Osteoporosis adalah kondisi medis yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang, sehingga membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah. Kondisi merupakan kondisi yang cukup sering dengan 1 dari 4 orang di atas 50 tahun mengidap kondisi ini. Banyak informasi yang beredar di masyarakat mengenai osteoporosis, namun tidak semuanya akurat. Untuk itu, penting bagi kita untuk memahami fakta berdasarkan penelitian medis dan mana yang hanya mitos. Artikel ini akan mengupas tuntas mitos dan fakta tentang osteoporosis untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah pencegahan yang tepat.
1. Mitos: Osteoporosis hanya menjangkiti perempuan
Fakta: Meskipun lebih umum pada perempuan lanjut usia setelah menopause, laki-laki juga bisa terkena osteoporosis.
2. Mitos: Hanya orang tua yang dapat terkena osteoporosis
Fakta: Walaupun, kondisi ini jarang, anak-anak dan remaja dapat mengidap osteoporosis. Kondisi ini dapat disebabkan berkaitan dengan penyakit lain atau dapat disebabkan gaya hidup yang kurang baik
3. Mitos: Jika tidak ada gejala, berarti tidak ada osteoporosis
Fakta: Osteoporosis sering disebut "penyakit diam-diam" karena bisa merusak tulang selama bertahun-tahun sebelum gejala muncul. Bagi banyak orang, patah tulang adalah tanda pertama dari penyakit ini. Namun, setelah bertahun tahun penyakit ini berkembang dan memunculkan gejala seperti nyeri dan perubahan postur tulang belakang.
4. Mitos: Osteoporosis tidak berbahaya.
Fakta: Osteoporosis dapat menyebabkan tulang rapuh dan meningkatkan risiko patah tulang, diperkirakan 50% perempuan dan 25% laki-laki berusia 50 tahun ke atas akan mengalami patah tulang akibat osteoporosis selama masa hidup mereka. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan penurunan kualitas hidup.
5. Mitos: Osteoporosis hanya memengaruhi tulang belakang.
Fakta: Osteoporosis bisa memengaruhi tulang apapun, meskipun lokasi paling sering terjadi di tulang belakang.
6. Mitos: Pemeriksaan osteoporosis menyakitkan dan membahayakan karena terpapar radiasi yang tinggi.
Fakta: Pemeriksaan kepadatan tulang untuk osteoporosis menggunakan mesin DXA (dual energy x-ray absorptiometry). Tes ini sederhana, tidak menyakitkan, hanya membutuhkan 5–10 menit dan menggunakan radiasi yang sangat sedikit.
7. Mitos: Minum susu saja cukup untuk menjaga kesehatan tulang.
Fakta: Susu dapat membantu meningkatkan kalsium dalam tubuh. Namun, susu saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Perlu aktivitas fisik yang sesuai dan gizi yang seimbang untuk mendukung kesehatan tulang.
8. Mitos: Suplemen vitamin D tidak penting.
Fakta: Hampir 50% orang di dunia mengalami defisiensi vitamin D. Kekurangan vitamin D dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium pada tulang dan menurunkan kepadatan tulang. Suplemen vitamin D bermanfaat terutama bagi yang kesulitan mendapatkan vitamin D dari makanan sehari hari.
9. Mitos: Osteoporosis tidak dapat dicegah
Fakta: Terdapat banyak langkah untuk mengurangi risiko terjadinya pengeroposan tulang, antara lain:
- Melakukan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga dengan baik, benar, terukur, dan teratur sesuai kaidah dan rekomendasi
- Memakan makanan yang bergizi
- Berhenti merokok dan minum alkohol
10. Mitos: Osteoporosis tidak dapat diobati
Fakta: Osteoporosis adalah kondisi yang kronik. Meskipun tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, osteoporosis bisa dikelola dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Pemberian obat osteoporosis dapat meningkatkan kepadatan tulang dan membantu mencegah terjadinya patah tulang.
11. Mitos: Osteoporosis sama dengan osteoartritis
Fakta: Osteoporosis dan osteoarthritis adalah dua penyakit yang berbeda. Osteoporosis adalah penyakit dengan keadaan tulang menjadi rapuh dan mudah patah, sedangkan osteoarthritis adalah kondisi terjadi gangguan pada sendi-sendi tubuh akibat keausan tulang rawan di sendi.
Osteoporosis merupakan kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Untungnya, terdapat berbagai cara untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Konsultasikan kepada dokter ortopedi di RSUI untuk menentukan cara terbaik untuk mencegah dan pengobatan terbaik untuk Anda dengan kolaborasi multi disiplin yang ada di RSUI.
Referensi:
- Zamani M, Zamani V, Heidari B, Parsian H, Esmaeilnejad-Ganji SM. Prevalence of osteoporosis with the World Health Organization diagnostic criteria in the Eastern Mediterranean Region: a systematic review and meta-analysis. Arch Osteoporos. 2018 Nov 17;13(1):129.
- Warriner AH, Patkar NM, Curtis JR, Delzell E, Gary L, Kilgore M, et al. Which fractures are most attributable to osteoporosis? J Clin Epidemiol. 2011 Jan;64(1):46-53.
- Pisani P, Renna MD, Conversano F, Casciaro E, Di Paola M, Quarta E, Muratore M, Casciaro S. Major osteoporotic fragility fractures: Risk factor updates and societal impact. World J Orthop. 2016 Mar 18;7(3):171-81.
- Cui A, Zhang T, Xiao P, Fan Z, Wang H, Zhuang Y. Global and regional prevalence of vitamin D deficiency in population-based studies from 2000 to 2022: A pooled analysis of 7.9 million participants. Front Nutr. 2023 Mar 17;10:1070808.