Bedah ortognatik adalah tindakan pembedahan tulang rahang yang dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut maksilofasial untuk memanipulasi kondisi dan posisi tulang rahang. Tindakan ini merupakan salah satu bagian dari pembedahan area wajah dengan tujuan meningkatkan fungsi pengunyahan dan penampilan pasien. Umumnya, tindakan ini dapat dilakukan hanya pada orang yang sudah berhenti masa pertumbuhan rahangnya, yaitu sekitar usia 18-21 tahun. Hingga saat ini, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa bedah ortognatik hanya bertujuan untuk estetika. Meski demikian, pada kenyataannya, tujuan utama tindakan ini adalah peningkatan kualitas hidup pasien.
Tujuan pertama dari tindakan ini adalah memperbaiki ketidaksesuaian hubungan gigi-geligi rahang atas dan bawah, atau dikenal dengan istilah maloklusi, sehingga dapat meningkatkan fungsi pengunyahan. Maloklusi yang tidak diperbaiki dapat menyebabkan kesulitan mengunyah makanan, meningkatkan risiko gigi berlubang, serta dapat meningkatkan risiko penyakit/ nyeri di sendi rahang (dikenal sebagai temporomandibular disorders). Banyak kasus maloklusi dapat ditangani dengan menggunakan perawatan kawat gigi, amun jika penyebabnya adalah kondisi tulang rahang yang tidak ideal, maka perawatan kawat gigi tersebut tidak cukup dan perlu disertai dengan tindakan bedah ortognatik. Selain kondisi terkait maloklusi, terdapat juga kondisi tulang rahang tidak ideal kondisi wajah yang tidak simetris dan gangguan pertumbuhan rahang akibat trauma maupun akibat kelainan bawaan (contoh: kondisi rahang atas yang tidak berkembang pada penderita celah bibir dan langit-langit).
Tujuan lain dari bedah ortognatik adalah untuk mengatasi obstructive sleep apnea (OSA) atau kondisi apabila seseorang mengalami henti napas ketika tidur yang menyebabkan aliran udara terhenti selama lebih dari 10 detik. Akibat dari kondisi ini bervariasi, mulai dari gangguan tidur, kekurangan oksigen selama tidur, kelainan pernapasan dan jantung, bahkan kematian. Kondisi OSA berkaitan dengan rendahnya ketegangan otot area mulut yang dipengaruhi oleh posisi rahang bawah. Dengan memperbaiki posisi rahang bawah melalui bedah ortognatik, maka kondisi OSA dapat diatasi.
Meskipun begitu, masih banyak pasien yang merasa takut menjalani bedah ortognatik. Padahal, dengan penanganan oleh dokter spesialis yang kompeten dan perencanaan yang baik, prosedur ini relatif aman. Di samping itu, kemajuan teknologi seperti simulasi operasi digital, semakin meningkatkan keamanan prosedur ini dan mampu memberikan prediksi yang lebih akurat. Oleh karena itu, kerja sama antara dokter gigi spesialis bedah mulut maksilofasial dengan dokter gigi spesialis ortodonti menjadi krusial untuk mencapai hasil perawatan bedah ortognatik yang optimal. Pelayanan bedah ortognatik sudah dapat dilakukan di RSUI Segera konsultasikan ke dokter spesialis gigi bedah mulut maksilofasial RSUI, apabila anda mengalami permasalahan kesehatan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Salam Sehat!
Artikel dipublikasikan juga pada Buletin Bicara Sehat Edisi 8, yang dapat diakses melalui (KLIK)
Referensi:
- Hupp, J. R., Ellis III, E., & Tucker, M. R. (2014). Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery (7th ed.). Elsevier.
- Meger, M. N., Fatturi, A. L., Gerber, J. T., Weiss, S. G., Rocha, J. S., Scariot, R., & Wambier, L. M. (2021). Impact of Orthognathic Surgery On Quality of Life of Patients with Dentofacial Deformity: A Systematic Review and Meta-analysis. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 59(3), 265–271. https://doi.org/10.1016/j.bjoms.2020.08.014
- Seo, H. J., & Choi, Y.-K. (2021). Current Trends In Orthognathic Surgery. Archives of Craniofacial Surgery, 22(6), 287–295. https://doi.org/10.7181/acfs.2021.00598