringku yang telah dianjurkan kemenkes untuk menyeimbangkan pola makan adalah makanan pokok atau sumber karbohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring. Lauk pauk sebagai sumber protein dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral dengan porsi 2/3 dari 1/2 isi piring dan yang terakhir buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral dengan porsi 1/3 dari 1/2 isi piring (Taufik, 2019).

Individu yang memiliki kebugaran jasmani tentu akan terhindar dari stres, karena memiliki kemampuan batas rangsang psikis yang tinggi dalam mengolah stres (Sukadiyanto, 2010). Dianjurkan individu non olahragawan melakukan aktivitas fisik ringan seperti berjalan santai, bekerja dengan komputer ,membaca, dan sebagainya selama minimal 10 menit setiap harinya. Sedangkan aktivitas fisik sedang seperti membawa dan menyusun balok kayu, membersihkan rumah, menanam pohon dan sebagainya selama minimal 30 menit setiap harinya (P2PTM Kemenkes RI, 2018).

Latihan pernapasan dan relaksasi sangat diperlukan untuk dapat mengurangi stres. Latihan pernapasan yang baik yaitu dengan menarik napas secara perlahan dan dalam menggunakan diagphragmaI dan ditahan diperut sesaat, selanjutnya di keluarga secara perlahan. Lakukanlah latihan pernapasan secara perlahan dan dalam sehingga denyut jantung akan lebih lambat. Sedangkan relaksasi yang rutin juga akan mengembalikan dan memperlancar simpul syaraf (Sukadiyanto, 2010). planetary mixer

Selanjutnya melakukan aktivitas berlibur. Hal ini merupakan aktivitas yang dianjurkan untuk melepas kelelahan fisik maupun psikis. Berlibur juga mampu meciptakan hubungan yang harmonis dengan. Perubahan suasana saat berlibur akan menggairahkan kinerja seseorang dari penatnya beban pikiran yang terlalu berat sebelumnya (Sukadiyanto, 2010).

Saat ini stres memang dianggap sebagai hal yang wajar, karena tidak sedikit orang yang merasa terbebani akan tanggung jawab kehidupan menjadi seorang mahasiswa. Namun, jika ada cara untuk mencegah dan mengurangi stres, mengapa kita tidak mencobanya? Selagi kita masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk memiliki tubuh dan pikiran yang sehat, mengapa kita tidak mencoba untuk menjaganya? Serumit apapun kehidupan yang sedang dijalani hari ini, manusia yang mampu bertahanlah yang akan menjadi pemenangnya. Tetap semangat menjalani kehidupan, karena seberat apapun beban yang sedang ditanggung. Yakinlah bahwa kita akan mampu melewati ini semua.

Referensi:

  1. Abdulla. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  2. Amiruddin. 2017. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Tingkat Kejadian Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2015. Fakultas Kedokteran. Makassar: Universitas Hasanuddin.
  3. Al-dubai, S.A., Al-naggal, R.A., Rampal, K.G. 2011. Stress and coping strategis of students in a medical faculty in Malaysia. Malaysia: Malays J Med Sci.
  4. Alvin, N.O. 2007. Handling Study Stress: Panduan Agar Anda Bisa Belajar Bersama Anak-Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.
  5. Budiman, Arief. 2006. Kebebasan Negara, Pembangunan, Kumpulan Tulisan. Jakarta: Pustaka Alvabet.
  6. Febriana, D & Wahyuningsih, A. 2011. Kajian Stres Hospitalisasi terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak RS Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri Volume 4, No. 2, Desember 2011.
  7. Gunarya, dkk. 2011. Bersahabat Dengan Stress Modul MD10 Universitas Hasanudin. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/34&ved=2ahUKEwia153mvdvnAhVOWH0KHQgDClQQFjAAegQIBRAC&usg=AOvVaw18rOQn2yC4xEcF53nrXQdY. Pada 18 Februari 2020.
  8. Gusniarti, U. 2002. Hubungan antara Persepsi Siswa antara Tuntutan dan Harapan Sekolah dengan Stres Siswa di Sekolah Menengah Umum-Plus. Jurnal Psikologika. No.13 tahun VII 2002.
  9. Henriques, G. (2014). The college student mental health crisis. Psychology Today. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/blog/theory?knowledge/201402/the-college-student-mental-health-crisis. Pada 19 Februari 2020.
  10. Lake, David. 2004. Stress: How to Cope with Pressure. Singapore: The Singapore.
  11. Lazarus, R. 1999. Stres and emotion a new syinthetis. New York: Spinger Publishing Company inc.
  12. Neale, M., dan Northcraft, G.B. (1990). Organizational Behavior: A Management Challenge. Florida: The Dryden Press.
  13. P2PTM KEMENKES RI. 2018. Berapa lama seseorang melakukan Aktivitas Fisik? Diakses dari http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/page/18/berapa-lama-seseorang-melakukan-aktivitas-fisik. Pada 18 Februari 2020.
  14. P2PTM Kemenkes RI. 2019. Yuk, Terapkan Konsep "Isi Piringku" dalam Kehidupan Sehari-Hari. Diakses dari http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/page/5/yuk-terapkan-konsep-isi-piringku-dalam-kehidupan-sehari-hari. Pada 19 Februari 2020.
  15. Rachmawati, Ariefah. 2017. Membangun Informasi Layanan Umum Rumah Kos Melalui Aplikasi Berbasis Web. Jurnal Ilmiah Fifo Volume IX No 2 November 2017.
  16. Rice, P.L. (1992). Stress and health (2nd ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company.
  17. Sarafino, E.P. 2008. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions Sixth Edition. John Willey and Sons, Inc, Canada.
  18. Selye, H. 1975. Stress without distress. New York: Signet Books
  19. Siswoyo, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
  20. Sukadiyanto. 2010. Stress dan Cara Menguranginya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, No 1, Th XXIX. Diakses dari https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/218. Pada 18 Februari 2020.
  21. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.
  22. Taufik. 2019. PENERAPAN ISI PIRINGKU KEMENKES BAGI DIABETISI. Diakses dari http://www.yankes.kemkes.go.id/read-penerapan-isi-piringku-kemenkes-bagi-diabetisi-8242.html. Pada 18 Februari 2020.
  23. Undang – Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
  24. Veratamala, Arinda. 2020. Yang Terjadi pada Tubuh Anda saat Stres. Diakses dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/dampak-stres-pada-tubuh-anda/. Pada 19 Februari 2020.

source foto: https://www.freepik.com/