Vertigo merupakan gangguan keseimbangan, berupa adanya sensasi yang salah terhadap suatu gerakan (self motion) yang dirasakan seseorang meskipun sesungguhnya tidak terjadi suatu pergerakan. Gerakan yang dirasakan bisa berupa rasa berputar, bergoyang, maupun berguncang yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan seringkali disertai keluhan mual/muntah.
Vertigo merupakan gejala dari sebuah penyakit, sehingga pertanyaan seputar vertigo seperti: “Apakah berbahaya?” atau “Apakah dapat disembuhkan?” tidaklah tepat. Pertanyaan tersebut lebih tepat ditujukan untuk suatu penyakit, seperti stroke, migren maupun epilepsi.
Nah, untuk lebih memahami vertigo pada pembahasan kali ini kita akan menganalogikan dengan pizza, makanan asal Italia yang sudah tidak asing lagi. Ternyata, vertigo dan pizza memiliki beberapa kemiripan. Kok bisa??? Yuk kita simak penjelasan berikut ini:
1. Vertigo memiliki berbagai bentuk serangan
Dengan semakin kreatifnya para penjual pizza berkreasi, saat ini pizza tidak lagi monoton berbentuk lingkaran. kita dapat menemukan bentuk persegi atau hati. Namun apapun bentuknya tetap saja disebut pizza. Serupa dengan vertigo, penderita vertigo dapat mengalami sensasi berputar (spinning vertigo) ataupun tidak berputar(non-spinning vertigo).. Satu penyakit yang sama dapat menimbulkan keluhan vertigo dengan bentuk yang berbeda.
2. Vertigo memiliki berbagai penyebab
Pizza memiliki berbagai nama yang ditentukan dari topping-nya, seperti meat lovers untuk pizza dengan isian daging atau Hawaiian untuk pizza dengan topping nanas dan tuna. Vertigo juga dinamakan sesuai dengan penyebab yang mendasarinya, seperti vertigo pasca trauma, epileptic vertigo yang diakibatkan kelainan cetusan listrik di otak, dan vertigo yang disebabkan oleh penyakit stroke, tumor otak maupun kelainan telinga yang mengenai area pengaturan keseimbangan.
3. Vertigo memiliki berbagai intensitas
Seperti halnya pizza yang memiliki beragam ukuran dan ketebalan, vertigo juga memiliki beragam intensitas serangan dari ringan hingga berat. Namun tentunya intensitas serangan ini bersifat subjektif untuk setiap penderita sehingga tidak dapat dijadikan dasar dalam menentukan penyebab maupun prognosis penyakit yang mendasari. Hal ini berbeda dengan teori terdahulu yang menyebutkan bahwa gejala vertigo yang berat diakibatkan kelainan dalam telinga, sedangkan intensitas yang ringan diakibatkan kelainan di otak.
4. Vertigo dapat sebagai gejala tersendiri (isolated) atau dengan gejala penyerta
Pinggiran pizza tidak hanya polos tetapi ada yang berisi keju atau sosis. Penderita dengan keluhan vertigo juga tidak selalu hanya mengalami rasa berputar/goyang saja namun dapat disertai gejala penyerta lain seperti nyeri kepala pada migrain vestibular atau kelemahan satu sisi anggota gerak tubuh pada stroke. Oleh karena itu, penting bagi klinisi dan pasien untuk dapat mengenali dan mendeteksi gejala penyerta lain saat terjadi serangan vertigo untuk menentukan penyakit yang mendasari.
5. Vertigo dapat berbahaya atau tidak
Harga pizza yang bervariasi ditentukan oleh ukuran, topping, brands, dan lain-lain. Begitu juga dengan vertigo, faktor yang menentukan berbahaya atau tidaknya gejala vertigo adalah penyakit yang mendasari. Vertigo yang diakibatkan kelainan di otak (infeksi, tumor, cedera kepala, atau stroke) umumnya berbahaya, sedangkan vertigo yang diakibatkan kelainan di area telinga dalam seperti penyakit benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), meniere atau peradangan di daerah tersebut umumnya tidak berbahaya.
6. Vertigo memiliki tingkat kekambuhan yang beragam
Faktor yang menyebabkan seseorang hanya dapat menyantap satu slice atau satu loyang pizza dan kemudian membelinya kembali di lain waktu antara lain rasa, harga, maupun selera makan. Frekuensi kekambuhan vertigo juga tergantung dari penyakit dasarnya. Vertigo dapat terjadi berulang pada penyakit meniere, BPPV dan migrain vestibular, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan mengetahui dan menghindari pencetusnya.
7. Vertigo memiliki terapi yang bervariasi
Perilaku seseorang saat menyantap pizza juga beragam, sebagian besar meneguk minuman dahulu baru kembali menyantap pizza, namun ada juga yang langsung melanjutkan menyantap pizza atau hidangan lain dan meneguk minuman di akhir makan. Akhir dari serangan vertigo juga beragam, ada serangan vertigo yang berakhir dengan sendirinya (spontan) dan ada yang memerlukan obat/terapi khusus, namun sebagian besar vertigo membutuhkan obat vestibular suppressant yang dapat menghilangkan/meringankan gejala.
Analogi vertigo dengan pizza diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa vertigo bukanlah penyakit, namun merupakan suatu gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyakit. Bentuk dan kekambuhannya juga bervariasi tergantung dari penyebabnya. Pemberian obat dapat membantu menghilangkan gejala vertigo namun tidak menyelesaikan masalah/penyakit yang mendasarinya. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan komprehensif untuk menentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab vertigo sehingga terapi yang diberikan menyelesaikan keluhan vertigo.
Mengapa Pilih RSUI untuk Penanganan Vertigo?
Di RSUI, kami memahami betapa vertigo dapat mengganggu kualitas hidup Anda. Dengan tim multi disiplin dokter spesialis, teknologi diagnostik terkini, serta layanan rehabilitasi terpadu, RSUI berkomitmen memberikan pelayanan optimal dengan pendekatan yang menyeluruh untuk setiap pasien.
Segera konsultasikan keluhan vertigo Anda di RSUI. Karena kesehatan keseimbangan Anda menentukan kualitas hidup Anda. Cek info layanan dan jadwal dokter RSUI di sini.
Artikel dipublikasikan juga pada Buletin Bicara Sehat Edisi 4, yang dapat di akses melalui (KLIK)
Referensi:
- Bisdorff AR, Staab JP, Newman-Toker DE. Overview of The International Classification of Vestibular Disorder. Neurol Clin. 2015 Aug;33(3):541-50
- Bisdorff Brevern MV, Lempert T, Newman-Toker DE. J. Classification of Vestibular Symptoms : Towards An International Classification Of Vestibular Disorders. Vestib Res. 2009;19(1-2):1-13
- Bisdorff A. Vestibular Symptoms and History Taking. Handbook of Clinical Neurology. 2016;137:83-90
- Kerber KA, , Newman-Toker DE. Misdiagnosing Dizzy Patients Common Pitfalls in Clinical Practice. Neurol Clin. 2015 Aug;33(3):565-75
- Tarnutzer AA, Berkowitz AL, Robinson KA, Hsieh YH, Newman-Toker DE. Does my dizzy patient. have a stroke? A systematic review of bedside diagnosis in acute vestibular syndrome. Canadian Medical Association journal. 2011;183:E571–92