Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi menyingkirkan racun dalam tubuh. Padanya, darah yang mengandung hasil metabolisme disaring untuk kemudian dikeluarkan lewat urin (ekskresi). Gangguan ginjal akut (GGA) merujuk pada kondisi kelainan anatomi atau fungsional dari ginjal secara mendadak, yang menyebabkan fungsi ekskresi terganggu. Substansi yang harusnya dibuang akan menumpuk pada tubuh sehingga menyebabkan kerusakan pada organ hingga mengancam nyawa.
Pada 20 Oktober tahun 2022, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan 206 anak yang menderita GGA tanpa penyebab jelas. Kasus-kasus ini telah terjadi sejak Januari 2022 dan memuncak di bulan September 2022 hingga mencapai 81 kasus yang tersebar di 20 provinsi. Penderita GGA misterius ini terjadi terutama pada anak usia di bawah enam tahun, dengan gejala awal demam, batuk, pilek, diare dilanjutkan dengan berkurangnya jumlah urin. Pada tahap akhir, pasien GGA dapat membengkak, mengalami kesulitan bernapas sampai mengalami kejang. Seluruh gejala tersebut dapat terjadi sangat cepat, sehingga per 28 September 2022, IDAI menyebut penyakit misterius ini sebagai Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA).
Penyebab gangguan ginjal akut dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok besar: 1) pra-renal; 2) renal dan 3) pasca-renal. Pra-renal berarti asal gangguan ginjal disebabkan organ sebelum darah disaring di ginjal. Renal berarti sebab gangguan terjadi di dalam ginjal. Pasca-renal merujuk pada kelainan setelah urin terbentuk di bawah organ ginjal. Sebab GgGAPA sampai saat ini masih belum pasti dan dalam tahap investigasi.
Hubungannya dengan COVID-19
Sejak tahun 2019, terjadi pandemi yang disebabkan virus Severe Acute Respritary Syndrome Coronavirus atau yang dikenal sebagai COVID-19. Bermula dengan infeksi saluran napas, laporan dalam dua tahun terakhir menemukan COVID-19 dapat menyebabkan gejala yang menyerang seluruh organ tubuh lain. Infeksi COVID-19 mencetuskan reaksi peradangan luas dan terutama terjadi pada anak, yang dikenal sebagai Multiple Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C). Ginjal termasuk organ yang terdampak oleh MIS-C, baik oleh reaksi kekebalan tubuh berlebihan yang menyerang ginjal langsung atau kerusakan organ di luar ginjal yang pada akhirnya mengganggu ginjal.
Terkait GgGAPA, IDAI mengatakan belum dapat menyimpulkan apakah COVID-19 sebagai sebab dari insiden misterius ini. Potensi MIS-C sebagai penyebab gangguan ginjal akut memang ada karena terjadi pada kelompok usia 0-5 tahun yang belum divaksin COVID-19, tetapi GgGAPA terjadi baik pada kelompok yang sudah divaksin maupun belum. Selain itu, temuan mikroorganisme penyebab GgGAPA sangat beragam dan tidak bisa dipindai pada satu mikroorganisme saja. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) turut mengamini GgGAPA belum dapat disimpulkan suatu akibat COVID-19 sampai saat ini.
Berkaca pada Negara Lain
Pada awal September 2022, Gambia menggalakkan kampanye untuk menarik kembali empat merk sirup batuk anak yang dikaitkan dengan setidaknya 70 kematian anak akibat gangguan ginjal akut. Keempat merk tersebut adalah Promethazine Oral Solution, Makoff Baby Cough Syrup, Kofexmalin Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup. Keempat obat tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals, Ltd, India. Investigasi sampel menemukan dua kontaminan pada keempat sirup tersebut, yaitu etilen glikol dan dietilen glikol (DEG). Konsumsi kedua senyawa tersebut di tubuh manusia dapat menyebabkan sejumlah gejala fatal, termasuk di dalamnya gangguan ginjal akut.
Sampai saat ini, Kemenkes RI belum melaporkan peredaran empat jenis obat di atas di Indonesia. Upaya investigasi kemungkinan kontaminan tetap berlangsung pada produk lokal, dilansir berdasarkan konferensi pers Kemenkes RI 19 Oktober 2022, dengan perkiraan pengumuman hasil minggu depan. Untuk sementara, Kemenkes RI merekomendasikan menghindari penggunaan sediaan obat sirup. Di sisi lain, IDAI mengajak untuk mengonsultasikan tiap penggunaan obat kepada dokter dan agar bersikap rasional untuk penyakit yang sifatnya swasirna. Kemenkes Bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan sementara ini sudah ditemukan senyawa EG dan DEG diatas batas aman pada 5 merk obat yang beredar di masyarakat, yaitu Termorex sirup, Flurin DMP sirup, Unibebi Demam drops, Unibebe Demam sirup, Unibebe Cough sirup.
Upaya Kewaspadaan
Sampai saat ini, walaupun banyak pihak telah melakukan langkah antisipasi, GgGAPA belum ditemukan sebab pastinya. Pencegahan kelainan ini hanya bersifat imbauan secara umum untuk menjaga kebersihan, terutama tetap menerapkan kebersihan tangan dan alat pelindung diri. Pada kasus selesma, baik orang tua maupun tenaga kesehatan direkomendasikan untuk menghindari penggunaan obat sirup dari semua jenis kandungan. Untuk gejala ringan agar mengobati dengan tindakan non-farmakologik seperti kompres hangat dan mencukupi kebutuhan cairan.
Nasihat khusus untuk pemantauan GgGAPA adalah untuk memantau urin anak. Bila anak tidak memiliki produksi urin lebih dari 12 jam atau mengalami perubahan warna urin ke cokelat atau merah, segera berobat ke dokter. Orang tua turut perlu untuk mencatat semua obat yang dikonsumsi anak agar dapat ditelusuri sekiranya terdapat kejadian yang tidak diharapkan. Ikhtiar terutama adalah tetap optimis, tidak menyebarkan informasi dari pihak tidak bertanggung jawab dan tentunya berdoa.