Menifestasi klinis penyakit lupus juga bisa menyerupai banyak penyakit lain, sehingga penyakit lupus juga dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah. Beberapa penderita hanya memiliki sedikit gejala, sementara yang lainnya muncul dengan banyak gejala. Gejala dapat hilang timbul. Pada saat gejala muncul atau bertambah berat (flare) penderita merasa sakit, dan pada saat gejala menghilang (remisi) penderita merasa sehat. Manifestasi klinis LES melibatkan hampir seluruh organ tubuh yaitu muskuloskeletal, manifestasi kulit dan mukosa, ginjal, neuropsikiatri, paru, jantung, pembuluh darah, gastrointestinal (pencernaan) dan hepatik (hati), okular (mata), obstetrik (kandungan), endokrin (hormon) dan hematologik (darah). Hampir 90% penderita lupus menunjukan gejala ruam di kulit, dengan ciri khas ruam kulit yang fotosensitif. Ruam biasanya muncul beberapa hari setelah terpapar sinar ultraviolet dan dapat bertahan hingga tiga minggu. Selain ruam pada kulit, nyeri dan radang pada sendi juga paling sering terjadi. Munculan yang khas adalah nyeri pada banyak sendi yang bersifat simetris, meliput sendi-sendi pada jari-jari dan lutut. Pasien dengan lupus dapat menunjukkan gejala umum meliputi: demam, malaise (tidak enak badan), artralgia (nyeri sendi), mialgia (nyeri otot), sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan dan berat badan. Kelelahan nonspesifik, demam, artralgia (nyeri sendi), dan perubahan berat badan adalah gejala paling umum pada kasus baru atau serangan lupus aktif berulang.
Lupus atau Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan suatu penyakit autoimun sistemik akibat tubuh memproduksi antibodi berlebihan yang menyerang sel tubuh sendiri dengan gambaran manifestasi klinis, perjalanan pernyakit, dan prognosis beragam. Sistem kekebalan tubuh pada pasien penyakit lupus akan mengalami kehilangan kemampuan untuk mengenali sel dan jaringan tubuh sendiri (self). Kombinasi berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya penyakit lupus seperti faktor genetik, epigenetik, faktor lingkungan (sinar UV, obat-obatan, infeksi virus), dan faktor hormon (estrogen atau prolaktin).
Sebagian besar penderita Lupus adalah perempuan usia produktif dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru. Di Indonesia pada tahun 2016, Perhimpunan SLE Indonesia (PESLI) mendapatkan rata-rata insiden kasus baru SLE dari 8 (delapan) rumah sakit adalah sebesar 10,5%. Penyakit lupus kebanyakan menyerang perempuan pada usia 15-50 tahun (usia masa produktif). Namun, lupus juga dapat menyerang anak-anak dan pria. Jumlah pasien SLE di Indonesia secara pasti sampai saat ini masih belum diketahui.
Deteksi dini penyakit lupus dapat dilakukan menggunakan formulir SALURI (Periksa Lupus Sendiri). SALURI dapat dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya dengan cara mengenali gejala-gejala sebagai berikut:
- Demam lebih dari 38oC dengan sebab yang tidak jelas
- Rasa lelah dan lemah berlebihan
- Sensitif terhadap sinar matahari
- Rambut rontok
- Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang melintang dari hidung ke pipi
- Ruam kemerahan di kulit
- Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut
- Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama
- Ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin
- Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas panjang
- Kejang atau kelainan saraf lainnya
- Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter) : (a) Anemia: penurunan kadar sel darah merah; (b) Leukositopenia: penurunan sel darah putih; (c) Trombositopenia : penurunan kadar pembekuan darah; (d) Hematuria dan proteinuria: darah dan protein pada pemeriksaan urin; (e) Positif ANA dan atau Anti ds-DNA.
Jika sahabat RSUI mengalami minimal 4 gejala dari seluruh gejala yang disebutkan di atas, maka dianjurkan untuk segera melakukan konsultasikan dengan dokter-dokter berkompeten di Rumah Sakit Universitas Indonesia agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Diagnosis dini dan pemberian terapi yang tepat akan memberikan prognosis yang lebih baik pada pasien Lupus.
Salam Sehat!
Referensi:
- Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Erimatosus Sistemik.2019
- George Bertsias, Ricard Cervera, Dimitrios T Boumpas. Systemic Lupus Erythematosus: Pathogenesis 20 and Clinical Features. 2012. 20_Eular_Fpp.indd 476-505. https://www.eular.org/myuploaddata/files/sample%20chapter20_mod%2017.pdf
- Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi Lupus di Indonesia. PUSDATIN. 2017
- Georgiana Iftimie, Anca Pantea Stoian, Bogdan Socea et al. Complications of systemic lupus erythematosus: A review. Romanian Journal of Military Medicine. Vol. CXXI • No. 3/2018.
- Manole Cojocaru, Inimiora Mihaela Cojocaru, Isabela Silosi, Camelia Doina Vrabie. Manifestations of Systemic Lupus Erythematosus. 2011. v.6(4); 2011 Oct .
- Andrea Fava, Michelle Petri. Systemic Lupus Erythematosus: Diagnosis and Clinical Management. 2019. J Autoimmun. 2011 Oct; 6(4): 330–336.