Kulit kering yang berlangsung lama atau luka kecil yang sulit sembuh sering kali dianggap hal biasa. Banyak orang mengira hal ini terjadi karena kurang minum, iritasi ringan, atau faktor lingkungan. Padahal, jika kondisi ini terus berulang dan tidak membaik, tubuh mungkin sedang memberi sinyal adanya gangguan metabolik seperti diabetes. Kondisi ini tidak boleh diabaikan karena dapat menjadi awal dari masalah kesehatan yang lebih besar.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), sekitar 537 juta orang dewasa (usia 20–79 tahun) hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 783 juta orang pada 2045. Yang lebih mengkhawatirkan, hampir 1 dari 2 orang dewasa dengan diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit ini.
Apa Itu Diabetes?
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua tipe utama. Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin sama sekali, sedangkan diabetes tipe 2 yang merupakan tipe paling umum, berkembang secara perlahan karena tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perubahan kulit yang dapat muncul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, salah satu tanda yang sering luput disadari penderita diabetes. Untuk memastikan seseorang mengalami diabetes, diperlukan pemeriksaan gula darah, seperti gula darah puasa ≥ 126 mg/dL atau gula darah 2 jam setelah makan ≥ 140 mg/dL.
Tanda Kulit yang Sering Diabaikan
Kulit kering yang tidak membaik, pecah-pecah, atau luka kecil yang lambat sembuh dapat menjadi salah satu tanda gangguan gula darah. Studi menunjukkan bahwa 30–70% pasien diabetes mengalami masalah kulit seperti xerosis, infeksi kulit, serta penyembuhan luka yang melambat.
Kondisi ini disebabkan oleh hiperglikemia kronis yang mengganggu proses alami tubuh seperti regenerasi sel kulit, sirkulasi darah lokal, dan respons imun. Akibatnya, luka menjadi lebih lambat sembuh, kulit lebih rentan terhadap iritasi atau infeksi, serta risiko komplikasi ikut meningkat.
Selain kulit kering dan luka yang sulit sembuh, diabetes juga dapat menyebabkan beberapa perubahan lain pada kulit, seperti acanthosis nigricans (kulit menggelap dan menebal di leher atau ketiak), infeksi kulit berulang, bintik cokelat pada betis (diabetic dermopathy), hingga benjolan kuning akibat kadar lemak tinggi. Berbagai kondisi ini muncul akibat gangguan sirkulasi dan fungsi imun yang dipicu oleh kadar gula darah tinggi.
Mengapa Kulit Kering & Luka Bisa Menjadi Tanda Diabetes?
Beberapa mekanisme yang berperan dalam timbulnya masalah kulit pada diabetes:
- Neuropati Diabetik
Gula darah tinggi dapat merusak saraf perifer sehingga mengurangi sensasi nyeri. Luka kecil dapat tidak terasa dan terlambat disadari. - Gangguan Saraf Otonom
Penurunan produksi keringat membuat kulit menjadi sangat kering dan mudah pecah. - Gangguan Mikrosirkulasi
Pembuluh darah kecil menjadi kaku sehingga aliran darah ke kulit berkurang dan proses penyembuhan melambat. - Penurunan Sistem Imun
Hiperglikemia melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi. Bakteri lebih mudah berkembang pada kondisi gula darah tinggi, menyebabkan kulit lebih rentan infeksi.
Dengan catatan bahwa kulit kering tidak selalu berarti diabetes. Namun bila terjadi terus-menerus, terutama disertai tanda kulit lain atau luka yang tidak sembuh, pemeriksaan medis sangat dianjurkan.
Kapan Harus Waspada?
Jika kamu sering mengalami kulit kering yang tidak membaik atau luka kecil yang sulit sembuh, jangan abaikan. Kondisi ini dapat menjadi sinyal bahwa kadar gula darah sedang tidak normal. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memeriksakan kadar gula darah di fasilitas kesehatan terdekat. Pemeriksaan sederhana ini dapat membantu mendeteksi diabetes sejak dini sebelum komplikasi yang lebih serius muncul.
Konsultasi dengan dokter juga penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan saran penanganan yang sesuai. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga pola makan seimbang, rutin berolahraga, dan merawat kulit agar tetap lembab dan tidak mudah terluka.
Kulit kering dan luka yang sulit sembuh mungkin terlihat sepele, tetapi dapat menjadi tanda yang sering tidak disadari. Dengan mengenali perubahan pada kulit sejak dini, kamu dapat mencegah komplikasi serius dan menjaga kualitas hidup tetap optimal.
Layanan Diabetes & Perawatan Luka di RSUI
Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Depok menyediakan layanan komprehensif untuk deteksi, penanganan, dan pemantauan diabetes, termasuk perawatan luka kaki diabetik dan konsultasi kesehatan kulit. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, dokter spesialis kulit, serta tim perawat terlatih dengan pendekatan personal, terpadu, dan berbasis bukti ilmiah.
Punya masalah kulit kering atau luka kecil yang lama sembuh? Jangan tunggu nanti jadi besar. Datang langsung ke RSUI:
📍 Alamat: Rumah Sakit Universitas Indonesia
Jl. Prof. DR. Bahder Djohan, Pondok Cina, Beji, Depok, Jawa Barat
📧 Email: rsui@ui.ac.id
📞 Telepon: (021) 50829292
📱 WhatsApp: 0811 9113913
Daftar Pustaka
- International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas, 10th Edition. 2021.
- Yosipovitch G, et al. Skin Manifestations of Diabetes Mellitus. Endotext. MDText.com, Inc.; 2023.
- Guenther L, Lynde CW, Andriessen A, Barankin B. Cutaneous Manifestations Associated with Diabetes Mellitus: A Retrospective Study. Diseases. 2023;11(3):106.
- Kirsner RS, Yosipovitch G. Diabetic Skin Changes and Their Management. J Drugs Dermatol. 2019;18(12):1211–1217.
- Sumitra S, et al. Pathophysiology of the Skin in Type 1 and Type 2 Diabetes and Wound Healing. Int J Diabetes Clin Res. 2022.
- WHO. Global Diabetes Report. World Health Organization; 2022–2023 (update).