Fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan merupakan garda terdepan sukses menyusui sehingga sejak 1991 dibuatlah program inisiatif rumah sakit ramah bayi/ baby-friendly hospital initiative (BFHI) atau Rumah sakit aying bayi (RSSB) yang telah mendukung fasilitas layanan persalinan dan bayi baru lahir di seluruh dunia untuk menggiatkan pemberian ASI. Program ini menghasilkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) dan terdapat bukti substansial menunjukkan bahwa penerapan 10 LMKM secara signifikan dapatmeningkatkan angka menyusui. Berikut ini adalah penjelasan dan penerapan 10 langkah LMKM.
1. Kebijakan Sarana pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan dilarang melakukan promosi pengganti ASI (PASI) dan memiliki kebijakan tertulis tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Pengadaan PASI pada pelayanan kesehatan merupakan proses pengadaan normal bukan kerjasama berupa sampel/diskon/endorse. Fasilitas pelayanan kesehatan tidak memiliki tampilan produk atau barang dalam perusahaan yang menghasilkan PASI (menerapkan Kode). Rumah sakit/pelayanan kesehatan memiliki rangkuman tertulis dari praktis klinis Sepuluh Langkah LMKM, penerapan kode promosi, dan penilaian kompetensi yang dapat dilihat oleh ibu hamildan keluarga mereka.
2. Kompetensi Staf
Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf yang membantu ibu dengan pemberian makanan bayi. Staf tersebutharus memiliki kemampuan sebagai berikut:
- Keterampilan mendengarkan dan menasihati ibu
- Membangun kepercayaan diri ibu
- Menasihati ibu hamil tentang menyusui
- Menilai menyusui
- Membantu ibu mengatur posisi diri dan bayi untuk menyusui
- Membantu ibu menempelkan bayi ke payudara
- Menjelaskan ibu tentang pola menyusui yang optimal
- Membantu ibu memerah ASI
- Membantu ibu menyusui bayi
- Membantu ibu untuk mulai menyusui dalam satu jam pertama setelah lahir
- Membantu ibu yang merasa tidak memiliki cukup ASI
- Membantu ibu dengan bayi yang sering menangis
- Membantu ibu dengan bayi yang menolak disusui
- Membantu ibu yang memiliki putting datar atau terbalik
- Membantu ibu dengan payudara yang membengkak
- Membantu ibu dengan putting yang sakit atau pecah
- Membantu ibu dengan mastitis
- Membantu ibu menyusui bayi dengan berat lahir rendah atau bayi yang sakit
- Menasihati ibu tentang kesehatan sendiri
- Menerapkan Kode di fasilitas kesehatan
3. Diskusi mengenai ASI dan manajemen menyusui pada ibu hamil dan keluarga.
Pada tahap ini, akan dilakukan diskusi antenatal (sebelum kelahiran) mengenai menyusui berupa nilai penting menyusui, rekomendasi global pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, nilai penting kontak langsung dengan kulit yang berkelanjutan, nilai penting rooming-in, posisi dan pelekatan menyusui, serta pengenalan tanda lapar bayi.
4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir
Fasilitasi kontak kulit ke kulit segera dan tidak terganggu serta dukung ibu untuk mulai menyusui sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 5 menit selama satu jam kecuali bila terdapat alasan medis yang dapat dibenarkan (immediate skin to skin contact). Alasan medis tersebut antara lain:
- Preterm (lahir sebelum 37 minggu)
- Gangguan pernapasan (sianosis)
- Memiliki kelainan bawaan utama yang menyebabkan gangguan kardiorespirasi
- Lahir dengan cairan ketuban bercampur mekonium dan menunjukkan bayi tidak bugar
- Lahir denan peningkatan risiko infeksi
- Memiliki bukti depresi napas perinatal
5. Dukung ibu untuk memulai, mempertahankan dan mengatasi kesulitan menyusui
Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara) dalam waktu 6 jam setelah kelahiran
6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir
Tidak memberikan makanan atau cairan apa pun kepada bayi baru lahir yang disusui, kecuali bila terdapat indikasi medis
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
Mengusahakan ibu dan bayi tetap bersama dalam 24 jam sehari. Keuntungan pelaksanaan rawat gabung adalah ibu dapat merespons dan menyusui setiap bayi lapar sehingga bonding dapat terjalin selama proses menyusui sehingga ibu lebih percaya diri untuk menyusui.
8. Dukung ibu untuk mengenali dan merespons isyarat bayi untuk menyusu.
Ibu menyusui disarankan untuk memberikan ASI sesering dan semau bayi. Tanda awal bayi siap menyusu mencakup:
- Membuka mulut dan menoleh untuk mencari payudara (rooting reflex / ‘tanda mencari’)
- Terbangun dan gelisah
- Mengeluarkan suara kecil
- Membuat Gerakan tangan ke mulut dan mengisap
- Mengisap jari
9. Tidak memberikan dot/kempeng
Fisiologi menyusu langsung berbeda dengan fisiologi menyusu dengan botol susu/dot. Penggunaan botol susu dan dot dapat menyebabkan kesulitan menyusui terutama bila digunakan dalam waktu lama.
10. Koordinasi pemulangan dari rumah sakit.
Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan dukungan menyusu di komunitas.
Penerapan 10 LMKM di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi kunci manajemen laktasi yang baik untuk mendukung pertumbuhan anak yang optimal. Apabila ayah bunda mengalami masalah dalam menyusui segera berkonsultasi dengan tim laktasi RSUI.
Referensi:
- Satgas ASI IDAI. 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. diunduh pada dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/10-langkah-menuju-keberhasilan-menyusui.Satgas ASI IDAI. 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. diunduh pada dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/10-langkah-menuju-keberhasilan-menyusui.
- WHO. https://www.who.int/teams/nutrition-and-food-safety/food-and-nutrition-actions-in-health-systems/ten-steps-to-successful-breastfeeding
- Yahmi E, Pratiwi GA. Pendampingan menyusui 0-72 jam pertama dan BFHI. Modul pelatihan: Indonesians breastfeeding course for clinicians. Badan penerbit IDAI. 2022. h27-36.