(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Upaya Preventif dan Promotif dalam Pencegahan Penularan HIV AIDS pada Anak

HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS (acquired immune deficiency syndrome) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. Selama tahun 2021 terdapat 2.485.430 ibu hamil yang diperiksa HIV di Indonesia. Dari pemeriksaan tersebut di dapatkan 4.455 (0,18%) ibu hamil yang positif HIV. Provinsi dengan presentase ibu hamil yang positif HIV tertinggi adalah Provinsi Maluku Utara sebesar 1,52 %, Papua sebesar 1,25 % dan Maluku sebesar 0,91%.

Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat terjadi selama masa kehamilan, saat persalinan, dan selama masa menyusui. Risiko penularan HIV selama kehamilan adalah sebesar 5-10%. Risiko penularan lebih besar didapatkan pada saat persalinan (10-20%) dan menyusui (5-20%), Risiko penularan HIV dari ibu ke anak secara keseluruhan adalah 20-50%.3 Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu seperti jumlah virus dalam tubuh (viral load) dan jumlah sel imun ibu ( sel CD4),  faktor bayi atau anak yaitu usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir dan pemberian ASI, dan tindakan persalinan yaitu jenis persalinan, lama persalinan, ketubah pecah dini dan tindakan medis selama membantu proses persalinan meningkatkan risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi. Infeksi HIV pada bayi dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup anak.

Program pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke anak (PPIA) merupakan upaya terhadap perempuan usia produktif (15-49 tahun) yang terinfeksi atau memiliki risiko terinfeksi HIV untuk tetap terjaga kesehatannya, serta mencegah menularkan infeksi HIV kepada bayi yang dikandung. 4 World Health Organization (WHO) mempromosikan upaya komprehensif dari PPIA, terdiri dari:

  • Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi, yaitu menghindari perilaku seksual berisiko seperti berganti pasangan seksual
  • Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV, yaitu memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat.
  • Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya,
  • Serta memberikan dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kesehatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya. Ibu HIV positif membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap penderita HIV 

Program pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandung mencakup kegiatan sebagai berikut:

  • Layanan antenatal care (ANC) terpadu termasuk penawaran dan tes HIV pada ibu hamil. Membuka akses bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan penularan dan pemberian terapi sedini mungkin
  • Diagnosis HIV pada ibu hamil: Pemeriksaan diagnostik infeksi HIV pada ibu hamil yang dilakukan di Indonesia umumnya adalah pemeriksaan mendeteksi antibody dalam darah (pemeriksaan serologis) dengan menggunakan tes cepat (rapid test HIV) atau metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
  • Pemberian terapi antivirus (antiretroviral)/ ARV pada ibu hamil: Semua ibu hamil dengan HIV harus mendapat terapi ARV, karena kehamilan sendiri merupakan indikasi pemberian ARV yang dilanjutkan seumur hidup. Terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat
  • Persalinan yang aman: Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa persalinan bedah sesar memiliki risiko penularan lebih kecil jika dibandingkan dengan persalinan per vaginam. Bedah sesar dapat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi hingga sebesar 2%– 4%.
  • Menunda dan mengatur kehamilan berikutnya: Ibu yang ingin menunda atau mengatur kehamilan dapat menggunakan kontrasepsi jangka panjang, sedangkan ibu yang memutuskan tidak punya anak lagi, dapat memilih kontrasepsi mantap.
  • Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak: World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan untuk bayi lahir dari ibu dengan HIV dan sudah dalam terapi ARV untuk kelangsungan hidup anak (HIV-free and child survival). Setelah bayi berusia 6 bulan pemberian ASI dapat diteruskan hingga bayi berusia 12 bulan, disertai dengan pemberian makanan padat.
  • Pemberian obat antivirus pencegahan (profilaksis Antiretroviral) dan antibiotik kotrimoksazol pada anak: Pemberian profilaksis ARV dimulai hari pertama setelah lahir, pemberian sebaiknya dalam 6-12 jam setelah kelahiran. Profilaksis ARV diberikan selama 6 minggu. Selanjutnya anak diberikan antibiotik kotrimoksazol sebagai pencegahan mulai usia 6 minggu sampai diagnosis HIV ditegakkan.
  • Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak: Pemeriksaan HIV pada anak dilakukan setelah anak berusia 18 bulan atau dapat dilakukan lebih awal pada usia 9-12 bulan, dengan catatan bila hasilnya positif, maka harus diulang setelah anak berusia 18 bulan.
  • Imunisasi pada bayi dengan Ibu HIV positif: Vaksin dapat diberikan pada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV sesuai dengan jadwal imunisasi nasional. Vaksin BCG dapat diberikan pada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV setelah terbukti tidak terinfeksi HIV.

Dengan upaya PPIA yang optimal, risiko penularan virus HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan sampai kurang dari 2%.Terakhir, jangan ragu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter di RSUI bila Anda membutuhkan informasi lebih lanjut terkait pencegahan penularan HIV AIDS pada ibu hamil . Sebelumnya, juga dapat buat janji dengan dokter melalui website atau nomor telepon RSU, sehingga tidak perlu menunggu lama saat sesampainya di rumah sakit.

Referensi: 

  1. https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
  2. Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2022. http://p2p.kemkes.go.id/
  3. Lumbantoruan C, Kelaher M, Kermode M, Budihastuti E. Pregnant women’s retention and associated health facility characteristics in the prevention of mother-to-child HIV transmission in Indonesia: cross-sectional study. BMJ Open. 2020;10(9):e034418.
  4. Witarini KA. Pencegahan penularan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari ibu ke anak di Indonesia: sebuah tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 2: 601-605.
  5. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021, Kemenkes RI, 2022. https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf