Ibadah puasa merupakan kewajiban umat Islam yang dijalankan selama 1 bulan, yaitu sekitar 29 sampai 30 hari, dengan tidak makan dan minum selama jangka waktu tertentu dari pagi hingga petang. Puasa dilakukan mulai dari saat cahaya fajar muncul di kaki langit Timur, hingga saat piringan teratas matahari meninggalkan garis kaki langit Barat atau terbenam sempurna, kurang lebih 13 jam lamanya untuk wilayah di Indonesia.
Saat berpuasa, seorang yang sehat sekalipun, akan mengalami perubahan metabolisme akibat terjadinya perubahan metabolisme di tubuhnya. Seorang Diabetisi akan mengalami perlambatan dalam perubahan metabolisme tersebut, ditambah dengan konsumsi obat-obat pengendali gula darah, tentunya menyebabkan perlunya pengaturan makan yang khusus pada Diabetisi, dibandingkan orang sehat. Seorang diabetisi harus mendapatkan edukasi pra-Ramadhan, untuk dinilai tingkat risikonya dan belajar berpuasa, terutama untuk yang baru mengalami perubahan dalam pengobatan pengendalian gula darahnya.
Apakah seorang Diabetisi dapat berpuasa, jawabannya bisa. Namun sebaiknya, Diabetisi memeriksakan diri ke Dokter 6-8 minggu sebelum puasa. Salah satu persiapan yang penting untuk seorang Diabetisi dalam merencanakan puasa adalah pengaturan kecukupan makan dan minum, supaya tidak terjadi komplikasi yang tidak diharapkan seperti adanya kekurangan atau kelebihan gula darah, penurunan kesadaran, hingga risiko pengentalan darah yang dapat berujung serangan jantung atau stroke di kemudian hari.
Kebutuhan energi pada Diabetisi saat puasa, tidak mengalami perubahan yang bermakna, bila tidak ada perubahan aktivitas maupun penyulit lain. Untuk diabetisi yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, saat puasa dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kondisi status nutrisinya, hingga mencapai berat badan yang diharapkan, terutama karena biasanya terjadi penuruan kalori dari asupan sebelum puasa. Namun demikian, penurunan berat badan dilakukan dengan perlahan dan bertahap, disarankan maksimal penurunan berat badan sebesar 500 g sampai dengan 1 kg setiap minggunya. Puasa juga dapat mengajarkan untuk menjaga emosi, sehingga diharapkan meningkatkan kedisiplinan dalam berbagai hal, termasuk pola makan, di luar dari berbagai risiko keinginan berlebih pada makanan dan minuman pembuka, yang banyak tersedia.
Prinsip nutrisi pada seorang Diabetisi yang menjalankan ibadah puasa, berdasarkan saran dari The International Diabetes Federation (IDF) and the Diabetes and Ramadan (DAR) International Alliance adalah sebagai berikut.
- Konsumsilah jumlah kalori harian yang cukup dan terbagi antara sahur, buka puasa dan jika perlu, 1-2 camilan
- Makanan harus seimbang, dengan karbohidrat (indeks glikemik rendah lebih disukai) sekitar 45–50%; protein (kacang-kacangan, ikan, unggas atau daging tanpa lemak) sekitar 20-30%; dan lemak (lemak tak jenuh tunggal dan ganda lebih disukai) sejumlah <35% dari keseluruhan makanan per hari. Lemak jenuh harus dibatasi hingga <10% dari total asupan kalori harian
- Gunakan metode "piring Ramadhan" untuk merancang makanan
- Makanan penutup yang mengandung gula harus dihindari, baik setelah berbuka puasa dan di antara waktu makan. Jumlah makanan penutup yang sehat pun, tetap perlu dibatasi
- Pilih karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, terutama yang tinggi serat (sebaiknya utuh biji-bijian). Konsumsi karbohidrat dari sayuran (dimasak dan mentah), buah-buahan utuh, yoghurt dan produk susu dapat dianjurkan. Konsumsi karbohidrat dari gula dan biji-bijian olahan (tepung terigu dan tepung dari pati seperti jagung, nasi putih dan kentang) harus dihindari atau diminimalkan secara signifikan
- Menjaga hidrasi dengan minum air putih tanpa pemanis, yang cukup. Minuman pada saat atau di antara dua makanan utama, penting untuk dipenuhi dan harus didorong (minuman diet dapat dikonsumsi). Minuman manis, jus kalengan atau jus segar dengan tambahan gula harus dihindari. Konsumsi minuman berkafein (kopi, teh serta minuman cola) harus diminimalkan karena bersifat diuretik
- Sahur selambat mungkin, mendekati waktu batas dimulainya puasa
- Cukupkan kebutuhan protein dan lemak saat sahur, selain untuk mendapatkan kecukupan kedua makronutrien tersebut, berindeks glikemik rendah, dan tidak memiliki efek langsung pada gula darah pasca makan (postprandial). Protein dan lemak juga menginduksi rasa kenyang lebih baik daripada karbohidrat
- Buka puasa sebaiknya diawali dengan banyak air putih untuk mengatasi dehidrasi akibat puasa, dan 1-2 kurma kering atau segar untuk meningkatkan kadar glukosa darah
- Jika diperlukan, camilan berupa satu potong buah, segenggam kacang-kacangan, atau sayuran mungkin dikonsumsi di antara waktu makan. Umumnya, setiap camilan cukup berkisar 100-200 kalori, tetapi bisa lebih tinggi tergantung pada kebutuhan kalori individu. Beberapa individu juga bisa menambahkan camilan pada malam hari sebelum tidur.
Apabila Sahabat RSUI, membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai pemenuhan nutrisi untuk Diabetisi saat berpuasa dapat berkonsultasi ke RSUI. Salam Sehat!
Referensi:
1. Hamdy O, Yusof BNM, Reda WH, Slim I, Jamoussi H, Omar MAK. The Ramadhan Nutrition Plan (RNP) fo Patients with Diabetes. Diunduh dari https://www.daralliance.org/daralliance/wp-content/uploads/2018/01/IDF-DAR-Practical-Guidelines_15-April-2016_low_SA.pdf. Diakses tanggal 17 Maret 2024
2. Hassanein M, Al-Arouj M, Hamdy O, Bebakar WMW, Jabbar A, Al-Madani A, et al. Diabetes and Ramadan: practical guidelines. Diabetes Res Clin Pract, 126 (2017), pp. 303-316
3. Lessan N, Saadane I, Alkaf B, Hambly C, Buckley AJ, Finer N, et al. The effects of Ramadan fasting on activity and energy expenditure. Am J Clin Nutr, 107 (1) (2018), pp. 54-61