Ginjal bekerja mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa serta mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, mereabsorbsi air dan zat-zat tubuh yang dibutuhkan kembali, serta mensekresi kelebihannya sebagai urin Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi setidaknya selama 3 bulan atau lebih. Kerusakan ditandai dengan penurunan fungsi ginjal dan/atau gangguan struktur pada ginjal. Laju filtrasi glomerular (LFG) dibawah 60 mL/min/1.73 m2 menunjukan telah terjadi penyakit ginjal kronik.
Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) semakin meningkat, pada tahun 2040 diproyeksikan jika PGK menjadi salah satu penyebab kematian tertitnggi di dunia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 didapatkan pravalensi Penyakit Ginjal Kronik di Indonesia sebesar 0,5%. Penyebab kerusakan ginjal pada PGK adalah multifaktorial dan kerusakannya bersifat ireversibel. Berdasarkan penelitian ini didapatkan sebagian besar penderita PGK di Indonesia berjenis kelamin perempuan (60,3%) dan obesitas (25,4%). Komorbid tersering didapatkan yaitu hipertensi (40,8%) dan Diabetes Melitus (3,3%).2 Jika mencapai tahap akhir stadium PGK, penderita PGK akan memerlukan dialisis (cuci darah) dan transplantasi ginjal.
Berikut berapa upaya pencegahan dan penanganan risiko penyakit ginjal kronik yaitu:
1. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal yaitu pemeriksaan ureum, kreatinin, dan laju filtrasi ginjal (LFG)
- Pemeriksaan urin rutin untuk mendeteksi apakah terdapat protein/ albumin pada urin
2. Kontrol Tekanan Darah
Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko yang menyebabkan penyakit ginjal kronik. Pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) perlu mengontrol tekanan darah agar sesuai target terapi yaitu Tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg.mengontrol tekanan darah dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yaitu dengan mengurangi berat badan pada pasien yang overweight/obesitas, jaga pola makan dengan menerapkan diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dengan membatasi jumlah konsumsi natrium yaitu kurang dari 2.300 mg (setara dengan 1 sendok teh garam) per hari baik itu dalam bentuk garam maupun makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan, melakukan aktifitas fisik, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alcohol serta mengkonsumsi obat dan monitoring tekanan darah secara teratur dan berkesinambungan.
3. Kontrol Gula Darah
Komplikasi diabetes melitus akan menyebabkan kerusakan pada ginjal yang disebut Nefropatik Diabetik. Sehingga penderita diabetes melitus perlu mengontrol gula darah dengan menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan bergizi dan sesuai dengan kebutuhan kalori harian dan beraktifitas fisik secara rutin serta selalu mengkonsumsi obat dan konsultasi ke dokter secara teratur. Pasien diabetes diharapkan dapat melakukan pemeriksaan gula darah secara mandiri.
4. Menjaga Pola Makan
Pola makan seperti diet Mediterania dan Diet DASH dapat membantu menurunkan tekanan darah dan kadar lemak dalam darah. Pola makan dengan komsumsi tinggi protein, serat, kalium, magnesium, dan kalsium yang didapatkan dari sayur-sayuran, buah, kacang-kacangan, daging tanpa lemak, dan dairy product rendah lemak. Dengan mengatur makan dengan baik dapat membantu ginjal selalu sehat. Menjaga hidrasi dengan asupan air yang cukup akan menjaga kesehatan ginjal.
5. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik yang teratur akan meningkatkan kualitas hidup dan mencegah resiko penyakit kronik termasuk penyakit ginjal kronik. Aktifitas fisik yang dianjurkan aktifitas fisik aerobik dengan intensitas sedang setidaknya 150 menit dalam seminggu. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan seperi jalan kaki selama 5 kali dengan durasi 30 menit dalam seminggu.
6. Berhenti Merokok
Asap tembakau mengandung lebih dari 4000 gas dan partikel beberapa diantaranya memiliki pengaruh buruk terhadap ginjal (nefrotoksik). Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko dan perkembangan (progresi) penyakit ginjal kronik pada perokok.5
7. Tidak menggunakan obat nyeri secara berlebihan
Penggunaan obat anti nyeri golongan obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) seperti meloksikam, ibuprofen, dan asam mefenamat dapat menghambat produksi prostaglandin yang dapat membuat darah menjadi asam dan mengurangi aliran darah ginjal sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Jika sahabat RSUI memiliki faktor risiko penyakit ginjal dan ingin melakukan pemeriksaan fungsi ginjal maka dapat melakukan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan dokter-dokter berkompeten di Rumah Sakit Universitas Indonesia agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih dini. Diagnosis dini dan pemberian terapi yang tepat akan memberikan prognosis yang lebih baik.
Salam Sehat!
Referensi
- KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease
- Hustrini NM, Susalit E, Rotmans JI. Prevalence and risk factors for chronic kidney disease in Indonesia: An analysis of the National Basic Health Survey 2018. J Glob Health 2022;12:04074.
- Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2021. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
- ttps://www.cdc.gov/chronicdisease/pdf/infographics/physical-activity-H.pdf
- Foley RN, Herzog CA, Collins AJ. Smoking and cardiovascular outcomes in dialysis patients: the United States Renal Data System Wave 2 study. Kidney Int 2003;63:1462-7.
- Hayashi K, Miki K, Kajiyama H, Ikemoto T and Yukioka M (2021) Impact of Non-steroidal Anti-inflammatory Drug Administration for 12 Months on Renal Function. Front. Pain Res. 2:644391.