Virus Corona (COVID-19) memiliki kemampuan penularan yang sangat tinggi, tercatat kasus harian paling tinggi sejumlah 21.807 kasus baru (30 Juni 2021) dan kasus sembuh 13.038 kasus (8 Februari 2021). Dengan banyaknya pria yang memiliki riwayat terkena COVID-19 dan sembuh, maka mulai banyak pula laporan gejala-gejala sisa yang dikeluhkan (long COVID), seperti mudah lelah, kurang konsentrasi, dan depresi. Akhir-akhir ini banyak juga dilaporkan kasus keluhan disfungsi ereksi (DE) pada pria dengan riwayat COVID-19 berat, pasca perawatan di ICU. Di sisi lain, karena ukuran pembuluh darah pada penis yang berukuran sangat kecil, gangguan pada ereksi kerap dihubungkan (memiliki nilai prediksi) terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah.
Ereksi merupakan proses kompleks dan memerlukan hormon, fungsi anatomi, serta hasrat yang baik. Bila terdapat gangguan pada satu atau lebih komponen tersebut, maka ereksi mungkin tidak dapat tercapai. Kondisi ini dapat diterapi baik mulai dengan medikamentosa bahkan sampai operasi pemasangan prostesis penis.
Diketahui bahwa COVID-19 dapat mengakibatkan disfungsi dinding pembuluh darah, hipogonadisme subklinis, tekanan psikologis, dan gangguan hemodinamik paru, semuanya berkontribusi pada potensi timbulnya DE. Selain itu, COVID-19 dapat memperburuk kondisi jantung dan pembuluh darah; sehingga semakin meningkatkan risiko DE.
Namun demikian, fungsi testis pada pasien COVID-19 memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi hubungan yang belum jelas antara defisiensi testosteron (akibat COVID-19) dan kemungkinan konsekuensinya terhadap kesehatan reproduksi. Walaupun terdapat hubungan antara peningkatan kejadian disfungsi ereksi pasca COVID, sampai saat ini masih belum ditemukan adanya hubungan antara penyakit COVID-19 dengan penurunan kualitas sperma. Sehingga belum dapat dikatakan COVID-19 menurunkan tingkat fertilitas pada pria.
Nah, bila Anda mengalami DE setelah sembuh dari COVID-19, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu ke Dokter Spesialis Urologi RSUI sehingga dapat ditatalaksana sesuai kondisi yang ditemukan sejak dini.
Referensi:
- Sansone A, Mollaioli D, Ciocca G, et al. Addressing male sexual and reproductive health in the wake of COVID-19 outbreak. Journal of Endocrinological Investigation 2020. DOI: 10.1007/s40618-020-01350-1
- Kresch E, Achua J, Saltzman R, Khodamoradi K, Arora H, Ibrahim E, Kryvenko ON, Almeida VW, Firdaus F, Hare JM, Ramasamy R. COVID-19 endothelial dysfunction can cause erectile dysfunction: histopathological, immunohistochemical, and ultrastructural study of the human penis. World J Mens Health 2021;39(3):466-9. https://doi.org/10.5534/wjmh.210055
Source foto: canva