(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Stunting Adalah Masalah Kita

Stunting adalah kondisi di mana seorang anak mempunyai tinggi badan di bawah rata-rata, yaitu lebih rendah dua standar deviasi dari usianya pada grafik pertumbuhan standar. Kondisi tersebut merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan anak yang ditandai dengan perawakan pendek. Masalah yang terjadi akibat stunting bukan hanya sekedar perawakan yang pendek. Dari segi kesehatan, stunting menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang, di antaranya adalah perkembangan fisik anak, gangguan kognitif, gangguan mental-tingkah laku, kualitas kesehatan yang rendah, dan risiko penyakit degeneratif saat usia dewasa, seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan gagal ginjal. Dari segi sosio-ekonomi, stunting memberikan dampak berkurangnya kualitas dan produktivitas individu hingga risiko mengalami kemiskinan yang lebih tinggi.

Stunting merupakan masalah global yang serius. Saat ini diperkiraan telah terjadi pada lebih dari 160 juta anak usia balita di seluruh dunia dan jika tidak jika tidak ditangani dengan baik, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada menambahan 127 juta anak stunting di dunia. Angka tersebut merupakan masalah besar karena menjadi ancaman terhadap kesejahteraan dan ketahanan nasional jangka panjang. Angka stunting di Indonesia tahun 2018 adalah 30,8% dari jumlah balita, atau diderita satu dari tiga balita. Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, angka ini menurun menjadi 27,7%. Walaupun terdapat penurunan, namun angka ini masih mengkhawatirkan jika mengingat sumber daya paling berharga bagi suatu negara adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dicetuskan pada berbagai masa pertumbuhan, dari sejak sebelum kehamilan (masa pra-konsepsi), masa pembuahan, masa kehamilan, hingga usia balita dan usia sekolah. Stunting sangat berhubungan dengan kekurangan nutrisi dalam jangka waktu lama ataupun penyakit infeksi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Status nutrisi rendah wanita usia reproduktif, wanita yang mengalami anemia (kekurangan darah), pertumbuhan janin yang terhambat, dan berat badan bayi lahir rendah meningkatkan risiko terjadinya stunting. Nutrisi bayi dan anak yang kurang baik secara kuantitas atau kualitas menjadi penyebab utama stunting. Penyebab lain adalah infeksi pada anak dan higienitas lingkungan yang buruk, sehingga menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi dan gangguan sistem imunitas, yang pada akhirnya mengakibatkan stunting. Selain itu, tidak dapat dipungkiri adanya lingkungan sosial-ekonomi yang rendah seperti kemiskinan, pengabaian pengasuhan anak, kurangnya pengetahuan dan pendidikan, dan ketidaksukaan anak pada makanan tertentu juga berkontribusi pada timbulnya stunting.

Dalam rangka penanganan stunting secara aktif, Rumah Sakit Universitas Indonesia membentuk tim dengan pendekatan multidisplin guna mencegah dan menangani stunting pada anak Indonesia melalui Stunting Detection and Prevention Center RSUI. Pendekatan asuhan pada 1000 hari pertama kehidupan dilakukan sejak persiapan kehamilan, saat kehamilan, kelahiran, setelah kelahiran, usia balita dan sekolah menjadi fokus pada implementasi Stunting Detection and Prevention Center RSUI. Berbagai disiplin ilmu ikut andil dalam pelaksanaan, di antaranya adalah Obstetri dan Ginekologi (Ilmu Kesehatan Perempuan dan Kandungan), Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, Ahli Gizi dan Ilmu Kedokteran Komunitas.

Referensi:

  1. WHO. WHA global nutrition targets 2025: stunting policy brief; 2014.
  2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Laporan nasional riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2019.
  3. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. Cegah “stunting” itu penting. Available from: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id/v2/en/main/home [cited 27 April 2021].

source foto: https://www.freepik.com/