Apakah seorang anak bisa mengidap Diabetes?
Jawabannya bisa. Anak juga dapat mengalami penyakit Diabetes Melitus (DM), baik tipe-1 maupun tipe-2. Sebagian besar DM pada anak adalah DM tipe-1, namun akhir-akhir ini prevalensi DM tipe-2 pada anak meningkat. Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat terdapat 1.021 kasus DM tipe-1 di Indonesia hingga tahun 2014. Puncak kejadian DM tipe-1 terjadi pada anak usia 5–6 tahun dan usia 11 tahun, sedangkan lebih dari 50% kasus penderita baru DM tipe-1 terjadi pada usia di atas 20 tahun. Berbeda dengan DM tipe-2, gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronik pada DM tipe-1 disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas melalui proses autoimun atau idiopatik sehingga produksi insulin berkurang hingga terhenti. Selain faktor genetik, faktor risiko DM tipe-1 ini dapat dipicu oleh faktor lingkungan, seperti infeksi virus, toksin, dan lain-lain.
Penderita DM tipe-1 memiliki perjalanan klinis yang akut berupa poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus), mengompol malam hari, beser, penurunan berat badan yang cepat dalam 2–6 minggu, polifagia (sering lapar) dan sering lemas atau lesu. Komplikasi yang dapat timbul dalam jangka waktu panjang antara lain gangguan penglihatan, mati rasa pada tangan dan kaki, luka yang sulit sembuh, dan gagal ginjal. Sebagian anak dengan DM tipe-1 dapat timbul komplikasi akut yang berat yang disebut ketoasidosis. Anak mengalami penurunan kesadaran, dehidrasi, mual dan muntah, sesak napas akibat kadar gula yang sangat tinggi disertai dengan peningkatan keton dan asam pada darah. Kejadian ini merupakan komplikasi yang berat dan perlu penanganan cepat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, namun penderita DM dapat memiliki kualitas hidup yang optimal dengan pengontrolan gula darah dan metabolik yang tepat. Prinsip pengelolaan penderita DM tipe-1 pada anak terdiri dari insulin, pengaturan makan, aktivitas dan latihan fisik, pemantauan gula darah mandiri, serta kontrol metabolik. Penggunaan insulin pada DM tipe-1 adalah keharusan karena tubuh penderita memiliki kadar insulin yang sangat rendah. Pemberian insulin disesuaikan dengan kadar gula darah dan jumlah kalori yang dibutuhkan anak.
Pengaturan makan pada penderita DM tipe-1 bertujuan untuk kontrol metabolik yang baik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan anak untuk pertumbuhan, pubertas maupun aktivitas sehari-hari. Pengaturan yang baik dapat mencegah anak obesitas dan timbulnya hipoglikemia (kekurangan kadar gula darah). Pengaturan makan dilakukan dengan mengitung jumlah karbohidrat harian sekitar 50–60% total kalori, protein sekitar 10–15% dan lemak sekitar 30%. Karbohidrat sangat berpengaruh terhadap glukosa darah. Jenis karbohidrat yang baik adalah yang memiliki serat tinggi dan memiliki indeks glikemik yang rendah seperti golongan buah-buahan, sayur-sayuran, serta sereal.
Selain itu, aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga sebaiknya menjadi rutinitas setiap individu, baik anak maupun dewasa, dengan DM maupun tidak. Latihan fisik bagi penderita DM tipe-1 dapat membantu menurunkan gula darah, menimbulkan perasan “sehat” atau “fit”, serta meningkatkan sensitivitas terhadap insulin sehingga dapat menurunkan kebutuhan insulin harian. Pemantauan kadar gula darah mandiri dan kontrol metabolik bertujuan agar anak dengan diabetes mampu mengelola penyakit ini secara mandiri. Banyak penelitian yang memperlihatkan pemantauan gula darah secara mandiri berhubungan dengan kontrol gula dan metabolik yang baik serta menurunkan kejadian komplikasi.
Penatalaksanaan DM harus dilakukan secara multidisiplin, maka sebaiknya penderita DM tipe-1 berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis anak sebelum dilakukan tata laksana secara komprehensif. Kolaborasi tim dokter pada bidang yang terkait, seperti kedokteran olahraga dan gizi klinik untuk mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan. Hal itu dapat dilakukan melalui pemberian terapi farmakologis, pengaturan aktivitas fisik, dan latihan fisik yang sesuai, serta pengaturan diet seimbang dengan tetap mengoptimalkan proses tumbuh kembang pada anak. Walaupun DM memiliki dampak yang kronis, tetapi anak dapat menjalani hidup dengan kualitas yang optimal dengan kontrol glikemik yang baik dan pemantauan secara berkala oleh keluarga serta tim dokter yang menangani. Bila anak Anda memiliki gejala dan tanda seperti di atas, jangan ragu untuk membawa anak Anda ke dokter spesialis anak di RS UI.
Artikel dipublikasikan juga pada Buletin Bicara Sehat Edisi 4, yang dapat di akses melalui (KLIK)
Referensi:
UKK Endokrinologi Anak dan Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja. Ed. Ke-3. Jakarta: badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015